Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tradisi Idul Adha di Sumsel yang Masih Dilestarikan, Unik dan Sarat Makna

ilustrasi Idul Adha (freepik.com/freepik)
ilustrasi Idul Adha (freepik.com/freepik)

Palembang, IDN Times - Hari Raya Idul Adha atau lebaran kurban selalu dirayakan dengan meriah dan antusias bagi masyarakat di Sumatra Selatan (Sumsel). Selain merajut silaturahmi, ajang saling berbagi menjadi momen penting dalam hari raya terpenting umat Islam ini.

Beberapa daerah di Sumsel rupanya memiliki sejumlah kebiasaan yang unik dan harus dilakukan saat perayaan lebaran kurban. Selain mudik dan Shalat Ied, masyarakat akan berkumpul bersama keluarga, serta menikmati santapan khas lebaran. Hal ini menjadi beberapa momen penting yang dinantikan oleh umat muslim saat perayaan hari kemenangan ini.

Berikut beberapa tradisi unik di Sumsel saat hari raya Idul Adha:

1. Tradisi Bubus Tebat

Ilustrasi  Idul Adha (freepik.com/freepik)
Ilustrasi Idul Adha (freepik.com/freepik)

Warga Dusun Tanjung Aro, Kelurahan Kuriban Babas, Kecamatan Pagar Alam Utara, Kota Pagar Alam selalu berkumpul di kawasan Tebat Besak atau yang dikenal juga dengan Tebat Mayan. Mereka berkumpul bukan tanpa alasan hari itu, tradisi tahunan yang penuh makna dan semangat kebersamaan kembali digelar yakni Bubus Tebat.

Sekitar pukul 09.00 WIB, ketika air Tebat mulai surut, ratusan warga serempak turun ke dalam kolam untuk ‘nanggok selangau’ yakni menangkap ikan secara bersama-sama menggunakan jaring tradisional.

Tradisi ini bukan sekadar perburuan ikan. Bubus Tebat telah menjadi warisan budaya turun-temurun masyarakat Dusun Tanjung Aro, yang rutin dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadan atau menyambut hari besar keagamaan seperti Idul Adha.

2. Sedekah Rame

ilustrasi sedekah (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi sedekah (pexels.com/Julia M Cameron)

Masyarakat Desa Tambangan, Kecamatan BTS Ulu Cecar, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan setiap hari raya Idul Adha menggelar tradisi unik yang dinamakan sedekah rame. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat di Desa tersebut mulai dari Kampung 1 sampai dengan Kampung 4 usai sholat Idul Adha.

Biasanya, masyarakat akan berkumpul mulai pukul 09.00 WIB dengan membawa makanan dari rumah untuk disantap bersama-sama dengan cara lesehan. Adapun menu makanan yang dibawa diantaranya kue, lontong, lemang dan opor ayam. Mereka dengan kompak bersama-sama menyantap makanan secara kebersamaan.

Wak Ston selaku tokoh masyarakat mengatakan, tradisi sedekah bersama ini termasuk saling berbagi kepada orang yang tidak mampu.

"Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun di hari raya Idul Adha. Jadi masyarakat harus makan sama-sama, menunjukkan kebersamaan," ungkapnya.

3. Adat Midang Lebaran

Screenshot_20250605-173712_Chrome (1).jpg
Masyarakat di Sungsang Banyuasin. (Dok. Giwang Sumsel)

Adat ini dilakukan oleh masyarakat Desa Sungsang I, II, III, IV dan Desa Muara Sungsang Kecamatan Banyuasin II yang biasanya digelar saat Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. Sebelum tahun 1990, acara midang Idul Adha dilakukan masyarakat tujuh hari berturut-turut, tetapi setelah 1990, midang Idul Adha hanya dilakukan tiga hari berturut-turut yaitu hari pertama, kedua dan hari ketiga Lebaran sama seperti midang Idul Fitri.

Midang diartikan jalan-jalan saling berkunjung satu sama lain dan bersilaturahmi. Masyarakat Sungsang setiap hari midang selalu berganti-ganti pakaian. Pagi sampai siang berpakain lain. Siang hingga sorenya ganti pakaian lain. Makanya kalau dulu midang Idul Adha seseorang harus menyiapkan 14 stel pakaian, namun sekarang baik midang Idul Adha maupun midang Idul Fitri, warga Sungsang tidak banyak lagi menyiapkan pakaian baru cukup enam stel.

4. Tradisi Nganteuran dari OKU Selatan

ilustrasi merayakan Idul Adha (unsplash.com/Clique Images)
ilustrasi merayakan Idul Adha (unsplash.com/Clique Images)

Tradisi Nganteuran merupakan kegiatan saling mengirim makanan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda yang ada di Desa Tanjung Baru Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan pada hari-hari besar seperti Idul Adha.

Masyarakat Desa Tanjung Baru biasanya memulai tradisi ini tujuh hari sampai satu hari sebelum hari raya tiba. Makanan yang diberikan menggunakan rantang berisi sajian-sajian khas lebaran seperti nasi, daging, hingga kue kering dan kue basah.

5. Tradisi celup kaki ke darah hewan kurban

ilustrasi kurban Idul Adha (unsplash.com/Ismail Hasan)
ilustrasi kurban Idul Adha (unsplash.com/Ismail Hasan)

Biasanya sejumlah anak-anak hingga orang dewasa di Kota Palembang melakukan tradisi menyelupkan kaki ke darah hewan kurban pada Idul Adha, karena dipercaya mampu menyehatkan kulit. Selain mampu mengobati kulit, tradisi tersebut dipercaya juga mampu membuat anak-anak menjadi pribadi yang berani dan lebih menyayangi hewan.

Biasanya setelah menyelupkan kaki ke darah hewan kurban, lalu didiamkan selama satu jam kemudian di basuh dengan air hingga bersih. Tradisi tersebut dianggap sudah sejak lama dilakukan oleh para warga, dan terbukti khasiatnya dapat menyehatkan kulit.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us