Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Palembang HUT pada 17 Juni, Padahal di Prasasti 16 Juni?

Pengunjung Wisata Tower Ampera Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Pengunjung Wisata Tower Ampera Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Setiap 17 Juni, Kota Palembang memperingati hari jadinya. Untuk tahun ini, kota pempek ini tepat berusia 1.342 tahun. Angka tersebut menjadikan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia sampai sekarang. Namun penetapan tanggal hari jadi Palembang ini ternyata pernah menjadi perdebatan oleh sejarawan.

Pasalnya, berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang, tercatat pembentukan suatu watuna yang ditafsirkan sebagai Kota Palembang berangka tahun 16 Juni 682. Prasasti tersebut ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Maka itu, jika melihat dari catat sejarah penemuan Prasasti, seharusnya peringatan HUT Palembang pada 16 Juni.

Lantas apa alasannya saat ini HUT Palembang ditetapkan menjadi 17 Juni sampai saat ini?

1. Hari jadi Kota Palembang sebenarnya tanggal 16 Juni 688 Masehi

Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji mengungkapkan, banyak yang tidak mengetahui bahwa hari jadi Kota Palembang sebenarnya adalah pada tanggal 16 Juni 688 Masehi. Menurutnya, penanggalan tersebut berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang.

"Kalau mengacu pada prasasti Kedukan Bukit maka tanggal lahir yang pas untuk Palembang yakni jatuh pada 16 Juni bukan 17 Juni," ujarnya.

Namun, Kemas menceritakan, alasan mengapa hari jadi Palembang diperingati pada 17 Juni tiap tahunnya. Menurutnya, pada masa Walikota Palembang ke 12, RHA. A. Rifai Tjek Yan dari Tahun 1970-1978, tepatnya Tanggal 6 Mei 1972, menetapkan 17 Juni sebagai hari jadi Kota Palembang.

2. Alasan diambilnya tanggal 17 agar lebih seragam dengan hari kemerdekaan

Jembatan Ampera Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Jembatan Ampera Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ari menerangkan, penetapan tersebut hanyalah sebagai hasil rumusan dan kesekapatan antara Walikota dan Tim Perumus Hari Jadi Kota Palembang.

"Keputusan tersebut kemudian disahkan melalui Surat Keputusan Walikota Palembang No. 57/UM/WK Tanggal 6 Mei 1972. Kesepakatan tersebut diambil sebagai bentuk keseragaman dengan tanggal hari Kemerdekaan Indonesia yang juga bertepatan dengan Tanggal 17 Agustus 1945," jelasnya.

Maka itu, alasan diambilnya 17 Juni agar lebih seragam dengan hari kemerdekaan, walaupun seharusnya tanggal 16 Juni 688 Masehi. Selain itu, agar tidak menimbulkan banyak perdebatan mengenai hari jadi Kota Palembang tersebut, pemerintah Kota Palembang bisa saja mengubah kembali menjadi 16 Juni.

"Kalau pemerintah kota mau, hari jadi Kota Palembang ini bisa saja kembali seperti yang tertulis di Prasasti Kedukan Bukit," ucapnya.

3. Banyak pihak mengusulkan penetapan hari jadi sesuatu fakta sejarah

Prasasti Kedukaan Bukit. (Wikipedia)
Prasasti Kedukaan Bukit. (Wikipedia)

Budayawan Palembang, Vebri Alintani menambahkan, sebenarnya banyak pihak yang mengusulkan agar penetapan hari jadi ini dilakukan pengkajian kembali. Sebab sebaiknya dikembalikan ke kajian mutakhir, tidak ada salahnya Pemkot Palembang memanggil arkeolog, sejarawan, dan budayawan untuk membahas ini.

Meskipun untuk mengubah hari jadi ini memang perlu ditetapkan dengan SK Walikota, menurutnya, bisa dilakukan pengkajian dan bergantung apakah memang sebaiknya ditetapkan perubahan sesuai fakta sejarah.

"Itu ditetapkan oleh para pendahulu kita. Namun ternyata setelah dikoreksi arkeolog, budayawan, akademisi, dan sejarawan, berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit tertulis 16 juni 682 M," terang Vebri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us