Harga Gabah di Sumsel Murah, Anggota DPRD Sebut Bulog Kurang Maksimal
Bulog disebut tak menyerap gabah petani secara maksimal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Harga gabah di tingkat petani Sumatra Selatan (Sumsel) terjun bebas. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel mencatat, gabah menyentuh harga Rp3.500 hingga Rp3.900 per kilogram. Kondisi ini dianggap makin membuat para petani di Sumsel menjerit.
Anggota Komisi II DPRD Sumsel, Azmi Shofix menilai, penurunan harga gabah disebabkan lemahnya penyerapan gabah oleh Bulog. Kondisi ini banyak dimanfaatkan swasta untuk menyerap gabah petani dengan harga jauh lebih murah dari pasaran.
"Justru di wilayah lumbung seperti OKU Timur, harga gabah menyentuh Rp3.200. Banyuasin Rp2.800 sampai dengan Rp3.200. Harga gabah turun karena ada peran Bulog yang tidak menyerap beras petani secara maksimal," ungkap Azmi, Kamis (25/3/2021).
Baca Juga: Sumsel Surplus Beras 2,07 Juta Ton di Tengah Wacana Impor
1. Harga beras harus ikuti HPP Bulog
Menurut Azmi, harga gabah bisa naik jika ada upaya dari pemerintah untuk menyerap beras petani sesuai harga yang ditentukan Bulog. Pihaknya juga menilai, perlu upaya dari Satgas Pangan untuk mengusut dugaan monopoli hingga mengakibatkan anjloknya harga gabah dan beras.
Menurutnya, sesuai standar HPP Bulog yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perdagangan nomor 24 tahun 2020, harga beras di gudang Bulog berkisar Rp8.300.
"Paling tidak petani itu masih menikmati di angka Rp7.300 atau Rp7.400. Nanti dari petani dibeli oleh penggilingan di angka Rp7.500 atau Rp7.600, kemudian dari penggilingan dijual ke Bulog dengan harga Rp8.300. Jadi petani itu sangat merasakan dampaknya," ucap Azmi.
Baca Juga: Panen Lancar, Bulog Sumsel Babel Serap 12 Ribu Ton Beras Petani