Kasus Stunting Palembang Belum Capai Target Penurunan Nasional

- Pemerintah Kota Palembang menyoroti kondisi gizi buruk di Indonesia termasuk kasus stunting yang belum mencapai target penurunan nasional hingga 14 persen.
- Wakil Wali Kota Prima Salam menyatakan bahwa Palembang baru mampu menurunkan stunting di angka 15 persen pada 2024 lalu, meski telah menunjukkan komitmen serius dalam upaya percepatan penurunan stunting.
- Strategi penting penanganan stunting adalah dengan memastikan intervensi sejak masa pra-kelahiran dengan fokus pada 11 intervensi spesifik di sektor kesehatan, khususnya untuk remaja putri dan ibu hamil.
Palembang, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang menyoroti kondisi gizi buruk di Indonesia termasuk kasus stunting atau anak kerdil yang saat ini belum mencapai target penurunan persentase sesuai angka nasional hingga 14 persen.
Langkah konkret pemerintah daerah upaya menekan kasus stunting tersebut, yakni dengan komitmen dan konsisten turun ke lapangan lewat program edukasi stunting dan memberikan bantuan ke pelosok melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
1. Pemkot Palembang klaim konsisten tangani kasus stunting

Menurut Wakil Wali Kota Prima Salam, meski saat ini Palembang mengalami penurunan kasus stunting, tetapi secara persentase belum memenuhi target RI. Secara rasio, kasus stunting tiap daerah harus berada pada nilai 14 persen. Sementara Palembang, baru mampu menurunkan stunting di angka 15 persen pada 2024 lalu.
"Target (turun 14 persen) ini menjadi motivasi bagi semua pihak yang terlibat dalam penanganan stunting," katanya dalam keterangan rilis yang diterima, Senin (25/8/2025).
Dia mengklaim, Pemkot Palembang sudah menunjukkan komitmen serius dalam upaya percepatan penurunan stunting di sejumlah daerah. Yakni dengan mengerahkan TPPS ke seluruh 18 kecamatan.
Tim tersebut memastikan edukasi penanganan stunting dilakukan merata, serta inisiatif melakukan berbagai strategi komprehensif untuk mengatasi masalah gizi kronis yang menghambat tumbuh kembang anak.
2. Asupan gizi jadi peran penting mencegah anak stunting

Secara langkah strategis, TPPS Palembang memiliki peran krusial di lapangan. Mereka bertugas melakukan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat mengenai pencegahan dan penanganan stunting. Edukasi meliputi, bagaimana peran vital asupan gizi seimbang dan pola hidup bersih terhadap tumbuh kembang anak di tiap kecamatan/kelurahan.
Lewat edukasi dan sosialisasi di lapangan mengenai pemahaman stunting, serta pencegahan serta cara mengurangi masalah gizi buruk, masyarakat yang sudah mendapatkan ilmu tersebut bisa menerapkannya dan mengimplementasikan edukasi itu di tengah keluarga.
Prima Salam juga menyampaikan, seberapa besar pengaruh petugas TPPS yang secara intensif memberikan sosialisasi di kawasan permukiman padat, pelosok dan kelurahan.
Yakni, edukasi itu diharapkan mampu membangun komunikasi baik dan efektif antara petugas dengan warga.
3. Sinergi koordinasi dan komunikasi diharapkan bisa menekan angka stunting

Khusus di Palembang, lanjut Prima, pendekatan sosialisasi dan edukasi stunting oleh petugas TPPS diharapkan bisa melacak persoalan gizi buruk yang dihadapi anak usia produktif di 107 kelurahan yang tersebar di 18 kecamatan.
Ia juga mengharapkan petugas di lapangan mampu mendeteksi dini potensi stunting menjadi lebih mudah. Sehingga katanya, memungkinkan intervensi cepat dan tepat untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi buruk atau kronis di suatu daerah.
Target penurunan angka stunting hingga 14 persen pada akhir 2025 merupakan peran penting anggota TPPS dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) dan instansi pemerintahan. Pendekatan multisektoral dari beragam stakeholder juga diharapkan bisa saling menyamakan persepsi dan berkomitmen penuh dalam penanggulangan stunting.
"Dengan komunikasi dan koordinasi yang optimal, permasalahan stunting di kota ini dapat ditangani dengan baik," jelasnya
4. Pencegahan stunting dimulai sejak pra kehamilan

Sementara berdasarkan data survei status gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang baru rilis Mei 2025, prevalensi stunting di Sumsel mencatat angka 15,9 persen atau mencapai 117.905 balita mengalami gizi buruk. Bahkan, Sumsel menempati peringkat 15 untuk jumlah kasus terbanyak secara nasional.
Sebelumnya, Sekretaris Dinas Kesehatan Sumsel Ferry Fahrizal mengatakan, angka prevalensi stunting tersebut mengalami penurunan 4,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 20,3 persen.
Dia menyebut, strategi penting penanganan stunting adalah dengan memastikan intervensi sejak masa pra-kelahiran dengan fokus pada 11 intervensi spesifik di sektor kesehatan, khususnya untuk remaja putri dan ibu hamil.