Tak Separah 2015, Karhutla Sumsel 2019 Tertinggi dari Tiga Tahun Ini
Potensi hujan akan kembali terjadi pada 27-29 Oktober 2019
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel menilai, kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda wilayah Sumsel pada tahun 2019 ini belum menyamai kondisi pada 2015 lalu.
"Kalau untuk akumulasi belum, artinya intensitas titik api masih rendah dibanding 2015 tetapi, kondisi ini terparah sejak 2016, 2017, dan 2018," ungkap Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Bencana BPBD Sumsel, Ansori, kepada IDN Times, Jumat (25/10).
1. Puncak titik api selalu muncul pada empat bulan saat musim kemarau
Ansori menerangkan, kalau dilihat rata-rata bulanan puncak titik api selalu terjadi pada empat bulan selama musim panas/kemarau, mulai Juli, Agustus, September dan Oktober. Jika merujuk pada data angka, tahun 2015 pada bulan Juli ada 656 titik api, Agustus 1.800 titik api, September meningkat menjadi 11.285 dan Oktober 11.584 titik api.
Nah dibanding data 2019 ini, titik api memang muncul lebih rendah. Seperti pada bulan Juli ada 256 titik api, Agustus 1.308 titik api, September meningkat menjadi 6.829 titik api dan Oktober sebanyak, 5.242 titik api.
"Sama halnya 2015, kita tetap melakukan upaya pemadaman mulai dari membuat sekat kanal, tim darat, tim udara water bombing dan membuat teknologi modifikasi cuaca (TMC), terus kita laksanakan," terang dia.
Baca Juga: Bicara tentang Pemadaman Api Karhutla di Sumsel, Ini Kata Alex Noerdin