TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sumsel Diminta Mewaspadai Potensi Karhutla Beberapa Hari ke Depan

Titik api di empat provinsi terpantau bertambah

Proses pemadaman api dikebakaran lahan (IDN Times/BPBD Sumsel)

Palembang, IDN Times - Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatra, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ferdian Krisnanto, mengingatkan beberapa wilayah di Pulau Sumatra agar mewaspadai kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Dalam beberapa hari terakhir, titik hotspot atau titik panas di Sumatra mengalami peningkatan. Kondisi ini disinyalir dapat menyebabkan kebakaran secara tiba-tiba.

"Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Sumsel, saat ini dalam status waspada. Dalam empat hari terakhir terpantau ada kenaikan jumlah titik api. Sehingga ada potensi karhutla," ungkap Ferdian kepada IDN Times, Jumat (16/7/2021).

Baca Juga: Manfaatkan Purun, Cara Warga Pedamaran Cegah Karhutla di Lahan Gambut

1. Beberapa daerah gambut masih basah

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto (IDN Times/Rangga Erfizal)

Meski dalam status waspada, beberapa daerah di Sumsel seperti Musi Banyuasin (Muba) dan Ogan Komering Ilir (OKI) yang menjadi wilayah langganan karhutla masih terpantau aman. Faktor cuaca yang menyebabkan kedua wilayah masih basah.

"kondisi lapangan di Sumsel terutama OKI dan Muba masih basah. OKI malah sebagian (Gambut) masih tergenang," ungkap dia.

2. Curah hujan diprediksi akan berkurang

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Pihaknya mengingatkan masyarakat potensi karhutla masih ada dan kapan pun bisa terjadi. Bersama Manggala Agni, pihaknya masih melakukan patroli untuk memantau titik-titik api.

Sejauh ini dari hasil analisa citra satelit yang dilaksanakan KLHK bekerja sama LAPAN sampai dengan akhir Juni, luas kebakaran di Sumsel sudah mencapai 380 hektare (ha).

"Kondisi suhu, kelembaban udara, dan curah hujan diprediksi semakin menurun dalam beberapa hari ke depan," ungkap dia.

3. Masuk kemarau, cuaca dingin mendominasi saat malam hari

Foto hanya ilustrasi. (Pexels.com/pixabay)

Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas 1 Palembang, Nandang Pangaribowo menjelaskan, saat ini merupakan fase musim kemarau di wilayah Sumsel. Saat siang hari, cuaca akan terasa lebih panas dan malam hari terasa dingin akibat fenomena Bediding.

Menurutnya, hal ini biasa terjadi pada musim kemarau, di mana jarang terjadi hujan akibat tutupan awan berkurang. Namun panas permukaan bumi terjadi akibat radiasi matahari lebih cepat dan lebih banyak yang dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang.

"Dengan curah hujan yang kurang maka kelembapan udara juga rendah, berarti uap air di dekat permukaan bumi juga sedikit. Maka panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepaskan ke atmosfer luar, sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari," ungkap dia.

Baca Juga: Sumsel Mendapat Bantuan 2 Unit Helikopter Cegah Karhutla

Berita Terkini Lainnya