TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Wilayah Baru di Sumsel Sumbang Luas Lahan Karhutla

Luas lahan yang terbakar meningkat Semester I 2021

Karhutla di wilayah Ogan Ilir (IDN Times/BPBD Sumsel)

Palembang, IDN Times - Kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Sumatra Selatan (Sumsel) masih terus terjadi. Tak cuma daerah rawan, tapi muncul tiga wilayah baru yang menyumbang lahan terbakar.

Ketiga daerah itu adalah Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) dengan luas mencapai 43 Ha, Muara Enim 30 Ha, dan Musi Rawas 10 Ha. Penambahan tiga wilayah dianggap tidak biasa. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada pergeseran pola wilayah kebakaran di Sumsel.

"Tiga wilayah itu dulunya jarang terbakar. Tahun ini kebakaran terjadi cukup luas. Meski begitu rata-rata kebakaran lahan di ketiga wilayah itu bersifat sporadis dengan luas lahan terbakar sekitar 2 Ha," ungkap Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) KLHK wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto, Rabu (22/6/2022).

Baca Juga: Cegah Karhutla, Muba Ajukan Proyek Sodetan di Bayung Lencir

1. Pembukaan lahan dengan dibakar harus diantisipasi

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ferdian mengungkapkan, jumlah luas lahan yang terbakar di semester pertama 2022 mencapai 472,07 Ha. Jumlah tersebut meningkat dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 100,90 Ha.

Pihaknya mencatat jika kebakaran lahan di Sumsel sebelumnya diakibatkan perambahan untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan, maka saat ini mulai bergeser untuk pembangunan kawasan perumahan.

"Perubahan pola kebakaran lahan ini harus segera diantisipasi oleh pihak terkait," jelas dia.

Baca Juga: Sumsel Pantau Lokasi Rawan Karhutla Lewat Aplikasi Secara Aktual

2. TMC sebagai upaya pencegahan

Proses TMC di Langit Sumsel tahun 2020 (IDN Times/Rangga Erfizal)

Menurut Ferdian, perambahan lahan mulai meningkat sejak dua bulan terakhir. Jika tidak diantisipasi, ia mengkhawatirkan lahan yang dibakar akan menciptakan kebakaran lahan yang lebih luas.

Untuk mengantisipasi puncak kemarau yang pada Juli-September mendatang, pihaknya masih menargetkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Metode TMC yang sudah dilakukan selama 15 hari berdampak positif pada peningkatan curah hujan di Sumsel.

"Kita berharap dengan hujan buatan membaut lahan yang rentan terbakar akan terus basah dan embung tetap terisi air. Embung ini berdampak pada persediaan air saat ada lahan sekitar yang terbakar," jelas dia.

3. Herman Deru minta masyarakat tak membakar untuk buka lahan

Gubernur Sumsel Herman Deru (IDN Times/Tangga Erfizal)

Menyikapi terjadinya perubahan pola terbakarnya lahan, Gubernur Sumsel Herman Deru berharap pencegahan karhutla tak cuma menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Masyarakat diminta berperan aktif mencegah kebakaran.

Deru tak menampik sejumlah kasus karhutla di Sumsel disebabkan oleh aktivitas manusia. Selama ini, kebiasaan membuka lahan dengan dibakar cukup praktis dan murah. Namun ke depan dirinya berharap masyarakat sadar tentang dampak jangka pendek dan panjang dari aktivitas tersebut.

"Kalau memang membutuhkan alat untuk membuka lahan, kami akan pinjamkan. Tapi jangan untuk kepentingan pribadi, tetapi harus kepentingan kelompok tani," ujar dia.

Baca Juga: Sumsel Andalkan TMC dengan Semai Garam Antisipasi Karhutla

Berita Terkini Lainnya