Intip Sejarah Indonesia Lewat 5 Novel Pramoedya Ananta Toer Yuk!

Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga, yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.
Apakah kamu pernah membaca atau mendengar kutipan di atas? Yups, kamu tidak salah, kata-kata itu merupakan tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul Rumah Kaca. Seperti yang kita kenal, Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu sastrawan Indonesia yang karya-karyanya telah memberikan dampak besar bagi literatur dunia.
Buku-bukunya tidak hanya menyoroti perjuangan dan sejarah Indonesia, tetapi juga menggali emosi manusia dalam konteks sosial dan politik. Meskipun gaya penulisannya kadang kompleks, ada beberapa karya Pramoedya yang cocok dibaca oleh pemula yang ingin mengenal lebih dalam karya-karya sastrawan legendaris ini.
Berikut adalah buku karya Pramoedya Ananta Toer yang bisa kamu baca sebagai pemula, versi IDN Times!
1. Bukan Pasar Malam

Buku Bukan Pasar Malam mengisahkan tokoh Aku, seorang pemuda revolusi yang terpaksa kembali ke kampung halaman karena kondisi ayahnya yang sedang sakit. Novel ini sendiri merupakan semiotobiografi dari Pramoedya Ananta Toer, yang berarti tokoh Aku dalam novel ini merupakan sosok Pram muda.
Ada banyak konflik yang diceritakan pada novel ini, mulai dari kemiskinan, perjuangan dan kesedihan dari tokoh Aku, yang akhirnya harus ditinggal sang ayah untuk selamanya, akibat sakit yang dialami.
Oleh sebagian pembaca, Bukan Pasar Malam, sering disimpulkan sebagai novel yang bernuansa religius, beraura mistik, dan mengandung pergulatan eksistensial diri manusia, ketika berhadapan dengan maut di samping ironi seorang pejuang kemerdekaan yang kecewa dan tak mendapatkan tempat yang layak, justru ketika kemerdekaan yang diperjuangkan dengan penuh pengorbanan itu sudah terwujud.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, karya Pramoedya Ananta Toer telah memberikan dampak bagi literatur di Indonesia. Karena itulah Bukan Pasar Malam menjadi sebuah novel yang mampu memberikan pengaruh dalam Orde Baru sehingga dibredel pada tahun 1965.
2. Tetralogi Pulau Buru

Tetralogi Pulau Buru adalah nama untuk empat roman karya Pramoedya Ananta Toer yang terbit dari tahun 1980 hingga 1988, keempat buku ini terdiri Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca, yang mengungkapkan sejarah dan perjalanan pembentukan nasionalisme pada awal kebangkitan nasional, dan pengukuhan atas seorang pribumi yang bernama Tirto Adhi Soerjo yang digambarkan sebagai tokoh Minke.
Pada buku pertama yaitu Bumi Manusia Minke harus melalui beragam gejolak percintaan, pendidikan dan perjuangan untuk menemukan identitasnya di tengah-tengah kolonialisme Belanda di Indonesia. Pramoedya menggambarkan karakter Minke dengan sangat baik, serta menghadirkan berbagai isu sosial dan politik yang relevan dengan masa penjajahan.
Kemudian dilanjut pada buku kedua, Anak Semua Bangsa melanjutkan kisah Minke dari Bumi Manusia. Buku ini mengangkat tema perjuangan individu dan bangsa melawan kolonialisme serta perlawanan terhadap ketidakadilan sosial. Dalam novel ini, Minke semakin berkembang menjadi pemikir yang kritis terhadap situasi politik dan sosial di sekitarnya. Cerita dalam buku ini lebih mendalam, namun tetap dapat diikuti dengan baik oleh pembaca pemula yang ingin mengetahui lebih banyak tentang perjuangan rakyat Indonesia pada masa penjajahan.
Buku ketiga dan keempat, memperkenalkan lebih banyak karakter yang kompleks, serta memperdalam tema tentang kebebasan, kemerdekaan, dan ketidakadilan. Dan pada buku keempat, Pramoedya yang mengisahkan tentang dunia intelektual dan ketegangan sosial di Indonesia pada masa pasca-kemerdekaan. Rumah Kaca memfokuskan pada dialog antara pemikiran bebas dan politik yang terjadi di dalam negara Indonesia baru.
Meskipun menjadi karya yang banyak dicari dari dulu hingga sekarang, tetralogi Pulau Buru ini pernah dilarang peredarannya oleh Jaksa Agung Indonesia selama beberapa masa.
3. Gadis Pantai

Gadis Pantai adalah novel yang lebih ringan dibandingkan dengan tetralogi Pulau Buru, tetapi tetap mempertahankan ciri khas gaya penulisan Pramoedya yang mendalam. Buku ini mengisahkan seorang perempuan muda yang harus menghadapi ketidakadilan sosial dan peranannya sebagai perempuan dalam masyarakat feodal di Indonesia. Novel ini menggali tema tentang perjuangan, kekuasaan, dan hubungan antara individu dan masyarakat.
Dengan alur cerita yang mudah diikuti dan karakter yang kuat, Gadis Pantai adalah pilihan yang bagus bagi pemula yang ingin membaca karya Pramoedya. Karya-karya Pramoedya Ananta Toer memang dikenal dengan tema-tema sosial dan politik yang kuat, serta penggambaran karakter-karakter yang mendalam.
Bagi kamu yang baru mau memulai untuk membaca buku karya Pramoedya Ananta Toer, kelima buku di atas bisa menjadi rekomendasi buat kamu. Selamat membaca!