TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gubernur Sumsel Hadir Sebelum Pemakaman, SMA Taruna Tak Ada Respon

Rumah duka korban WK, siswa SMA Taruna Indonesia

IDN/Rangga Erfizal

Palembang, IDN Times - Suasana mendung memang sudah menyelimuti rumah duka sejak pagi di Perumahan Sri Mas, Jalan Pertahanan Blok 16 RT 52 RW 03 Kecamatan Seberang Ulu, Palembang.

Ratusan pelayat, mulai dari keluarga, tetangga maupun rekan dan guru korban semasa mengenyam pendidikan di SMP PGRI 1 Palembang ikut mendatangi rumah duka, WK (14) korban diduga akibat kekerasan saat mengikuti Ospek di SMA Taruna Indonesia Palembang.

"WK ini memang anaknya gagah, dari masih sekolah di SMP PGRI 1 sudah bercita-cita jadi anggota TNI, ingin jadi Komandan. Anaknya juga punya jiwa kepemimpinan, dengan menjadi ketua kelas. Kita tidak menyangka dengan kejadian ini," ujar Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Palembang, Marta Candra Lela, Sabtu (20/7).

1. Keluarga korban masih shock

IDN Times/Rangga Erfizal

Tidak ada satu orang pun yang menyangka kepergian WK akan se tragis ini. Usai 6 hari koma di rumah sakit RK Charitas, Jumat (19/7) sekitar pukul 20.10 WIB korban menghembuskan nafas terakhir. Kedua orang tua korban, Suwito (44) dan Nurainah (42), masih sangat terpukul atas kepergian anak kedua dari tiga saudara tersebut.

"Kita sudah siap-siap kemarin, karena dokter berpesan, hanya menunggu keajaiban untuk kesembuhan. Tetapi, jam 20.10WIB secara medis dinyatakan meninggal dunia. Sejak pagi memang kondisinya terus menurun," jelas kuasa hukum keluarga, Firli Darta, Sabtu (20/7).

2. Tindakan medis tetap tidak bisa selamatkan WK

IDN Times/Rangga Erfizal

Firli mengungkapkan, korban WK sendiri yang sempat dilarikan ke rumah sakit cabang Charitas sebelumnya masih sempat sadar. Korban di diagnosa mengalami usus terlilit akibat benturan di bagian perut yang cukup keras. Melihat kondisi korban seperti itu, pihak rumah sakit meminta keluarga menyetujui untuk dilakukan tindakan medis cepat yakni, operasi.

"Sebelum operasi masih sadar, cuma terus meracau, ngomong tidak jelas seperti 'ampun komandan'  secara berulang kali. Itu hari Sabtu (14/7) malam, sekitar pukul 21.00 WIB dilakukan operasi, setelahnya korban koma hingga kemarin, Jumat (19/7) dan meninggal dunia," jelas dia.

Saat ini, sambung Firli, pihak keluarga masih menunggu rekam medis. Secara resmi pihak keluarga juga telah resmi melapor ke Polresta Palembang pada Jumat malam.

"Untuk rekam medisnya belum kita ambil, nanti akan diurus. Namun secara resmi kita sudah melapor ke Polresta Palembang, agar segera diproses," sambung dia.

Baca Juga: WK, Korban Kedua SMA Taruna Indonesia Meninggal Dunia

Korban WK memang dikenal gigih dalam mewujudkan keinginan untuk menjadi anggota TNI. Cita-cita itu sudah dipendamnya sedari sekolah dasar. Menurut Firli, dari cerita keluarga korban, kalau cita-cita itu ingin diwujudkan lewat masuk SMA Taruna Indonesia, dan korban bahkan bersemangat mencari informasi tentang sekolah semi militer itu.

"Memang anaknya (korban) berkeinginan menjadi anggota TNI, dia berpikiran dengan masuk SMA semi militer setelah lulus dapat lebih mudah mewujudkan cita-citanya," katanya.

Sama halnya diungkapkan adik bungsu korban, Weldi (13), memang kakaknya itu ingin sekali jadi TNI seperti tetangganya.

"Selalu cerita ingin jadi tentara kayak tetangga kami. Kakak (WK) selalu olahraga melatih fisik. Olahraga kesenangannya nge-gym," jelas dia.

3. Cita-cita jadi anggota TNI kandas

Dok.IDN Times/Istimewa

4. Pihak Sekolah masih tertutup soal kejadian

IDN Times/Rangga Erfizal

Firli menambahkan, hingga hari ini pihak sekolah tidak ada yang menjenguk ataupun datang mengucapkan belasungkawa ke pihak keluarga. Hanya pihak yayasan yang datang saat korban masih koma di rumah sakit.

"Sekolah kalau kami lihat masih tertutup. Kalau yayasan sudah terbuka, dan bilang siap jika harus di investigasi," jelas dia.

Berita Terkini Lainnya