Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di Pandemik

Bertanam dan budi daya jadi solusi ketahanan pangan kampung

Palembang, IDN Times - Perkembangan virus COVID-19 di Palembang hingga saat ini masih cukup tinggi. Status wilayah pun masih zona merah dengan jumlah kasus positif yang aktif mencapai 930 orang.

Meski Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Palembang resmi dicabut oleh Wali Kota Palembang dua pekan lalu, namun warga di dua kecamatan berswadaya melakukan kegiatan Pembatasan Sosial Berskala Kecil (PSBK), yakni warga Bumi Sako Damai (BSD) di Kecamatan Sako serta warga Margoyoso di Kecamatan Kalidoni.

1. Kunci kampung saat kasus positif pertama di Palembang terkonfirmasi

Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di PandemikKetua RT 098, Agus di Posko Tangkal COVID-19(IDN Times/Rangga Erfizal)

Suasana mendung masih menyelimuti sebagian Kota Palembang saat IDN Times menyambangi Kampung Tangkal COVID-19 BSD di Kecamatan Sako, Palembang, Kamis (2/7).

Beberapa Ketua RT dan perangkat kampung tengah melakukan penjagaan Posko Tangkal COVID-19. Mereka menyetop warga luar yang ingin masuk dan meminta mencuci tangan, serta penyemprotan disinfektan bagi kendaraan secara manual ataupun otomatis.

"Beginilah suasananya, siapa pun itu yang ingin masuk ke dalam harus mencuci tangan, dan menjalani protokol kesehatan. Bahkan untuk warga kita sendiri. Termasuk untuk warga kita yang baru pulang dari luar daerah. Sebab kebanyakan mereka yang sekolah di Jawa, kita minta untuk isolasi mandiri selama 14 hari, dan kita lakukan pendataan," ungkap Ketua RT 098 BSD, Agus Sutami.

Kegiatan tangkal COVID-19 sudah dilakukan sejak akhir Maret lalu. Saat itu, kasus positif pertama baru saja terkonfirmasi di Palembang. Perangkat kampung turun tangan dan rembuk bersama mengambil sikap membentengi lingkungannya dari virus.

Tak butuh lama, warga kampung pun langsung setuju untuk memberlakukan protokol kesehatan sebelum ada imbauan dari Pemerintah Kota (Pemkot). Mereka langsung memberikan peringatan agar warga BSD berhati-hati dari COVID-19.

"Setelah kasus pertama itu, kita langsung sepakat membuat posko COVID-19 di pintu gerbang. Kami langsung menyediakan alat cuci tangan, penyemprotan disinfektan bagi mereka yang ingin masuk ke dalam," jelas Agus.

Baca Juga: Gugus Tugas COVID-19 Sumsel Usulkan Palembang PSBB Lagi 

2. Mengunci kampung sempat jadi olokan kampung lain

Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di PandemikWarga yang mencuci tangan sebelum masuk ke dalam kampung (IDN Times/Rangga Erfizal)

Perangkat kampung mulai bergotong-royong, menggunakan uang kas untuk membeli keperluan posko seperti alat cuci tangan dan cairan disinfektan. Seiring waktu, warga pun sukarela menyumbang uang untuk membantu operasional Posko Tangkal COVID-19 .

BSD memiliki penduduk sekitar 1.000 orang dengan 600 rumah terbagi dalam tiga RT: 097, 098, 099. Mereka bahu membahu berjaga di posko dengan melibatkan warga kampung sejak pukul 06.00 WIB hingga 24.00 WIB. Para relawan juga sukarela berjaga tanpa dibayar. 

"Alhamdulilah sampai saat ini belum ada satu pun warga kita yang terpapar COVID-19," jelas dia.

Tidak jarang olokan warga kampung lain sampai di telinga mereka. Apa lagi, warga BSD sempat mengunci total selama sepekan. Aktivitas warga terhenti mulai dari keagamaan, hingga tujuh pernikahan ditunda di kampung itu.

"Masjid saja kami tutup sejak ada imbauan dari MUI dan pemerintah. Semua kegiatan terhenti. Satu jam sekali kita lakukan patroli keliling kampung dengan melibatkan Babinkantibmas dan Babinsa," ujar dia.

3. Sulap lahan tidak terpakai untuk bercocok tanam dan budi daya

Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di PandemikKetua RT 098, Agus saat mengecek tanaman hasil kolektif bersama (IDN Times/Rangga Erfizal)

Kegiatan kampung yang berpusat di Posko Tangkal COVID-19, dimanfaatkan warga untuk menyulap lahan tak terpakai di sepanjang jalan masuk kampung untuk kegiatan bercocok tanam serta membuat kolam ikan. Tak terhitung banyak sayuran dan tanaman obat serta ikan yang dapat dibeli warga untuk keperluan sehari-hari.

"Memang dari sebelum COVID-19 sudah ada tanaman, tetapi sejak wabah terjadi kita membuka lahan lebih besar lagi. Kita tanami sawi, kangkung, terong, bayam, kacang panjang, ubi, jagung dan masih banyak lagi. Kalau kita panen warga dapat membeli dengan harga murah. Hasil uangnya bisa diputar lagi untuk membeli bibit," jelas dia.

Kegiatan itu meringankan warga kampung yang terdampak pandemik. Agus mencatat, ada sekitar 70 orang yang diputus hubungan kerja (PHK). Mereka rata-rata adalah pekerja hotel, mal, hingga satpam.

Baca Juga: Ditanya Soal Palembang Kembali Zona Merah, Harnojoyo: Saya Belum Tahu

4. Kegiatan keagamaan kampung mulai dibuka dengan protokol kesehatan

Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di PandemikPengantar paket disemprot disinfektan terlebih dahulu sebelum masuk kampung (IDN Times/Rangga Erfizal)

Hal serupa dibenarkan oleh Ketua Penyelenggara Penjagaan Posko Tangkal COVID-19, Najmi Umar. Menurutnya ketika PSBB sudah dilonggarkan, pihaknya tetap melakukan prosedur protokol kesehatan. Biaya operasional sebesar Rp6 juta dipenuhi dari swadaya masyarakat.

Sedangkan untuk kegiatan yang selama ini dilarang seperti keagamaan di masjid ataupun hajatan, pihaknya telah melakukan beberapa pelonggaran. Namun kegiatan yang mengundang banyak orang harus mendapatkan persetujuan dari pihak keamanan, yakni Danramil dan Kapolsek.

"Kalau ada yang mau sedekah, kami minta izin Danramil dan Kapolsek dulu. Kalau diizinkan harus ada protokol kesehatan yang dilakukan. Hari raya Iduladha yang ikonik dengan kurban pun, rencananya ditiadakan untuk tahun ini. Tetapi masih kami diskusikan dahulu," ujar dia.

Baca Juga: Begini Panduan Salat Iduladha dan Potong Hewan Kurban saat Pandemik

5. Kampung Margoyoso nihil COVID-19 meski dikelilingi zona merah

Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di PandemikJerambah warga untuk ketahanan pangan kampung (IDN Times/Rangga Erfizal)

Tidak jauh berbeda juga terjadi di Kampung Tangkal COVID-19 Margoyoso Palembang. Mereka mendirikan posko sejak kecamatan Kalidoni dinyatakan zona merah. Kampung Margoyoso terdiri dari satu RW dan lima RT, memberlakukan akses keluar dan masuk satu pintu bagi warga. Mengenakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk kampung menjadi keharusan.

"Dalam pengawasan, ada enam orang yang kita tugaskan dan bergantian menjaga di posko. Mereka dibagi shift kerja. Dalam satu shift ada dua orang yang kerja. Tamu tetap boleh masuk tetapi menerapkan standar protokol kesehatan seperti cuci tangan, pemeriksaan suhu tubuh, dan penyemprotan disinfektan," jelas Ketua Kampung Tangkal COVID-19 di Margoyoso, Sutrisno Basir.

Kampung Margoyoso memiliki 2.400 warga. Sejak pandemik terjadi, belum satupun warganya yang terpapar COVID-19. Menurutnya, hal itu terjadi karena kedisiplinan yang diberlakukan di kampung tersebut. Padahal wilayahnya dikepung zona merah.

"Kita bersyukur belum ada warga kita yang sakit. Selama masa PSBK ini, kita setop seluruh kegiatan yang mengundang keramaian. Kita tidak mau ada kabar buruk dari warga kita sendiri," ungkap dia.

6. Lima aspek ketahanan kampung Margoyoso

Tanam Sayur & Pelihara Ikan, Cara Warga Palembang Bertahan di PandemikCocok tanam masyarakat kampung untuk ketahanan pangan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Perangkat kampung beserta warga masyarakat menyusun lima program untuk mendukung keberlangsungan PSBK kampung Margoyoso. Pertama, aspek keamanan yang dinilai penting untuk mengawasi setiap kegiatan. Kedua, protokol kesehatan yang mengatur fungsi disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.

Ketiga, aspek ketahanan pangan. Sutrisno memandang, aspek ini harus dipenuhi agar masyarakat dapat bertahan hidup di tengah pandemik. Apalagi banyak warganya yang terdampak sehingga perangkat kampung memutuskan untuk memanfaatkan lahan kosong untuk berkebun, menanam sayur-sayuran, dan membudidayakan ikan seperti lele, nila, hingga ikan patin.

"Kita manfaatkan lahan kosong milik warga. Kita tanami tanaman obat dan sayuran. Sedangkan untuk budi daya ikan menggunakan saluran sungai kecil dengan membentuk 12 jerambah. Paling banyak ikan lele, sisanya patin dan nila. Total ada 12.500 bibit ikan. Itu semua bisa dikonsumsi oleh masyarakat yang nantinya akan dibagikan ke RT masing-masing. Kita jual harga di bawah pasar untuk keperluan bibit lagi," ungkap dia.

Aspek keempat adalah ketahanan ekonomi. Untuk menjaga aspek tetap berputar di masa pandemik, warga sepakat memproduksi makanan yang dapat dijual sesama mereka melalui grup WhatsApp. Kegiatan itu pun cukup membantu antar warga.

Aspek terakhir yakni pembinaan generasi muda. Sejak PSBB diberlakukan, anak muda di kampung tersebut tidak lagi bersekolah. Untuk membinanya, kampung Margoyoso mengaktifkan lagi kegiatan TPA sebagai sarana belajar bagi anak-anak kampung.

"Nah kelima aspek inilah yang kami gunakan untuk bertahan di masa pandemik. Alhamdulilah, sampai sejauh ini kita masih bertahan. Warga tetap sehat, keamanan terlindungi, pangan terjaga, ekonomi bergeliat dan pembinaan tetap jalan," tandas dia.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi Unsri Ungkap Fakta Palembang Masih Zona Merah

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya