Kebun Binatang Bukittinggi, Eksis Sejak Masa Penjajahan Belanda

- Kebun Binatang Bukittinggi adalah kebun binatang tertua di Indonesia, didirikan pada tahun 1900 oleh pemerintah Hindia-Belanda.
- Tempat ini pernah mengalami masa sulit saat penjajahan Jepang, namun kini telah berkembang menjadi Taman Marga Satwa Kinantan sejak tahun 1995.
- Kebun Binatang Bukittinggi memiliki berbagai spesies hewan dan difungsikan sebagai museum budaya dengan atraksi budaya seperti tari Minang dan kuliner khas Minangkabau.
Padang, IDN Times - Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan atau yang sering dikenal sebagai Kebun Binatang Bukittinggi ternyata merupakan salah satu kebun binatang tertua yang ada di Indonesia.
Pasalnya, kebun binatang tersebut telah ada sejak masa pemerintahan Hindia-Belanda tepatnya pada tahun 1900 yang digagas oleh seorang Controleur pemerintah Hindia-Belanda yang bertugas di Fort de Kock, namau Bukittinggi pada saat itu. Kebun binatang tersebut awalnya diberi nama Gravenzanden.
Kebun binatang yang saat ini menjadi tempat wisata ternama di Kota Bukittinggi itu awalnya hanya sebuah taman bunga yang dimanfaatkan untuk lokasi rekreasi oleh orang-orang Belanda.
1. Sejarah Kebun Binatang Bukittinggi

Pada tahun 1929, fungsi taman bunga tersebut dikembangkan menjadi sebuah kebun binatang, dengan nama resmi Kebun Binatang Bukittinggi atau dalam bahasa Belanda Fort de Kocksche Dieren Park.
Pada tahun 1933 Kebun Binatang Bukittinggi juga pernah melakukan pertukaran koleksi antara kebun binatang ini dengan kebun binatang Surabaya atau dalam bahasa Belanda disebut Soerabaiasche Planten-en Dierentuin.
Melalui pertukaran tersebut, Kebun Binatang Bukittinggi memperoleh sejumlah koleksi spesies fauna Indonesia Timur, sedangkan Kebun Binatang Surabaya memperoleh koleksi spesies fauna asli Sumatra sebanyak 150 ekor.
Kebun binatang Bukittinggi ini juga sempat mengalami masa sulit saat penjajahan Jepang. Tentara Jepang tidak menganggap keberadaan kebun binatang tidak terlalu penting. Sehingga, sebagian besar hewan tidak terawat dengan baik, bahkan mati terlantar. Sejumlah fasilitas pun sempat dialihfungsikan untuk memenuhi kebutuhan militer tentara Jepang.
Kondisi berangsur membaik seiring era kemerdekaan RI di mana lokasi ini menjadi Taman Puti Bungsu dan kemudian menjadi Taman Marga Satwa Kinantan pada tahun 1995 hingga saat ini.
2. Replika Rumah Gadang di Kebun Binatang Bukittinggi

Selain sebagai Kebun Binatang, Taman Marga Satwa dan Budaya Bukittinggi itu juga difungsikan sebagai museum budaya yang bisa menjadi salah satu tempat pendidikan kebudayaan.
"Replika rumah gadang itu mulai didirikan pada tahun 1935 dan saat ini difungsikan sebagai museum budaya dan Museum Zoologi," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi, Rofie Hendria saat dihubungi IDN Times, Rabu (21/5/2025).
Untuk meningkatkan peran tempat tersebut sebagai salah satu sarana pendidikan kebudayaan, Roflie menyatakan, atraksi budaya seperti pertunjukan tari Minang seperti Randai, Kuliner khas Minangkabau juga disediakan.
3. Koleksi hewan komplit

Menurut Roflie, Kebun Binatang Bukittinggi memiliki berbagai spesies seperti Harimau Sumatra, Gajah, Orangutan, Buaya hingga Tapir serta beberapa spesies burung dan reptil lainnya.
"Koleksi ini terbagi dalam beberapa zona, seperti zona unggas (aviary), reptil, dan karnivora," katanya.
Selain memelihara beberapa jenis hewan, Kebun Binatang Bukittinggi juga melaksanakan kegiatan konservasi seperti kelahiran Banun, anak Harimau Sumatra yang baru lahir pada bulan Mei 2025.
"Kelahiran Banun ini juga menambah jumlah harimau Sumatra di TMSBK menjadi delapan ekor, belum termasuk satu ekor lainnya yang masih dalam masa observasi," katanya.
4. Operasional dan tiket

Roflie mengungkapkan bahwa Kebun Binatang Bukittinggi beroperasi setiap hari yang dimulai pukul 07.30 WIB dan akan tutup pada pukul 18.00 WIB.
"Untuk harga tiket dewasa sebesar Rp25 ribu, anak-anak Rp20 ribu, dan wisatawan mancanegara sebesar Rp50 ribu" katanya.
Dengan membayar tiket tersebut wisatawan bisa menikmati seluruh fasilitas yang ada di dalam Kebun Binatang Bukittinggi seperti melihat hewas-hewan koleksi dan lainnya.
"Wisatawan juga bisa mengunjungi Benteng Fort de Kock melalui Jembatan Limpapeh, sebuah jembatan gantung berwarna kuning yang menjadi ikon Kota Bukittinggi," katanya.
5. Apa yang dilakukan pemerintah?

Roflie mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai hal untuk Kebun Binatang Bukittinggi tersebut.
"Kami melakukan pengembangan sarana dan prasarana seperti untuk rehabilitasi kandang satwa agar sesuai dengan standar kesejahteraan hewan, penataan aksesibilitas dan perbaikan jalan setapak, fasilitas difabel, hingga area istirahat," katanya.
Selain itu, Pemkot Bukittinggi juga melakukan revitalisasi taman bermain dan area publik agar lebih ramah keluarga dan edukatif untuk para wisatawan.
"Kami juga aktif di media sosial dengan konten edukatif dan promosi atraksi budaya ataupun satwa. Kami juga memberikan pelatihan rutin untuk petugas kebun binatang serta peningkatan keterampilan hospitality, bahasa asing, dan komunikasi publik," tutupnya.