Baru 8 Persen UMKM di Sumsel yang Manfaatkan Platform Digital

Sebagian belum mampu menggunakan teknologi IoT

Palembang, IDN Times - Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sewajarnya wajib berinovasi, agar bisnisnya tetap berjalan meski dalam pandemik COVID-19. Salah satu upayanya dengan melek teknologi memanfaatkan platform digital.

Menurut pengamat ekonomi Sumatra Selatan (Sumsel), Iqbal J. Permana, sejaun ini UMKM yang aktif menggunakan promosi lewat online melalui media sosial (medsos) di Sumsel baru 8 persen, dari 3,97 juta keseluruhan pengguna platform digital.

"Pemicu pertama dibantu lewat inovasi penggunaan teknologi IoT (Internet of Things). Bagi yang belum mampu, inilah peran pemerintah untuk membuat pendapatan konsumen menengah ke bawah membaik," ujarnya dalam webinar "Strategi Bertahan UMKM di Masa Pandemi COVID-19", Selasa (18/8/2020).

1. Kunci utama UMKM bertahan adalah sigap inovasi

Baru 8 Persen UMKM di Sumsel yang Manfaatkan Platform DigitalPengamat ekonomi Sumatra Selatan (Sumsel), Iqbal J. Permana (IDN Times/Dokumen)

Dalam diskusi yang dimoderatori Yan Sulistyo, Direktur The Palembang Consulting Group, Iqbal menjelaskan jika strategi bertahan oleh UMKM adalah beradaptasi atau musnah. Analisa yang perlu diperhatikan adalah menjangkau segmen penawaran dan perilaku konsumen.

Lalu mempelajari perilaku revolusi industri 4.0 terhadap perkembangan UMKM di Sumsel. Bagi pelaku usaha kelas menengah dan atas atau sudah jadi perusahaan besar, sebaiknya produsen melakukan treatment agar konsumen mampu melihat produk jual.

"Kunci UMKM bertahan mulai benahi inovasi produk itu sendiri, sesuaikan harga dengan tidak terlalu murah atau lebih mahal. UMKM harus adaptif skill, dalam proses kinerja," jelas dia.

Baca Juga: Rilis Pasar Digital, BUMN Dilarang Ikut Proyek di Bawah Rp14 Miliar

2. Bantuan modal untuk UMKM tidak tepat sasaran

Baru 8 Persen UMKM di Sumsel yang Manfaatkan Platform DigitalWebdinar "Strategi Bertahan UMKM di Masa Pandemi COVID-19" dipimpin moderator diskusi, Yan Sulistyo, Direktur The Palembang Consulting Group, Selasa (18/8/2020). IDN Times/Dokumen

Menurut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni Program Doktor Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri), bantuan modal sebesar Rp3,3 triliun oleh pemerintah pusat kepada UMKM se-Indonesia untuk memgembangkan usaha, dianggapnya belum tepat sasaran.

"Ada bantuan bagi perilaku produsen dari pemerintah, tapi tidak sampai kepada yang berhak. Istilahnya, agar UMKM bertahan memang mesti memahami strategi dan menyesuaikan dengan kondisi," ujarnya.

Kesalahan UMKM yang sering terjadi, sambung Iqbal, tidak dapat beradaptasi dalam kondisi yang sulit terprediksi. Ditambah kurang tepatnya memilih market share dan market place.

"Sehingga antara kebutuhan konsumen dan penyediaan produsen tidak sesuai segmen," timpal dia.

Baca Juga: 5 Daerah di Sumsel Terima Dana Insentif untuk Pulihkan UMKM

3. SDM produktif dalam UMKM masih sedikit

Baru 8 Persen UMKM di Sumsel yang Manfaatkan Platform DigitalKetua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sumarjono Saragih (IDN Times/Dokumen)

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sumarjono Saragih menambahkan, siapa yang bisa beradaptasi dipastikan bisa memenangkan pertarungan. Sebab dari data Kementerian koperasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, hanya 64 juta dari 116 juta UMKM yang berkembang.

"Permasalahannya faktor SDM. Rata-rata dari pelaku usaha besar unit UMKM, hanya ada 5 ribu SDM profuktif yang artinya baru 0,01 persen dari keseluruhan 64 juta UMKM berkembang," terang dia.

Apalagi, lanjutnya, pelaku bisnis di Indonesia mayoritas dari UMKM. Baginya wajar jika pemerintah wajib memperhatikan kesejahteraan penggiat UMKM. Ia memandang semestinya UMKM di Indonesia yang sulit tumbuh besar harus dibantu melalui bisnis mikro. UMKM Harus menjadi embrio industri yang bisa dikembangkan melalui mentoring dan pendampingan.

"Termasuk ada regulasi dan keberlanjutan. Masalah UMKM ini padahal sudah menahun. Contoh kami Apindo merangkul UMKM songket, dan kami bertanya adakah bantuan. Jawabannya, ada dari pemerintah tapi hanya sekali dan tidak lanjut," ungkapnya.

Baca Juga: Lockdown atau Tidak, Pengamat Ekonomi Sumsel: UMKM Tetap Butuh Subsidi

4. Lakukan evaluasi produk dalam kondisi sulit

Baru 8 Persen UMKM di Sumsel yang Manfaatkan Platform DigitalYus Elisa, Ketua ASPENKUP sekaligus Owner Bunda Rayya (IDN Times/Dokumen)

Pelaku UMKM, Owner Ayam Sriwijaya, Mohammad Ridwan melanjutkan, bisnis kuliner seperti yang ia geluti mampu bertahan di kondisi COVID-19 karena melakukan evaluasi. Seperti memperhatikan produk yang tidak menghasilkan.

"Saya bisnis kuliner mencoba mengerucut menu, karena bicara konsumen dari mahasiswa dan perkantoran benar-benar hilang. Beberapa konsumen dari pemesanan makanan online. Jadi peran promo membantu, meskipun dalam perjalannya tetap menyesuaikan penentuan harga jual," jelas dia.

Kemudian berinovasi dari sisi offline, yakni dengan menawarkan paket makanan yang berkaitan dengan jiwa sosial. Maksudnya, mengarahkan kegiatan sosial di masa pandemik COVID-19 untuk saling membantu.

"Kami buka paket ke panti asuhan, konsumen bisa transfer dan kita berikan tanda terima lewat video atau saya fotokan. Agar dapur tetap berproduksi," ungkapnya.

Sedangkan menurut Yus Elisa, Ketua ASPENKUP sekaligus Owner Bunda Rayya, UMKM Sumsel dapat bangkit kembali kalau memiliki leadership dan ekosistem dengan melakukan sinergi untuk kolaborasi.

"Saya berinovasi menciptakan kue corona, kalau pembelian offline turun sampai 70 persen. Visi saat ini beralih jualan online dan bertujuan untuk mengubah kebiasaan seperti dari kaum rebahan menjadi kaum perubahan," tandas dia.

Baca Juga: Bikin Masker Pengantin, Peluang Bisnis Baru UMKM di Palembang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya