Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Tari Setabik Muba, Sambut Tamu Kehormatan dengan Kapur Sirih

Tari Setabik Muba. (Instagram: renzuphotograpy)
Intinya sih...
  • Tari Setabik meraih Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia Tahun 2024 pada 19 November.
  • Tari ini berasal dari bahasa Melayu tabik yang berarti hormat atau memberi penghormatan, dan memiliki gerakan khas yang tidak ditemukan pada tari-tari lainnya.
  • Upaya pelestarian Tari Setabik terus dilakukan oleh pemerintah setempat maupun budayawan untuk memperkenalkan seni tradisional ini kepada generasi muda.

Musi Banyuasin, IDN Times -Masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumsel patut berbangga karena baru saja Tari Setabik berhasil meraih Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2024 pada 19 November lalu.

Tarian ini masih terus ditampilkan dalam acara-acara besar, baik itu acara resmi maupun pesta rakyat. Tak berbeda jauh dengan tarian penyambut tamu lainnya, Tari Setabik Muba juga punya ciri khas dan nilai sakral dalam setiap penampilannya.

1. Tamu undangan mencicipi kapur sirih

Tari Setabik asal Muba merupakan tradisi menyambut tamu kehormatan. (Instagram @renzuphotography)

Dari informasi Giwang Sumsel, Tari Setabik adalah tari tradisional biasanya ditampilkan kepada tamu-tamu kehormatan berkunjung ke Kabupaten Muba. Tarian ini awalnya bernama tari Tabik Tuan yang sudah ada dari masa kolonial Belanda dan ditarikan dalam rangka menyambut tamu-tamu kehormatan dan pemimpin Belanda yang datang ke Muba.

Filosofi penyambutan dari tari ini dapat ditemukan pada salah satu gerakan seorang penari menyuguhkan tamu undangan untuk mencicipi kapur sirih. Penyajian kapur sirih sebagai bentuk penghormatan kepada tamu merupakan ciri kebudayaan Melayu pada umumnya, dimana ciri khas tariannya terdapat koreografi menyuguhkan kapur sirih. 

Setabik berasal dari bahasa Melayu tabik yang berarti hormat atau memberi penghormatan. Terdapat satu gerakan khas dari tari setabik yang tidak ditemukan pada tari-tari lainnya, yaitu gerakan tabik. Gerakan tabik adalah gerakan tangan kanan membentang di samping pelipis kanan seperti sedang memberikan penghormatan.

2. Gerakan khas Tari Setabik dengan kotak emas

Tari Setabik asal Muba merupakan tradisi menyambut tamu kehormatan. (Instagram @renzuphotography)

Melansir dari laman resmi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Muba, tarian ini sempat hampir punah karena jarang ditampilkan di ruang publik. Berbagai inisiatif untuk melestarikan Tari Setabik dilakukan, termasuk menjadikannya bagian dari pendidikan seni budaya di sekolah-sekolah di Sekayu. 

Dalam Tari Setabik biasanya dibawakan tujuh hingga sembilan penari perempuan, dengan satu penari di tengah membawa kotak emas.

Selain itu, tiga pria berdiri di belakang penari perempuan. Dua membawa tombak sebagai lambang keperwiraan, dan satu membawa payung sebagai simbol kebesaran.

Pola lantai tarian ini menonjolkan susunan berjejer lima penari di depan dan lainnya di belakang. Kemudian titik pusat perhatian berada pada penari yang membawa kotak emas.

Tari Setabik memiliki gerakan sederhana dengan koreografi mengulang, seperti gerak kecubung, gerak sembah, gerak lambaian ke bawah dan ke atas dan gerak hormat atau tabik.

Gerakan lainnya mencakup gerak memutar, gerak menyilang, hingga gerak duduk dengan kaki disilangkan. Semua gerakan mencerminkan keanggunan budaya Melayu.

3. Dapat dipelajari di sekolah dan komunikasi seni

Tari Setabik asal Muba saat menerima Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB) Tahun 2024. (Dok. Humas Pemkab Muba)

Upaya pelestarian Tari Setabik ini terus dilakukan oleh pemerintah setempat maupun budayawan. Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel, Pandji Tjahjanto mengatakan, pihaknya kini berupaya mengembangkan dan memperkenalkan seni tradisional ini agar dapat dikenal lebih luas, terutama di kalangan generasi muda.

"Kita sudah upayakan agar Tari Setabik ini dapat dipelajari di sekolah-sekolah dan komunitas-komunitas seni di Kabupaten Muba, sehingga budaya lokal ini tetap hidup dan diteruskan kepada generasi berikutnya," ujarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us