NTP Sumsel Juli 2025 Turun 1,54 Persen, Bukti Petani Belum Sejahtera?

- NTP Sumsel Juli 2025 turun 1,54 persen dari bulan sebelumnya, mencapai angka 120,50.
- Sektor perkebunan rakyat mengalami penurunan NTP terbesar hingga terkontraksi 2,06 persen.
- Beberapa subsektor masih tumbuh positif, namun penurunan NTP berdampak pada Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) yang turun 1,05 persen dibandingkan Juni.
Palembang, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Nilai Tukar Petani (NTP) di Sumatra Selatan (Sumsel) menurun tipis pada Juli 2025 di angka 120,50. Nilai tersebut menurun 1,54 persen dibandingkan bulan sebelumnya pada Juni tahun ini. Tekanan NTP tersebut, sangat memengaruhi kondisi kesejahteraan petani suatu wilayah.
"Tren penurunan NTP jadi sinyal peringatan serius bagi pemerintah daerah. Dikhawatirkan dapat memperburuk kesejahteraan petani," kata Kepala BPS Sumsel Moh. Wahyu Yulianto, Jumat (1/8/2025).
1. Sektor perkebunan rakyat sumbang penurunan NTP terbesar

Secara statistik, penurunan NTP di suatu daerah memicu daya beli terhadap petani merosot. Bahkan NTP yang melandai jadi tanda kesejahteraan petani makin melemah. Sebab, petani sangat bergantung pada NTP dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dan mencukupi biaya produksi komoditas dari sektor pertanian.
"Sektor perkebunan rakyat menyumbang penurunan NTP terbesar hingga terkontraksi 2,06 persen," jelasnya.
2. Ketahanan pertanian jadi ancaman saat NTP terus merosot

Kemudian Wahyu merinci, selain NTP sektor perkebunan yang merosot, sektor peternakan juga mengalami penurunan. Yakni di angka 1,36 persen. Kemudian tercatat NTP pada perikanan bulan ini senilai 0,24 persen serta NTP sektor perikanan budidaya berada di angka 0,70 persen.
"Penurunan ini jika tidak segera direspons dengan langkah konkret bisa mengancam ketahanan dan hasil produksi pangan di tingkat regional," ujar dia.
3. Nilai tukar petani memengaruhi indeks rumah tangga harian

Meski NTP Sumsel secara total menurun pada Juli ini, beberapa subsektor masih tumbuh positif. Sejumlah pertumbuhan positif itu terjadi terhadap subsektor hortikultura yang naik 2,53 persen, tanaman pangan 0,01 persen dan perikanan tangkap senilai 0,06 persen.
"Tapi kenaikan ini belum mampu menahan tekanan penurunan secara keseluruhan," jelasnya.
Sebab jelas Wahyu, penurunan NTP turut berdampak pada Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP). Tercatat bulan ini di angka 124,20 atau turun 1,05 persen dibandingkan Juni. NTUP yang melemah mengindikasikan tingkat keuntungan dari usaha tani makin menipis, terutama di tengah beban biaya produksi yang terus meningkat.
Namun di tengah usaha tani yang kian merosot, justru Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) naik 0,76 persen, dari 127,26 menjadi 128,23. Ini menunjukkan bahwa biaya hidup meningkat, sehingga tekanan ekonomi terhadap petani semakin berat. Sementara NTP petani makin hari tidak menunjukkan tren positif.