Oversupply, Industri Semen di Sumsel Hadapi Tantangan di 2025

- Volume penjualan semen SMBR naik 1 persen pada 2024, menghadapi oversupply dan penurunan permintaan di Sumbagsel.
- SMBR tetap menjaga stabilitas penjualan dengan produksi Semen PCC yang ramah lingkungan dan sertifikasi TKDN.
- SMBR berencana memperkuat kontribusi produk non-semen serta merealisasi program pemerintah untuk mendukung permintaan semen pada 2025.
Palembang, IDN Times - Pasar industri semen di Sumatra Selatan (Sumsel), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) bersiap menghadapi tantangan pada 2025 pasca kondisi pasar mengalami oversupply di akhir 2024. Catatan kinerja akhir tahun, volume SMBR naik 1 persen dari tahun sebelumnya pada 2023.
"Kami melihat potensi peningkatan volume penjualan semen pada kuartal IV 2024, terutama sebelum libur Natal dan Tahun Baru, yang didorong oleh siklus permintaan yang menguat," ujar Direktur Utama SMBR Suherman Yahya dalam keterangan rilis yang diterima, Senin (9/12/2024).
1. SMBR berhasil mempertahankan volume penjualan positif

Secara persentase permintaan semen di wilayah Sumbagsel, lanjut Suherman, SMBR mengalami penurunan minus 1,4 persen secara year on year (yoy) terutama di pasar Sumsel dan Lampung. Namun SMBR komitmen tetap menjaga stabilitas penjualan.
"Meskipun tantangan kompetisi di pasar semakin ketat, perusahaan berhasil mempertahankan volume penjualan positif hingga kuartal III 2024," kata dia.
2. SMBR jaga pasar penjualan semen di wilayah Sumbagsel

Lebih lanjut Suherman menyampaikan, komitmen SMBR menjaga pasar penjualan semen di Sumbagsel diwujudkan lewat program produksi Semen PCC (Portland Composite Cement), semen rendah karbon yang sudah bersertifikasi Green Label dari Green Product Council Indonesia.
Produk itu diproduksi menggunakan material ramah lingkungan dengan proses yang mengurangi emisi karbon hingga 38 persen dibandingkan semen konvensional (OPC).
Produk Semen juga telah memperoleh sertifikasi SNI dan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam negeri mencapai 89,34 persen yang jauh melampaui batas minimum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021, sebesar 40 persen.
3. SMBR berencana memperkuat kontribusi produk non-semen

Selain itu kata dia, SMBR berencana untuk terus memperkuat kontribusi produk non-semen, seperti whiteclay dan limestone untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.
"Dengan berbagai langkah strategis ini, SMBR percaya dapat terus mencatatkan kinerja positif meskipun menghadapi tantangan yang ada," katanya.
Perusahaan juga lanjut Suherman, komitmen untuk merealisasi program pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan 3 juta rumah dan pembebasan BPHTB. "Ini untuk kategori tertentu dan menjadi pendorong utama permintaan semen pada 2025,” jelas dia.