TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

TMC Semai Garam di Langit Muba dan OKI Mencegah Karhutla

TMC di musim hujan menjaga gambut basah sampai akhir tahun

Heli water bombing lakukan pemadaman karhutla di Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menabur sekitar 10 ribu kilogram garam (NaCl) sejak 2 Juni lalu. Mereka melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membentuk awan dan mendorong potensi hujan demi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 2020.

"Setiap hari sejak 2 Juni sampai 20 Juni mendatang, kita akan menyemai bibit hujan. Dalam satu hari kita bisa menyemai sekitar 800 kilogram garam (NhCl). TMC ini bukan menciptakan hujan baru, tetapi memanfaatkan potensi yang masih ada dari sisa-sisa awan hujan," ujar Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan (PPIKHL) wilayah Sumatera dari KLHK, Ferdian Krisnanto kepada IDN Times, Kamis (18/6).

Baca Juga: Siagakan 10 Polres, Kapolda Sumsel Keluarkan Maklumat Cegah Karhutla

1. Muba dan OKI jadi fokus karena memiliki lahan gambut yang luas

Operasi TMC (Dok. KLHK)

Tim TMC terlebih berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel untuk menyemai bibit hujan buatan. Sebab, mereka memfokuskan penyemaian di lokasi rawan karhutla seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba). Sedangkan di wilayah Jambi berada di langit Muara Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur.

"Fokus kita wilayah yang rawan dan memiliki sejarah kebakaran dalam lima tahun terakhir, sehingga tidak semua kita 'hajar'. OKI dan Muba untuk di Sumsel, pertimbangannya di sana memiliki wilayah gambut cukup luas. Kita berusaha menjaga agar embung airnya tetap basah. Kita tidak sembarangan memilih lokasi penyemaian," ujar dia.

2. TMC sulit dilakukan saat karhutla terjadi

KLHK Mulai Lakukan TMC untuk Cegah Karhutla di Sumatera Selatan dan Jambi (Dok. KLHK)

Proses semai garam ini dilakukan di tengah peralihan antara musim hujan dan kemarau. Pada tahun sebelumnya, TMC kerap dilakukan ketika terjadi karhutla sehingga potensi hujan sedikit lama terjadi. Hasil evaluasi kejadian itu, TMC dilakukan lebih cepat dengan harapan gambut akan tetap basah hingga akhir tahun.

Ferdian mengakui, Presiden Joko "Jokowi" Widodo meminta perubahan paradigma dari penanganan menjadi pencegahan. Sehingga pemetaan, patroli darat, dan sosialisasi lebih diutamakan untuk menjamin gambut tetap basah.

"Potensi dari sisa-sisa awan masih ada dan dimanfaatkan. Kalau nanti kan susah, karena tidak ada potensi awan hujan. Apa lagi jika ada asap, akan lebih sulit sehingga harus dua kali tindakan yakni dengan meluruhkan asap setelahnya penyemaian," jelas Ferdian.

Menurut Ferdian, pihaknya sudah memantau di lokasi yang disemai garam menunjukkan hujan turun. Hal itu membuat air tanah pada gambut naik secara signifikan.

"Kita tidak bisa sombong dengan TMC, yang jelas parameternya (gambut menjadi basah) ada. BPBD tetap memantau dari radar dan kita juga lakukan patroli darat untuk melihat," ujar dia.

3. Sebanyak 240 anggota Manggala Agni sudah disiapkan di empat wilayah rawan

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Tim patroli darat dari Manggala Agni telah dikerahkan sebanyak 240 orang. Mereka bekerja di empat wilayah rawan seperti OKI, Lahat, Muba dan Banyuasin. Tidak sekedar itu saja, Manggala Agni juga membentuk pondok kerja atau sub-kantor yang lebih dekat dengan lokasi rawan. Agar ketika muncul titik api dapat segera diambil tindakan.

"Kita melibatkan semua pihak untuk upaya lebih jauh, karena ini pencegahan karhutla jadi tanggung jawab bersama. Masyarakat juga dilibatkan di desa-desa untuk melindungi rumahnya, saling menjaga dan mengawasi. Kami tetap melakukan patroli di lokasi rawan dan lahan kering," tegas dia.

Baca Juga: 3 Kabupaten di Sumsel Tetapkan Status Siaga Karhutla

Berita Terkini Lainnya