TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kurang Dukungan, Pelti Sumsel Akui Pembinaan Atlet Tenis Tak Maksimal 

Pemusatan latihan atlet tenis hanya ada di Palembang

Sekretaris Umum Pelti (Persatuan Lawn Tenis Indonesia) Aryanto (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Sekertaris Umum (Sekum) Pelti (Persatuan Lawn Tenis Indonesia) Sumsel, Aryanto mengakui, pola pembinaan atlet tenis di Sumsel tidak berjalan maksimal, lantaran dipengaruhi kebutuhan pelatih yang tidak memadai.

Menurut Aryanto, pembinaan potensi atlet Sumsel di kabupaten/kota belum berjalan efektif, karena pemusatan latihan hanya ada di Palembang.

"Sementara di kabupaten-kabupaten belum ada fasilitas yang maksimal. Sedangkan untuk mencari bibit unggul juga harus digali di daerah. Kurangnya pelatih juga faktor pembinaan belum tercover secara merata," katanya, Senin (9/12).

1. Pelti Sumsel rencanakan program pembinaan pelatihan pelatih tenis

Kejati Sumsel Cup 2019 usai penutupan Kejurnas di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Senin (9/12) (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Aryanto mengungkapkan, untuk meningkatkan potensi tenis, selain fokus pada peningkatan atlet, hal utama lainnya adalah memprioritaskan pelatih-pelatih baru dalam program pembinaan. Karena, hingga saat ini Sumsel hanya terfokus dengan pelatih lama yang sudah tidak muda lagi.

"Untuk meningkatkan kualitas pelatih, tentu harus dengan mengadakan pelatihan khusus di 17 kabupaten Sumsel. Ini menjadi program perencanaan Pelti juga, percuma ada atlet berbakat tapi pelatih tidak ada, akhirnya atlet ini keluar dari Sumsel dan mencari pengprov lain," ungkap dia.

2. Pelti Sumsel masih berjuang untuk mengembangkan potensi petenis lokal

Kejuaraan Nasional Tenis Kajati Sumsel CUP 2019 di Lapangan Tenis Jakabaring Palembang, Sabtu (7/12) (IDN Times/Feny Maulia Agutin)

Setelah nanti atlet Sumsel berkembang, jelas Aryanto, mereka harus dipertahankan. Jangan sampai mereka ke luar dari Sumsel. Karena, Pelti juga akan mengupayakan tidak mengambil atlet luar.

"Tenis harus mampu melahirkan atlet baru, bukan transfer pemain. Karena sangat disayangkan pembinaan sudah dilakukan dengan matang, akhirnya atlet tidak berjuang atas nama Sumsel. Ini hal sulit, tapi jadi tantangan Pelti dalam membenahi struktur dan organisasi terbaik," jelas dia.

Baca Juga: Minim Peserta, Kejati Sumsel Sayangkan Kejurnas Tak Sesuai Ekspektasi

3. KONI Sumsel kurang maksimal memberikan dukungan dan pembinaan atlet tenis

Ilustrasi atlet tenis (IDN Times/Istimewa)

Selanjutnya, terang Aryanto, untuk bisa melihat progres dari atlet, tentu dengan adanya bantuan turnamen dari berbagai pihak. Karena, dukungan pembinaan menjadi tidak maksimal, lantaran faktor bantuan dari KONI Sumsel yang kurang efektif, termasuk masalah pendanaan.

"Secara support lain KONI Sumsel cukup membantu, tapi memang kalau pendanaan, kita tahu belum maksimal. Kami juga berharap besar KONI Sumsel memberi dorongan lebih," terang dia.

Apalagi, sambung dia, Pelti Sumsel sudah merencanakan agenda traning camp (TC) bagi atlet tenis di Thailand. "TC di Thailand akan diikuti atlet tenis Sumsel yang lolos di PON 2020, ada dari Musi Banyuasin dan Lahat. Ini upaya kita agar atlet raih prestasi," sambung dia.

Berita Terkini Lainnya