TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Sumsel Diminta Waspada Hotspot Memasuki Musim Kemarau

Suhu udara di Sumsel akan terasa lebih panas saat Ramadan

Ilustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Palembang, IDN Times - Stasiun Klimatologi Sumatra Selatan (Sumsel) memprakirakan kondisi musim kemarau akan terjadi pada Mei mendatang. Peralihan musim tersebut akan dimulai sejak April dengan berkurangnya tingkat curah hujan.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, peralihan musim dari hujan ke kemarau akan memicu peningkatan hotspot atau titik panas. Stasiun Klimatologi mengingatkan peningkatan hotspot berpengaruh terhadap kerawanan lahan yang terbakar.

"Menurunnya curah hujan adalah kemunculan hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan data yang ada, hotspot sudah mulai meski musim kemarau belum benar terjadi," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis, Selasa (29/3/2022).

Baca Juga: Tata Kelola Gambut: Izin Korporasi dan Ketegasan Pemerintah 

1. Hujan masih terjadi dengan intensitas yang menurun

Ilustrasi Suasana Hujan di Perkotaan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Wandayantolis mengatakan, musim kemarau 2022 diprakirakan berjalan selama empat bulan. Dimulai pada Mei dan mencapai puncak pada September 2022 mendatang. Dengan masuknya musim kemarau, maka akan memengaruhi dinamika atmosfer.

"Berdasarkan prakiraan dasarian pada awal April 2022, potensi curah hujan berkisar 20-100 mm. Ini menunjukkan pola tren menurun sebagaimana biasanya saat memasuki musim kemarau," ujar dia.

Baca Juga: Menjaga Lahan Gambut Ternyata Bisa Mencegah Perubahan Iklim

2. Panas gerak semu matahari akan melewati Sumsel

pixabay

Penurunan curah hujan akan berdampak pada perubahan suhu udara di wilayah Sumsel yang cenderung lebih panas. Wandayantolis mencatat, ada pengaruh neraca keseimbangan panas antara gerak semu harian matahari yang melewati wilayah Sumsel, dengan berkurangnya uap air di atmosfer yang dapat mengabsorpsi panas dari sinar matahari. 

"Kondisinya juga akan memicu penurunan tingkat kualitas udara. Meski akan memasuki musim kemarau, kejadian hujan deras disertai petir dan angin kencang masih mungkin terjadi dalam masa pancaroba," beber dia. 

Baca Juga: Karhutla Masih Bayangi Wilayah Sumsel Meski di Musim Hujan

Berita Terkini Lainnya