Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem saat Nataru di Sumatra Barat

Ilustrasi cuaca ekstrem (Foto: BMKG)
Intinya sih...
  • Cuaca ekstrem akan melanda Sumatra Barat saat libur Nataru mendatang, menurut BMKG.
  • Curah hujan ekstrem dengan intensitas lebih dari 150 mm dalam satu hari sudah terjadi di Pesisir Selatan.
  • Indeks ENSO dan faktor IOD berdampak pada cuaca ekstrem di Sumbar, sehingga BMKG meminta semua pihak waspada.

Padang, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, cuaca ekstrem akan melanda kawasan Sumatra Barat saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendatang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Stasiun Metereologi Minangkabau, Desindra Dedi Kurniawan saat dihubungi IDN Times, Senin (9/12/2024).

"Kondisi cuaca pada akhir Desember 2024 ini menunjukkan bahwa fakta-fakta pendukung untuk cuaca ekstrem sangat kuat," katanya.

1. Curah hujan tinggi di Sumbar

Ilustrasi cuaca ekstrem (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Desindra mengungkapkan, dinamika atmosfer baik faktor global maupun regional dan lokal sangat mendukung terjadinya cuaca ekstrem di Sumatra Barat dan bisa memicu bencana hidrometeorologi.

"Seperti kemarin di Pesisir Selatan yang beberapa waktu lalu terjadi banjir, jadi curah hujannya memang ekstrem dan sampai 220 milimeter," katanya.

Menurutnya, curah hujan dikatakan ekstrem jika sudah lebih dari 150 milimeter dan terjadi dalam satu hari atau 24 jam.

2. Faktor indeks ENSO pengaruhi cuaca ekstrem Sumbar

Ilustrasi Seorang pengendara melewati jalan saat hujan (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Desindra mengatakan, indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO), juga akan berdampak terhadap cuaca ekstrem di Sumbar.

"Ini sebenarnya tidak terjadi di Indonesia, ini biasanya terjadi di samudera Pasifik ekuator bagian tengah, tapi kita mendapatkan imbasnya," katanya.

Menurut Desindra, di Samudera Pasifik ekuator bagian tengah saat ini terjadi La Nina dalam kategori lemah. Tetapi, tetap memberikan curah hujan yang cukup tinggi di Indonesia.

"Walaupun hal itu tidak terlalu berpengaruh di Sumatra Barat, tetapi kita tetap harus waspada," katanya.

3. Faktor indeks IOD pengaruhi cuaca ekstrem Sumbar

Ilustrasi cuaca ekstrem (Foto: BMKG)

Selain itu, menurut Desindra, faktor Indian Ocean Dipole (IOD) juga sangat berpengaruh terhadap curah hujan ekstrem di Sumatra Barat.

"Saat ini terpantau aktif di Samudera Hindia. IOD ini merupakan pergerakan masa uap air dari sebelah timur Afrika menuju sebelah barat Sumatra," katanya.

Menurutnya, pola hujan dan pertumbuhan awan konfektif di sebelah barat Sumatra atau di wilayah laut perairan Sumatra bagian barat terpantau aktif, sehingga awan-awan itu masuk ke wilayah Sumatra Barat.

"Kalau kita petakan secara spasial dengan posisi curah hujan itu memang Sumatra Barat mendapatkan curah hujan harian yang cukup tinggi seperti daerah Pasaman Barat, Pariaman, Padang Pariaman, Padang sampai Pesisir Selatan," katanya.

4. Faktor regional cuaca ekstrem di Sumbar

Ilustrasi cuaca ekstrem (Foto: BMKG)

Desindra mengungkapkan, faktor Madden Julian Oscillation (MJO) juga terpantau aktif di kuadran keempat.

"Ditambah lagi adanya pola-pola siklonik atau low presor di sebelah selatan Sumatra atau bagian selatan Pulau Jawa, ini juga menyebabkan konfergensi," katanya.

"Jadi memang seluruh faktornya itu mendukung. Jadi kami dari BMKG sudah menyampaikan ini kepada Pemprov dan seluruh pemangku kepentingan lainnya agar mewaspadai cuaca ekstrem ini," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us