TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Begini Trik dan Pola Hadapi Anak yang Sering Membantah 

Sikap anak tergantung hubungannya dengan orangtua, lho

Unsplash/Caleb Woods

Mengurus anak bukanlah persoalan mudah. Bahkan tak jarang antara orangtua dan anak memiliki perselisihan, dan sebagian anak sering membantah nasihat orangtuanya. Namun, tahukah kalian? Bila perilaku anak sebenarnya tergantung bagaimana ia dididik.

Menurut Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari RS Bunda Palembang, Rimas Dian Maretha, trik dan pola hadapi anak yang sering membantah adalah dengan menjalin kedekatan atau hubungan antara keduanya. Karena kesediaan anak bersikap kooperatif tergantung pada term attachment (kelekatan).

"Orangtua yang merasa sang anak lebih sering membantah perlu mengecek kembali bagaimana kualitas attachment antara keduanya," ujarnya kepada IDN Times, Kamis (23/7/2020).

Baca Juga: 10 Kalimat Bijak tentang Anak, Bisa Dijadikan Pengingat Bagi Orang Tua

1. Kepercayaan membentuk rasa sayang anak

Rimas Dian Maretha, Psikolog Klinis Anak dan Remaja RS Bunda Palembang. (IDN Times/Dokumen)

Pentingnya kedekatan anak dan orangtua dibutuhkan agar sang anak merasa senang hati saat bekerja sama orangtuanya. Saat ia sudah percaya, tentunya dalam hati si anak bakal menyadari bahwa orangtua merupakan sosok penyayang.

"Seperti kata Laura Markham dalam peacefull parents happy kids, ketika anak belum percaya maka semua aturan yang kita kasih akan terlihat 'tidak adil' baginya dan bukan yang terbaik menurut anak," kata Founder Denali Daycare ini.

Baca Juga: Hindari Ungkapkan 6 Kalimat Ini, agar Tak Jadi Orangtua yang Toxic

2. Bangun kedekatan dan interaksi sejak bayi

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Dian menerangkan, supaya anak meyakini orangtua menyayangi mereka, mulailah membentuk pola kedekatan sejak kecil. Seperti membangun kelekatan mulai usia bayi. Orangtua yang responsive terhadap kebutuhan bayi akan membuatnya membentuk pola hubungan yang aman atau secure attachment.

"Adanya kuantitas dalam bentuk rutinitas yang bermakna seperti sentuhan, pelukan, bermain antara orangtua dan bayi, memberi pengalaman dicintai dan dikasihi," terang dia.

3. Biasakan membuat ritual bersama keluarga

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Ketika anak kita berusia 6-9 tahun, sambung Dian, kelekatan dapat dibangun dengan membiasakan aktivitas atau ritual keluarga. Misal mengajak makan bersama dengan sang ayah, serta melakukan liburan bersama di waktu luang dengan berpergian atau mudik ke kampung halaman.

"Jadwalkan dan beri waktu spesial berdua dengan anak. Saat itu lah pondasi hubungan yang kuat dengan anak," ujarnya.

Baca Juga: Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? 

Berita Terkini Lainnya