Mengenal Sriwijaya Dokumentaris, Komunitas Filmmaker di Palembang 

Terbentuk pada 11 November 2019

Palembang, IDN Times - Dunia perfilman di Palembang memang belum setenar kota-kota besar lain di Tanah Air. Kendati begitu, banyak anak muda di Bumi Sriwijaya yang berbakat dalam mengembangkan industri sinematik.

Contohnya para sineas Palembang yang tergabung dalam Komunitas Sriwijaya Dokumentaris. Perkumpulan orang-orang pembuat gambar hidup ini terbentuk pada 11 November 2019, digagas oleh Ari Ibnuhajar atau lebih akrab dikenal Ari bulu.

Menurut Ari yang juga sebagai Ketua Asosiasi Dokumenteris Nusantara Chapter Palembang, Sriwijaya Dokumentaris dibuat sebagai wadah pegiat Film Dokumenter. "Dalam mendokumentasikan kekayaan tradisi, budaya, dan lintasan pemikiran-pemikiran cemerlang," ujarnya kepada IDN Times, Minggu (5/7/2020).

1. Menyebarkan virus-virus cinta kepada filmmaker di Palembang

Mengenal Sriwijaya Dokumentaris, Komunitas Filmmaker di Palembang Ketua Asosiasi Film Dokumenter capter Palembang, Ari Ibnu Hajar (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ari mengatakan, wadah ini mengembangkan kreativitas dalam industri sinema. Ia berharap, karya anak bangsa dapat menginspirasi banyak pihak dan bahkan bisa dikenal orang-orang, baik secara nasional maupun internasional.

"Saya berusaha menyebarkan virus-virus cinta dokumenter kepada filmmaker Palembang lewat komunitas ini, dan potensi mereka makin berkembang lewat program terbaru rekam pandemi. Tak berhenti di sini, saya harap mereka terus bergerak, belajar, dan berkarya sambil tetap menghasilkan dana," kata dia.

Baca Juga: 5 Film dan Serial Dokumenter Terbaru yang Tayang di Netflix

2. Pandemik COVID-19 membuat sebagian filmmaker tidak berpenghasilan

Mengenal Sriwijaya Dokumentaris, Komunitas Filmmaker di Palembang Ilustrasi pembuatan film program rekam pandemi (IDN Times/Dokumen)

Baru menemukan bakat-bakat terpendam dari filmmaker asal Palembang, Ari menyayangkan kondisi saat ini. Pandemik COVID-19 memaksa sineas muda Palembang sedikit menghasilkan karya.

"Kondisi yang tidak kondusif tidak hanya di Indonesia, tapi juga dunia. Kondisi ini membuat para karyawan film yang kebanyakan freelance menjadi terpuruk. Dan ini terjadi di semua bidang film, baik film fiksi maupun dokumenter," ungkapnya.

Menurut dia, suasana pandemik yang terjadi menimbulkan banyak kendala bagi para pekerja film. Mulai dari syuting yang dibatalkan dan ditunda menjadi pukulan keras untuk pekerja seni.

"Artinya, dengan tidak adanya shooting, maka tidak ada pula penghasilan yang dibawa pulang," timpal dia.

3. Sebut COVID-19 membuat dunia film jadi terpuruk

Mengenal Sriwijaya Dokumentaris, Komunitas Filmmaker di Palembang Ilustrasi pembuatan film oleh komunitas Sriwijaya Dokumentaris (IDN Times/Dokumen)n

Bagaimanapun kondisinya, lanjut Ari, dunia perfilman Indonesia maupun dunia harus tetap maju dan berkarya. Apalagi patah arang karena tidak menghasilkan finansial. Apapun yang terjadi kata Ari, roda harus bergerak dan berjalan.

"Mau tak mau harus tetap bergerak agar roda perekonomiannya. Para pekerja filmnya bisa bekerja lagi, dan otomatis perekonomian mereka bisa naik lagi," kata dia.

Selama berkecimpung di dunia perfilman, Ari menyebut situasi sekarang merupakan momen paling merosot. "Sejak lulus kuliah dari Institute Kesenian Jakarta tahun 1996, saya sudah masuk ke dunia perfilman dan ini paling terpuruk," jelasnya.

4. Harap peminat film dokumentaris kian banyak di Palembang

Mengenal Sriwijaya Dokumentaris, Komunitas Filmmaker di Palembang Ilustrasi pembuatan film oleh komunitas Sriwijaya Dokumentaris (IDN Times/Dokumen)n

Salah satu anggota Sriwijaya Dokumentaris, Among Krida Wicaksono menambahkan, sebagai seorang pembuat film dokumenter dirinya berharap agar peminat semakin banyak. Bila dibandingkan secara nasional, industri perfilman di Palembang belum begitu populer.

"Ada peminat film dokumenter tapi hanya berkutat pada kelompok tertentu. Semakin banyaknya peminat, pegiat film dokumenter akan semakin bersemangat membuat film. Karena pesan dari cerita film dapat sampai ke penonton yang lebih banyak," tambahnya.

Among menyampaikan, khusus bagi pegiat film dokumenter di Palembang banyak peluang memperkenalkan hasil karya dan bersaing secara nasional. Baik itu dalam film fiksi atapun dokumenter. Apalagi Palembang mempunyai potensi SDM dan memiliki nilai sejarah luar biasa untuk diexplore.

"Sridoc (Sriwijaya Dokumenter) pernah mendapatkan penghargaan film terbaik 1 kategori dokumenter di musee indiefest yang merupakan festival film berskala Nasional. Beberapa anggota juga ikut berpartisipasi dalam program "Rekam Pandemi" diikuti 300 dokumenteris seluruh Indonesia dan beberapa filmnya bahkan terpilih tayang di TVRI," kata dia.

Baca Juga: Diakuisisi IDN Media, Sutradara Fajar Nugros Pimpin IDN Pictures

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya