"Kalau tidak ada bantuan dari Pertamina ini mungkin saat ini pemuda di sini masih menganggur dan tidak ada kegiatan," kata Zakky Stany (29) inisiator Tekate Farm, sebuah green house yang fokus menanam melon secara hidroponik di daerah Teluk Kabung Tengah, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang-Sumbar, Minggu (26/10/2025).
Kisah Pemuda Teluk Kabung Tengah, Buah Melon dan Pertamina

- Pertamina memberikan bantuan CSR kepada pemuda di Teluk Kabung Tengah untuk membangun green house dan menanam melon secara hidroponik.
- Zakky Stany dan teman-temannya berhasil mengubah keadaan kampung halamannya dari pengangguran menjadi petani melon yang sukses berkat bantuan Pertamina.
- Pemkot Padang mengapresiasi inovasi Kelompok Tani Muda Teluk Kabung Tengah dalam menanam melon hidroponik, serta berharap BUMN lainnya juga melakukan hal serupa.
Padang, IDN Times - Sebelum hadirnya green house yang bernama Tekate Farm itu menurut Zaki para pemuda di sana kebanyakan tidak memiliki pekerjaan tetap dan kebanyakan menganggur di rumah dan hanya melakukan kegiatan yang kurang produktif.
"Kalaupun ada yang bekerja, biasanya mereka tidak bekerja di sini. Melainkan di pusat Kota Padang atau merantau ke daerah lain seperti Jakarta, Batam, Pekanbaru atau daerah lainnya," katanya.
Awal Cerita Bermula

Zakky masih mengingat jelas saat ia diminta oleh sang ayah untuk kembali ke kampung halamannya di Teluk Kabung Tengah karena sang ayah yang telah pensiun dari pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
"Waktu itu saya masih bekerja di salah satu perusahaan yang kantornya di pusat Kota Padang. Karena papa sudah pensiun dan saya anak paling bungsu, jadi diminta untuk menemani kedua orang tua di sini," katanya.
Zakky memantapkan dirinya untuk kembali ke kampung halamannya yang berjarak kurang lebih 40 kilometer dari pusat Kota Padang itu untuk memenuhi permintaan sang ayah.
"Tapi, saat sampai di sini saya tidak tahu mau ngapain dan mau mengerjakan apa. Saya lihat anak-anak mudanya juga tidak melakukan kegiatan juga," katanya.
Prihatin melihat rekan sebayanya, Zakky mengajak mereka semua untuk melakukan kegiatan perkumpulan membahas tentang apa yang harus dilakukan dan bermanfaat untuk kampung halamannya itu.
"Memang awalnya itu cukup sulit untuk mengumpulkan teman-teman di sini. Karena mereka tidak terlalu fokus untuk melakukan kegiatan perkumpulan," katanya.
Berbekal pemikiran sebagai seorang aktivis saat berada di kampus, akhirnya Zakky berhasil mengumpulkan beberapa pemuda yang siap untuk membangun kampung halamannya dan mengubah kebiasaan menganggur.
"Setelah berkumpul, kami sepakat untuk melakukan kegiatan green house. Kebetulan ada lahan seluas 250 meter di dekat sini yang bisa dimanfaatkan," katanya.
Tetapi, Zakky dan teman-temannya kembali terbentur dengan permodalan yang cukup banyak dibutuhkan untuk membuat green house yang telah direncanakan itu.
"Karena terbentur permodalan, saya mencoba menghampiri Pertamina di sini. Siapa tahu perusahaan BUMN itu mau membantu kami para pemuda di sini," katanya.
Gayung bersambut, pihak Pertamina langsung menyetujui ide pembuatan green house tersebut. Tetapi, para pemuda itu harus memikirkan lebih detail tentang apa yang akan mereka tanam di sana.
"Setelah kembali berdiskusi, akhirnya kami menyepakati untuk menanam melon. Meski kami tidak tahu bagaimana cara menanam melon secara hidroponik ini," katanya.
Ide itu juga kembali disetujui oleh pihak Pertamina Patra Niaga yang akan memberikan bantuan dari Social Responsibility (CSR) yang dimiliki perusahaan tersebut.
"Kami diminta untuk membuat proposal soal pendanaan yang dibutuhkan untuk membangun green house ini yang langsung kami penuhi," tukasnya.
Setelah menyerahkan proposal itu, Zakky dan teman-temannya diminta untuk menunggu persetujuan dari pusat terkait permohonan bantuan itu.
"Dalam beberapa minggu saja kami sudah mendapatkan persetujuan dan Pertamina menyatakan akan membantu kami dengan uang nominalnya Rp150 juta," katanya.
Karena tidak memiliki keahlian dalam membuat green house, Zakky dan teman-temannya sepakat agar pihak Pertamina yang membangunkan untuk mereka berikut dengan bibit yang dibutuhkan.
"Beruntungnya, pihak Pertamina mau membangunkan green house berikut dengan pipa yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik ini," lanjutnya.
Kegagalan yang tak direncanakan

Setelah semuanya selesai, Zakky dan teman-temannya memulai menanam melon secara hidroponik berbekal pengetahuan melalui media sosial dan mempelajarinya secara otodidak.
"Awalnya itu kami menanam beberapa varietas. Beberapa minggu berjalan dengan baik. Melon yang kami tanam tumbuh sesuai dengan yang kami inginkan," katanya.
Tetapi, Zakky dan teman-temannya lupa bahwa mereka membutuhkan ilmu yang lebih lagi agar upaya yang dilakukan bisa berhasil sesuai keinginan mereka.
"Setelah tumbuh dan merambat, bagian akarnya langsung membusuk dan akhirnya percobaan pertama itu mati semuanya dan kami gagal panen," ujarnya.
Zakky tak patah arang. Ia kembali mencoba melakukan penanaman dengan bibit baru yang dibeli secara mandiri dengan mengandalkan sumbangan teman-temannya.
"Pada percobaan kedua, kami kembali mengalami kegagalan dan melon yang kami tanam tetap tidak sampai berbuah. Beberapa teman-teman bahkan mulai patah semangat," katanya.
Sekali lagi, Pertamina datang untuk menyelamatkan para pemuda yang sudah mulai kebingungan itu. Uluran tangan kembali diberikan untuk memberikan jalan.
"Pertamina mempertemukan kami dengan petani melon secara hidroponik agar kami mengetahui bagaimana cara bertani yang baik dengan konsep tersebut," katanya.
Zakky dan teman-temannya mulai belajar bagaimana cara pembibitan, penanaman hingga menjaga tumbuhan merambat itu hingga bisa menghasilkan buah yang sesuai dengan keinginan mereka.
"Dari pembelajaran itu kami mendapatkan ilmunya dan kami kembali memiliki semangat untuk bisa bangkit dan memulai lagi semuanya," lanjutnya.
Menurut Zaki, setelah mereka mendapatkan bantuan berupa pembangunan dan bibit, Pertamina tidak pernah meninggalkan mereka begitu saja dan terus memberikan solusi agar apa yang mereka upayakan bisa berhasil.
Hasil perjuangan Tekate Farm

Setelah mendapatkan ilmu tentang cara bertani melon dengan metode hidroponik, Zakky dan teman-temannya kembali ke green house yang telah dibuat itu.
"Kami kembali membeli bibit beberapa varietas yang akan kami tanam dan langsung menyemainya seperti ilmu yang kami dapatkan sebelumnya," katanya.
Beberapa minggu, kecambah mulai terlihat dan sudah waktunya untuk dipindahkan ke 32 batang pipa yang telah disiapkan yang masing-masingnya memiliki panjang 8 meter dan 12 meter.
"Kami mulai menanam kembali kecambah itu di lobang-lobang yang telah disediakan. Kurang lebih jumlahnya sekitar 800 keseluruhannya," katanya.
Perlahan, kecambah yang tumbuh itu semakin tinggi dan mulai dipasangi tali agar batang melon bisa menjalar ke bagian atas green house yang juga sudah dipasangi tali melintang dari depan sampai ke belakang.
Waktu berlalu, Zakky dan teman-temannya masih harap-harap cemas menunggu hingga batang melon itu mengeluarkan bunga untuk bisa dikawinkan. Hari yang ditunggu pun tiba. Bunga berwarna kekuningan mulai terlihat pada setiap batang dan Zakky harus melakukan perkawinan bunga itu secara manual.
"Karena kan ini lokasinya tertutup dan tidak ada serangga seperti kumbang yang akan mengawinkan serbuk sarinya agar bunga itu bisa menjadi buah," katanya.
Waktu berlalu, bunga-bunga melon itu mulai berubah menjadi putik dan seterusnya menjadi buah melon yang berukuran diameter 10 sampai 15 sentimeter.
"Melihat buah melon pertama kali itu kami sangat senang. Upaya dan kegagalan yang kami alami selama ini akhirnya berbuah manis seperti rasa buah melon yang kami tanam ini," katanya.
Dari hasil panen pertama itu, Zakky menyatakan bahwa Tekate Farm berhasil mendapatkan buah melon dengan berat masing-masingnya berkisar antara 8 ons hingga 1,2 kilogram.
"Kurang lebih hasil panennya itu berkisar antara 800 kilogram sampai 1 ton yang saat ini kebanyakan kami jual ke hotel-hotel dan kami juga membuka wisata agro di sini," katanya.
Zakky menjelaskan, untuk wisata agro, ia mematok tiket sebesar Rp50 ribu dan setiap pengunjung akan mendapatkan satu buah melon dengan berat sekitar satu kilogram.
"Kalau mau beli lagi juga bisa. Harga per kilogramnya itu Rp40 ribu dan saat ini banyak juga pengunjung yang tidak kebagian karena semua buahnya sudah habis," katanya.
Ia sangat bersyukur bisa mendapatkan CSR dari Pertamina yang bisa mengubah para pemuda di Teluk Kabung Tengah yang awalnya pengangguran menjadi petani melon yang sukses.
Kenapa Pertamina memberikan bantuan kepada pemuda di Teluk Kabung Tengah?

Pertamina Patra Niaga memberikan CSR kepada para pemuda di Teluk Kabung Tengah bukan tanpa alasan yang jelas. Beberapa hal menjadi pertimbangan BUMN itu untuk membantu permodalan dan pembinaan kepada para pemuda itu.
"Aalasan pertamanya itu karena lokasinya yang berada di ring satu perusahaan," kata Senior Supervisor CSR & SMEPP Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Agustina Mandayati.
Menurutnya, hal itu bukan menjadi pertimbangan utama bagi Pertamina untuk memberikan bantuan. Hasil dari pemetaan sosial terhadap Kelompok Tani Muda Teluk Kabung Tengah menjadi alasan utamanya untuk memberikan bantuan tersebut.
“Potensi tersebut mendorong kami menyalurkan program tanggung jawab sosial melalui kelompok ini. Dengan tujuan mendorong pengembangan pertanian modern dan berkelanjutan, sesuai semangat empowering the nation,” lanjutnya.
Agustina mengatakan, bentuk bantuan yang diberikan kepada Zakky dan teman-temannya berupa pembangunan green house dengan kapasitas 1.000 lubang tanam. Selain itu pihaknya juga memberikan pelatihan peningkatan kapasitas terkait budi daya melon hidroponik serta promosi dan pemasaran.
“Program ini tidak hanya berupa pemberian bantuan fisik saja. Tapi juga diikuti dengan pembinaan berkelanjutan. Pendampingan dilakukan secara bertahap, baik pembibitan, perawatan tanaman hingga penjualan secara daring guna menghasilkan keberhasilan dan keberlanjutan program. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat berbasis kemandirian ekonomi lokal,” katanya.
Melihat antusias masyarakat yang tinggi, Agustina menyatakan bahwa Pertamina Patra Niaga akan melakukan pengembangan seperti potensi penambahan lahan milik Petani Muda Teluk Kabung Tengah.
"Target kami ke depan pastinya ada. Harapan kami Kelompok Tani Muda Teluk Kabung Tengah dapat tumbuh dan menjadi sentra agrowisata melon hidroponik di Kota Padang. Kemudian menjadi model inspiratif bagi kelompok tani lainnya dalam pengembangan pertanian modern yang produktif dan ramah lingkungan,” harapnya.
Menurutnya, penyaluran CSR di Kecamatan Bungus Teluk Kabung tidak hanya terfokus pada Kelompok Tani Muda Teluk Kabung Tengah saja, tetapi tersebar di sejumlah wilayah.
"Selain budi daya melon hidroponik, juga ada ekowisata mangrove di Teluk Buo di Teluk Kabung Tengah. Kemudian di Teluk Kabung Selatan ada konservasi alam pesisir berupa penanaman tiga ribu mangrove dan transplantasi seribu terumbu karang," katanya.
Menurutnya, Program CSR Pertamina di Kecamatan Bungus Teluk Kabung telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
"Beberapa program sudah dapat pengakuan nasional seperti Teluk Buo yang masuk dalam 100 desa wisata terbaik Indonesia tahun 2024. Hal ini menjadi bukti nyata komitmen Pertamina dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs,” katanya.
Bagaimana tanggapan Pemkot Padang soal penanaman melon hidroponik?

Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir mengatakan, inovasi yang dilahirkan Kelompok Tani Muda Teluk Kabung Tengah sangat cocok dengan Kota Padang. Hal itu menurutnya karena sebagai daerah perkotaan membutuhkan metode pertanian secara hidroponik untuk mengatasi keterbatasan lahan.
“Pemkot Padang sangat mengapresiasi Pertamina Patra Niaga yang telah menyalurkan CSR pada pemuda di Bungus. Melonnya premium, rasanya betul-betul nikmat. Saya rasa uang yang dikeluarkan untuk membayar agrowisata tidak seberapa jika dibandingkan dengan kenikmatan rasa melon yang disuguhkan,” katanya.
Menurut Maigus, Kelompok Tani Muda Teluk Kabung Tengah bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat maupun kelompok tani lainnya. Pemanfaatan lahan bisa dilakukan secara optimal, sehingga dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah yang menjanjikan.
“Ini merupakan solusi untuk peningkatan ekonomi pertanian, karena dengan lahan yang tidak terlalu luas, tetapi produksinya bisa tinggi. Kita juga arahkan Dinas Pertanian Kota Padang agar mendukung inovasi ini. Menjadikan percontohan tanaman melon hidroponik di Kota Padang,” ujarnya.
Ia berterima kasih kepada Pertamina Patra Niaga karena telah memberikan pembinaan dan pengembangan usaha pertanian di Kota Padang. Hal ini berhasil menggerakkan perekonomian masyarakat.
“Kami tentunya berharap Pertamina bisa menganggarkan lagi untuk membantu pertanian di Kota Padang pada tahun berikutnya. Hasilnya sudah kelihatan, anak-anak muda di Bungus itu bisa mengelola kelompok mereka. Kita harapkan BUMN lainnya yang ada di Kota Padang juga bisa melakukan hal serupa,” katanya.


















