Mengenal Karakter Pera, Animasi Sejarah Ampera di Palembang

- Industri animasi lokal di Palembang memiliki potensi besar untuk mengembangkan cerita animasi, series, dan film
- Series @4mpera.official lahir dari pelaku seni studio Home Entertainment ART sebagai wujud kecintaan animator Palembang terhadap sejarah Kota Pempek
- Karakter Pera di series @4mpera.official menjadi contoh perjuangan pelaku seni daerah dalam mewujudkan kemajuan industri animasi Tanah Air
Palembang, IDN Times - Industri animasi lokal khususnya di Palembang ternyata memiliki potensi besar mengembangkan cerita animasi, series, maupun film seperti yang tercipta dari karya Director Series @4mpera.official.
@4mpera.official merupakan series yang lahir dari pelaku seni studio Home Entertainment ART (@H.E.ART) sebagai wujud kecintaan animator Palembang terhadap sejarah Kota Pempek.
1. Pera merupakan karakter robot kecil warna merah dengan telinga Jembatan Ampera

Founder Home Entertainment ART sekaligus Director Series @4mpera.official Hady Sumarna mengatakan, lahirnya series karakter Pera, robot kecil warna merah dengan telinga Jembatan Ampera ini adalah wujud cinta pelaku seni lokal membanggakan Palembang.
Pera dalam series @4mpera.official memiliki sahabat Pippy dan Lim. Karakter sahabat Pera ini merupakan robot dari bangunan bersejarah rumah Limas. Dalam cerita, mereka mengeksplorasi Kota Palemville.
Palemville dalam animasi terletak di sebelah timur laut Kota Palembang dan merupakan tempat tinggal Pera, Pippy, dan karakter lainnya. Kota ini digambarkan sebagai wilayah penuh cinta dan harapan.
"Setiap orang selalu merindukan masa kecil, dimana film-film kartun mengisi kehidupan menyenangkan. Untuk mengenang kembali masa kecil, maka dibuatlah serial animasi ini," kata Hady saat berbincang bersama IDN Times, Jumat (25/4/2025).
2. Harap karakter lokal bisa meramaikan perfilman nasional seperti Animasi Jumbo
Karakter Pera di series @4mpera.official jadi contoh kecil perjuangan pelaku seni terutama animator daerah mewujudkan kemajuan industri animasi Tanah Air. Memulai karya lewat platform digital dan sosial media, ke depan karakter ini ditarget bisa meledak dan dikenal global seperti animasi kartun luar negeri.
"Saat ini kita berusaha mengenalkan karya lewat TikTok, Instagram, dan YouTube. YouTube sekarang sudah ada seribuan subscriber," jelasnya.
Harapannya, karakter-karakter lokal seperti ini bisa meramaikan perfilman nasional seperti Film Animasi Kartun Jumbo yang berhasil mendapatkan lebih dari 6,4 juta penonton saat tayang di bioskop.
"Ini (pengembangan sektor) butuh support dari goverment. Tapi sayang, pemda kita ini, belum melek hal seperti ini. Jadi kita bingung, kita yang terlalu berambisi besar atau memang pemerintah yang tidak tahu potensi ini jadi ekonomi kreatif?" kata dia.
3. Industri animasi tidak pernah merugi atau anjlok hingga lebih dari 50 persen

Hady mengatakan, potensi sektor animasi sebenarnya berpeluang besar dalam meningkatkan roda perekonomian. Karena roda ekonomi bergerak tak terlepas dari peran kreatif pelaku seni.
Terbukti, ketika pandemik COVID-19, industri ini masih bisa berkarya di tengah-tengah ekonomi tak stabil dan situasi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun memang katanya, pada 2020 di COVID-19 pertumbuhan pendapatan sempat merosot, tetapi tidak langsung anjlok signifikan.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI), pendapatan studio animasi di Indonesia pada 2016-2020 bergerak fluktuatif. Namun secara persentase, sektor ini tidak pernah merugi atau anjlok hingga lebih dari 50 persen. Minus paling tinggi di angka 29 persen dari sektor pendapatan IP animasi.
"Kami berharap pemerintah bisa kolaborasi dengan rumah studio atau animator menghasilkan produk dan mau dibawa kedepannya. Kami ingin ada implementasi jelas bukan hanya sekedar audiensi pertemuan atau apa. Ayo kita hasilkan produk yang bisa jadi peluang ekonomi kreatif," jelasnya.
4. SDM Indonesia banyak direkrut dan kolaborasi dengan negara lain
Berbicara perkembangan industri animasi di Indonesia, secara perbandingan dengan negara lain seperti Malaysia, Jepang dan Singapura. Tanah Air masuk dalam kategori pendapatan terendah.
Padahal Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mendominasi kemampuan di dunia animator. Kondisi ini, karena respons pemerintah daerah tak seperti gayung bersambut. Pemerintah belum paham alur impelementasi potensi dan peluang dari bisnis animasi, hingga terbentuk produk yang menghasilkan
"Kebanyakan memang SDM orang Indonesia direkrut atau sudah berpengalaman kolaborasi dengan negara lain," kata Hady.
Data AINAKI menunjukkan, industri animasi di Indonesia pada 2018 dengan Jepang sangat jauh pertumbuhannya. Terlihat dari angka pendapatan di tahun itu. Pada 2018, industri animasi Indonesia hanya mampu menyentuh pendapatan Rp485 juta miliar. Sementara di Jepang sudah tembus lebih dari Rp310 triliun. Secara perbandingan yakni 1:621.
5. Berdasarkan penelitian AINAKI pada 2018, animasi lokal yang disiarkan di televisi nasional hanya 19,6 persen

Hady menggambarkan, sektor animasi di Indonesia sulit meledak dan terkesan mengalami proses panjang menghasilkan sebuah karya, karena dukungan pemangku kepentingan yang tak bergerak cepat. Dalam hal ini, pemerintah daerah yang susah untuk diajak kerjasama dan berkolaborasi.
Bukti animasi Indonesia masih jauh untuk mengejar eksitensi negara lain, karena berdasarkan penelitian AINAKI pada 2018, menyatakan animasi lokal yang disiarkan di televisi nasional hanya sebesar 19,6 persen (dari 9 judul). Salah satunya serial berjudul Petualangan Si Unyil.
Selebihnya serial animasi di angka 80,4 persen (37 judul) yang tayang di televisi nasional merupakan karya impor kiriman luar negeri. Meski dalam situasi pelik, Hady optimistis perjuangan pelaku seni industri ini tak lelah, hingga akhirnya film Jumbo meledak.
Membahas karya animasi yang dikenal global, ia mencontohkan IP animasi yang sudah booming. Yakni Pokemon, Hello Kity, Winnie The Pooh, Mickey Mouse, dan Star Wars. Harapannya, Indonesia bisa menghasilkan dan mewujudkan produk serupa yang benar-benar memanfaatkan SDM lokal tersertifikasi.
"Ada beberapa animator maupun tenaga ahli kita yang terlibat dalam proyek (animasi dikenal global). Termasuk saya pernah ada terlibat di MV Yellow Claw - Amsterdamned," katanya.
6. Perkembangan studio amimasi di Palembang mulai tumbuh positif

Keyakinan Hady terhadap kemajuan animasi Indonesia, karena katanya, ada beberapa film animasi lain yang pernah mendapatkan penghargaan Festival Film Indonesia (FFI). Salah satunya, film Si Juki The Movie yang mendapatkan apresiasi FFI tahun 2018.
Selain itu lanjutnya, kini perkembangan studio amimasi di Palembang mulai tumbuh positif. Kareba sebenarnya ada lebih dari satu studio animasi yang aktif. Dilihat dari data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), studio animasi Palembang tercatat ada empat studio.
Salah satunya Home Entertainment ART. Sementara dilihat dari peluang mencetak animator baru, di Sumatra Selatan (Sumsel), ada dua sekolah kejuruan yang mendukung sektor khusus animasi. Salah satunya di SMK N 5 Palembang Jalan Demang Lebar Daun.
"Semoga makin banyak SDM yang punya skill dan tahu mau dibawa kemana karya mereka. Begitupun sokongan dari pemerintah as pejabat daerah yang mampu membangun kerjasama dan memamfaatkan kemampuan pelaku seni kreatif," jelas dia.