TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Stafsus Menkes Sebut Kematian COVID-19 Sumsel Tertinggi di Nasional 

Dinkes petakan 5.675.259 warga Sumsel akan divaksin

Staf Khusus Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jajang Edi Priyatno (IDN Times/Humas Polda Sumsel)

Palembang, IDN Times - Tingkat kematian akibat COVID-19 di Sumatra Selatan (Sumsel) masih memprihatinkan. Hal tersebut diucapkan oleh Staf Khusus Menteri Kesehatan (Stafsus Menkes) Republik Indonesia, Jajang Edi Priyatno.

Menurut Jajang, persentase kematian mencapai angka 5,34 persen. Angka itu melebihi jumlah kematian global sekitar 2,5 persen, dan angka kematian nasional akibat pandemik sebesar 3,11 persen.

"Angka kematian di Sumsel saat ini cukup tinggi di kisaran 5,3 persen. Hal ini tentu harus menjadi perhatian semua pihak," ujar Jajang dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional di Griya Agung, Selasa (24/11/2020).

Baca Juga: COVID-19 Bikin Stok Darah di Palembang Berkurang Drastis

1. Angka kesembuhan COVID-19 di Sumsel juga tinggi

peringatan hari kesehatan nasional di Griya Agung Palembang (IDN Times/Humas Polda Sumsel)

Jajang menilai, untuk mencegah angka kematian COVID-19 agar tidak melonjak, diperlukan penanganan lebih cepat terhadap pasien positif sehingga dapat mengurangi potensi kematian.

Selain itu penerapan protokol kesehatan wajib terus diberikan, rutin edukasi agar masyarakat dapat terus waspada mengingat virus corona masih ada.

"Namun di sisi lain, angka kesembuhan di Sumsel juga cukup tinggi hingga 82 persen dibanding meninggal dunia sekitar 60-70 persen," ungkap dia.

2. Penanganan COVID-19 sudah on the track

peringatan hari kesehatan nasional di Griya Agung Palembang (IDN Times/Humas Polda Sumsel)

Jajang pun menjelaskan, saat ini tidak semua warga yang sakit harus diperiksa. Mereka yang memiliki gejala menjadi pasien prioritas. Perubahan skema pemeriksaan ini berbeda dari masa awal pandemik, di mana semua orang bisa diperiksa. Apa lagi berdasarkan penghitungan evidensi, jika dari 1.000 kasus pemeriksaan maka ada sekitar 10 persen yang terpapar.

"Dengan pemeriksaan lama justru dapat menciptakan kepanikan hingga banyak yang terpapar. Tetapi secara keseluruhan penanganan COVID-19 di Sumsel sudah on the track," ujar dia.

3. Banyak yang enggan periksa karena takut stigma

Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinas Kesehatan Sumsel, Yusri (IDN Times/Dokumen)

Kepala Bidang Surveilance dan Imunisasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, Yusri memaparkan, angka kematian yang tinggi di Bumi Sriwijaya disebabkan oleh lambatnya penanganan. Banyak warga justru enggan memeriksakan diri karena takut dengan stigma positif COVID-19.

"Sehingga banyak yang memeriksakan diri dalam keadaan sudah parah. Untuk itu kita imbau segera periksakan diri jika memiliki gejala," tutur dia.

Baca Juga: 15 Daerah di Sumsel Zona Oranye COVID-19, Terbanyak Klaster Kantor

Berita Terkini Lainnya