TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BKSDA Sumsel Catat Ada 400 Hektare Lahan Konservasi Terbakar 

Belum ada catatan hewan terdampak karhutla

IDN Times/Rangga Erfizal

Palembang, IDN Times - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel mencatat, dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumsel selama 2019 ini, mengakibatkan sekitar 400 hektare lahan konservasi kawasan hutan lindung ikut terbakar. 

Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, German S Hasibuan, memang kebakaran hutan yang terjadi pada tahun ini tidak separah tahun 2015 lalu. Kemunculan api ditandai dengan titik hotspot di beberapa kawasan, umumnya kebakaran diakibatkan oleh aktivitas masyarakat yang mensonor lahan atau mengambil kayu gelam dan api terbawa lompatan angin.

"Biasanya orang yang mengambil gelam, api yang dipakainya untuk membuat minuman lupa dimatikan atau di sengaja. Umumnya mensonor dengan membakar lahan dan kemungkinan kedua api terbawa angin yang melompat," ujar German S Hasibuan, Kamis (19/9).

1. Selama 10 hari terakhir hotspot di wilayah konservasi meningkat

Dok.IDN Times/Istimewa

German menjelaskan, dari catatan BKSDA Sumsel, hotspot di lahan konservasi meningkat dalam 10 hari terakhir. Meski belum bisa dikatakan berbahaya, namun pihak BKSDA di lapangan berusaha memadamkan lebih dini agar kebakaran tidak menyebar ke lahan lain.

"Hari ini kita catat ada 19 hotspot di pinggir kawasan konservasi. Kebakaran mulai masif dalam 10 hari terakhir dan untuk hari ini yang paling tinggi titik apinya. Sebelumnya paling 5 atau 4 titik. Selasa kemarin 13 hotspot," jelas dia.

Daerah yang paling banyak terbakar ada di Padang Sugihan, Kabupaten Banyuasin. Kondisi lahan konservasi di wilayah tersebut terbakar sebanyak 400 hektare dari total lahan sekitar 88.408 hektare. Lahan itu kebanyakan hanya terbakar pada bagian permukaannya saja. Namun, hal itu akan sangat berdampak jika terjadi kebakaran lanjutan.

"Pada lahan gambut Padang Sugihan, kami mendeteksi banyak yang terbakar dibagian permukaan saja, kalau sudah terbakar lagi akan turun ke bawah. Yang terbakar memang selalu relatif, umumnya di pinggiran kawasan, tapi bukan tidak pernah di tengah," sambung dia.

Baca Juga: Gelar Salat Istisqo, Gubernur Sumsel: Karhutla Ini adalah Ujian

2. BKSDA Sumsel belum temukan hewan di lahan konservasi yang terdampak Karhutla

Dok.IDN Times/Istimewa

German menerangkan, kebakaran di lahan konservasi secara langsung akan berdampak pada kehidupan hewan yang hidup di sana. Meski begitu, hingga saat ini pihak BKSDA belum menemukan hewan di lahan Konservasi yang menjadi korban karhutla.

Sejumlah hewan yang diketahui hidup di kawasan lahan konservasi Padang Sugihan, yakni Siamang, Gajah, Beruang, Burung elang, dan rusa.

"Pasti ada dampak pada makhluk hidup, hanya saja di kawasan yang kita kelola belum ditemukan satwa liar yang terdampar. Kita belum mendapat laporan, ada satwa liar yang terdampar. Karena, biasanya satwa liar yang terdampar lebih karena terdesak, istilahnya ada terdampak, hanya saja kita belum mendapat laporan mengenai satwa liat yang terdampar," terang dia.

Tapi tetap saja, kawasan yang terkenal sebagai tempat habitat gajah Sumatera itu, saat ini terus dijaga agar tidak membuat mereka resah. Tim BKSDA Sumsel juga terus memantau sebaran api sehingga dapat langsung dipadamkan.

"Total gajah liar dan yang jinak ada sekitar 138 ekor. Dulu pernah diperbantukan untuk mobilisasi selang, pompa, saat pemadaman karhutla di daerah Padang Sugihan," kata dia.

Berita Terkini Lainnya