Menanti Cinta dan Kenangan Kota Kembang, Bagian Kedua

Mau lagi bagian kedua. Mengulang cinta dan cerita jilid selanjutnya. Tiba-tiba bicara dua, padahal pertama belum ada. Pertama di mudik 2022, momen bahagia bersama suami. Berangkat perdana, menyebrang Selat Sunda dari Pulau Sumatra.
Kala itu, jadi momen istimewa. Mengawali mudik identitas anyar: 'menikah'. Belum setahun hidup berdua, tahunya sudah harus menyapa semua saudara.
"Nanti bilang apa? Kalau ketemu mulai cerita dari mana?" kata suami yang kebingungan mudik pertama ke Paris Van Java. Seingatku, itu jadi perbincangan antara kami di 29 April 2022.
Pembahasan itu makin panjang. Apalagi dia, pasangan halalku yang khawatir kikuk ketika jumpa keluarga barunya. Keluargaku, yang sudah jadi keluarga suamiku pula.
Selat Sunda jadi saksi, betapa gugupnya laki-lakiku memikirkan topik awal saat bertemu mereka, kerabat dan sahabat karibku kala pulang kampung ke Cisitu Lama, sebuah nama jalan yang ada di Bandung, Kota Kembang dengan sejuta kenangan.
Hari itu tiba, sampailah kami berdua di rumah tua. "Oh ini ya Aji?" ucap bibiku yang memang baru jumpa pertama. Tentu saja, pertemuan ini jadi yang perdana. Karena kami menikah kala Pandemik Corona masih merajalela.
Momen itu, pernikahan kami memang ramai. Namun tak bertatap muka. Beberapa undangan hanya menyapa lewat media sosial karena terhalang jarak. Pernikahan kami pun cuma bisa dihadiri online, siaran langsung melalui Zoom.
"Iya me," sambut suami. Me, merupakan panggilan sayangku untuk bibi yang ternyata diikuti suamiku. Awalnya agak canggung, tapi lama-lama terbiasa. Makin panjang obrolan, pembahasan pun kian nyaman. Tak terasa hari mulai menggelap.
Perbincangan selesai begitu saja, esok harinya obrolan pun berlanjut. Sembari berjalan menuju lokasi salat Idul Fitri, karena hari raya tiba. Kami semua bersuka cita, canda, dan tawa bergantian menyelingi percakapan seluruh keluarga.
Tidak menyangka, dia -suamiku- bisa beradaptasi cepat. Padahal jika melihat ke belakang, dia ragu untuk buka komunikasi lebih dahulu. Begitu singkat jalin keakraban, hingga ternyata waktu pulang datang. Padahal baru sebentar rasanya, tahu-tahu sudah lewat sepekan berjumpa.
Sesaat balik dari Cisitu Lama sampai ke Bumi Sriwijaya, ingin lagi mengulang cerita di sana. Kesempatan yang belum tahu kapan lagi bisa bercengkrama, erat, dan dekat dengan saudara.
Lain kali, bisa lagi kembali. Menanti cinta dan kenangan di Kota Kembang bagian kedua. Waktu nanti bakal bertiga, pergi bersama buah hati tercinta. Karena kami sudah punya Zea.