5 Makna Mudik Lebaran, Perjuangan dan Pengorbanan

Mudik lebaran atau pulang kampung adalah agenda wajib bagi sebagian orang. Berharap bisa merayakan hari rasa bersama keluarga tercinta. Dengan kehangatan yang penuh rasa.
Nah, untuk memahami itu lebih jauh. Mari simak lima makna perjuangan dan pengorbanaan saat mudik. Agar kita juga mengambil pelajaran darinya.
1. Menghidupkan kembali silaturahmi

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), silaturahmi didefinisikan sebagai tali persahabatan (persaudaraan). Nah, sudah jelas kan kalau yang namanya tali itu harus dihubungkan kembali. Atau dikuatkan lagi, agar ia tidak putus.
Kegiatan mudik salah satu kuncinya. Ia adalah bukti nyata berkorban untuk mendatangi keluarga. Terkadang kita sudah tidak terlalu memedulikan jarak yang ada. Pun, ongkos perjalanan sejak jauh-jauh hari sudah kita tabung dan kumpulkan.
2. Perjuangan untuk berjumpa orang tersayang

Seorang suami yang tengah merindukan istrinya, udah pasti mengusahakan segala sesuatunya untuk menemuinya. Begitu juga seorang anak yang sudah lama tidak berjumpa dengan orangtuanya. Ia bersedia melewati banyak rintangan untuk mengobati rasa kangennya.
Ini pemandangan yang mengharukan, juga indah sekali. Menunjukkan bahwa orang-orang tersayang itu memang layak untuk selalu diingat, pantas untuk dijaga hingga pada akhir menutup mata. Karena mereka sangat berharga.
3. Momen nostalgia

Benar sekali. Pulang ke kampung halaman itu pasti meninggalkan jejak, juga bekas-bekas memori masa lalu. Ketika ketakutan hanya sebatas tugas matematika dari bapak dan juga ibu guru. Ketika hidup hanya diisi dengan kesenangan yang tiada habisnya.
Saat dewasa, kita hanya bisa mengenang itu semua. Sembari tersenyum, bahwa kita hidup di muka bumi ini sudah lumayan lama. Begitu pun dengan lebaran yang kita lalui dengan keluarga. Jumlahnya tidak terhitung lagi, tapi ceritanya bakal terus terpatri.
4. Rasa syukur serta refleksi diri

Rasa syukur dapat diperlihatkan lewat ucapan, juga perbuatan. Seperti pulang kampung, bentuk kesyukuran masih diberi kesempatan untuk hidup, dikaruniakan kesehatan yang memadai. Juga kondisi finansial yang sehat secara lahir dan batin, membuat perjalanan mudik tidak mustahil dilalui.
Selain itu, usia yang kian bertambah juga harus direnungi. Jatah hidup kita di dunia juga kian berkurang. Jadi, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang ada. Selagi masih ada kemampuan, maka manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
5. Bentuk berbakti kepada orangtua

Orangtua adalah cahaya mata kita di dunia ini. Jika kita kehilangan mereka, maka separuh kehidupan kita bak berkurang. Maka dari itu, selagi mereka masih menghembuskan napas, jangan abaikan mereka. Itulah kenapa mudik itu diciptakan. Agar kita bisa tunjukkan cinta kepada mereka.
Berbakti dengan memperlihatkan bahwa kita menaruh peduli. Bukan hanya kepedulian biasa, tapi lebih dari itu isinya adalah ketulusan. Karena satu hal yang tidak akan pernah pudar di muka bumi, kasih sayang orangtua kepada anaknya. Lantas balasan apa yang sepadan kalau bukan dengan senantiasa berusaha untuk patuh dan hormat kepada mereka berdua.