Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Fakta Perahu Telok Abang, Mainan Tradisional Palembang Sambut HUT RI

Perahu Telok Abang Mainan Tradisional Khas Kemerdekaan di Palembang
Perahu Telok Abang Mainan Tradisional Khas Kemerdekaan di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Intinya sih...
  • Perahu telok abang, mainan tradisional Palembang, menghadapi tantangan di era digitalisasi dan minat anak-anak yang menurun sejak 2000-an.
  • Pada tahun 1990-an, perahu telok abang menjadi warisan budaya paling ramai diminati di Palembang, namun kini bentuk tradisi tersebut mulai memudar.
  • Sejarah perahu telok abang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda dan terus berkembang pasca kemerdekaan sebagai simbol kecintaan masyarakat Palembang terhadap kemerdekaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Momen kemerdekaan yang diperingati setiap 17 Agustus sebagai seremonial HUT RI kerap hadir lewat beragam tradisi dan warisan budaya. Salah satunya di Palembang, tiap menyambut momen kemerdekaan, sejumlah kawasan di Kota Pempek diramaikan oleh pedagang UMKM yang menjual perahu telok abang sebagai mainan tradisional yang hanya ada saat momen peringatan Proklamasi Kemerdekaan tersebut.

Mainan tradisional ini, terbuat dari styrofoam atau gabus sintetis dengan satu telur merah yang disematkan di atasnya. Karena telur berwarna merah tersebut, mainan itu dinamakan telok abang. Telok artinya telur, sementara abang dalam bahasa Palembang berarti warna merah. Warna merah juga menjadi ciri khas perayaan kemerdekaan dan menandakan tanggal 17 Agustus kian dekat.

1. Minat perahu telok abang Palembang mulai menurun sejak 2000-an

Perahu Telok Abang Mainan Tradisional Khas Kemerdekaan di Palembang
Perahu Telok Abang Mainan Tradisional Khas Kemerdekaan di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Walau jadi simbol mainan tradisional dan khas budaya Bumi Sriwijaya, perahu telok abang sekarang menghadapi tantangan. Karena di era digitalisasi ini, minat anak-anak terhadap perahu mainan telok abang menurun. Bahkan jika ditelusuri beberapa tahun silam, animo pembelian perahu telok abang turun tajam sejak momen COVID-19 pada 2019.

Sebenarnya secara minat, penurunan pembeli perahu telok abang bukan dimulai saat 2019 lalu. Tetapi sejak tahun 2000-an, antusias dan animo publik terhadap perahu telok abang perlahan memudar. Kondisi tersebut karena tergerus digital, teknologi, dan modernisasi.

2. Penjual perahu telok abang meramaikan kawasan Radial hingga 26 ilir sejak 1990-an

Perahu Telok Abang Mainan Tradisional Khas Kemerdekaan di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)lu
Perahu Telok Abang Mainan Tradisional Khas Kemerdekaan di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)lu

Berdasarkan informasi yang dihimpun IDN Times, perahu telok abang sebagai warisan budaya dan tradisi di Palembang era 1990-an, jadi periode paling ramai peminat mainan tradisional tersebut. Zaman itu, sepanjang Jalan Radial hingga Jalan 26 Ilir, Kawasan terdekat pusat kota di sekitar Kantor Wali Kota Jalan Merdeka selalu ramai pedagang dan pembeli perahu telok abang.

Namun seiring waktu, bentuk tradisi memang perlahan senyap. Bukan saja di Palembang, budaya di sejumlah daerah lain juga lambat laun menghilang dan memudar. Kondisi seperti ini, biasanya karena sudah tak ada lagi pihak yang merasa ingin melestarikan.

3. Perahu telok abang sekarang menggunakan telur ayam

Penjual telok abang di Palembang mulai ramai, tanda hari kemerdekaan sudah dekat (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Penjual telok abang di Palembang mulai ramai, tanda hari kemerdekaan sudah dekat (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut sejarawan Sumsel sekaligus tenaga pendidik di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Kms. A.R. Panji, sejarah perahu telok abang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda khususnya ketika Ratu Wilhelmina II memimpin.

"Kemudian terus berkembang pasca kemerdekaan. Sekarang, bentuk perahu telok abang menyesuaikan modernisasi tak hanya berupa kapal, tetapi model pesawat dan Jembatan Ampera," jelasnya kepada IDN Times.

Dia menyampaikan, perahu telok abang dulu kala menggunakan telur bebek. Tetapi saat ini, lebih banyak yang menjual dengan telur ayam. Pergantian telur ini, jadi bentuk penyesuaian terhadap ketersediaan bahan dan harga.

"Selain sebagai mainan, Telok Abang kini juga kerap dijadikan dekorasi unik di rumah warga," kata dia.

Fakta mengenai perahu telok abang ini, lanjut A.R Panji, adalah warisan budaya yang kaya sekaligus simbol kecintaan masyarakat Palembang terhadap kemerdekaan. Meski menghadapi tantangan zaman, nilai historis dan sentimentalnya tetap melekat. Situasi ini memerlukan dukungan lebih agar tradisi bertahan dan lestari di era modernisasi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us