Menjaga Adat Budaya Komering Lewat Sastra Tutur dan Pendidikan Sekolah

Suku Komering tersebar di 3 kabupaten Sumsel hingga Lampung

Palembang, IDN Times - Masyarakat adat merupakan suatu kesatuan yang tak lepas dari Indonesia modern saat ini. Dari berbagai wilayah di Indonesia, Sumatra Selatan (Sumsel) memiliki ragam etintas suku budaya di dalamnya. Salah satu suku yang mendiami aliran Sungai Batanghari Sembilan, sembilan sungai besar di Sumsel, satu di  antaranya adalah Suku Komering.

Suku Komering merupakan komunitas masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai dari wilayah Muara Dua, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, OKU Timur, Ogan Komering Ilir (OKI), hingga wilayah Lampung.

"Secara budaya, Suku Komering tak bisa lepas dari kebudayaan di wilayah pesisir Sungai Komering hingga ke wilayah Lampung. Peradaban Lampung dan Komering memiliki kaitan erat," ungkap Ketua Umum Lembaga Pembina Adat OKU Timur, Leo Budi Rachmadi Batin Temenggung kepada IDN Times, Jumat (8/4/2022).

1. Suku Komering menggunakan sistem garis keturunan

Menjaga Adat Budaya Komering Lewat Sastra Tutur dan Pendidikan SekolahKetua Umum Lembaga Pembina Adat OKU Timur, Leo Budi Rachmadi Batin Temenggung (Dok:Istimewa)

Leo menjelaskan, secara genealogi atau usul sejarahnya, Suku Komering sudah terbentuk sejak masa pra Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang. Namun sejak kolonialisme Belanda masuk, perkembangan Suku Komering di Sumbagsel dibagi menjadi wilayah teritorial yang berdasarkan letak geografis.

"Suku Komering mengenal satu sistem garis keturunan yang dibagi berdasarkan garis keturunan atau zuriatnya. Makanya pemilihan Kepala Suku dan Marga di Komering mewakili beberapa dusun (desa)," jelas dia.

Dirinya melanjutkan, Suku Komering saat ini banyak tersebar di tiga kabupaten yakni OKU Selatan, OKU Timur, hingga OKI. Pada zaman belum tertib administrasi, setiap dusun berhimpun membentuk raja-raja kecil dengan kesatuan marga.

"Marga yang besar memiliki perkebunan yang besar," jelas dia.

Baca Juga: 8 Kebudayaan Banyuasin Paling Terkenal

2. Suku Komering bergantung pada sungai

Menjaga Adat Budaya Komering Lewat Sastra Tutur dan Pendidikan SekolahAliran Sungai Komering, Sumatra Selatan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Tak sampai di sana, Suku Komering merupakan suku yang memiliki keterikatan atau domisili di pinggir sungai. Seluruh aktivitas masyarakatnya terhubung dengan sungai mulai dari mata pencarian, perkebunan, perdagangan, dan hubungan bilateral masyarakat yang sangat bergantung dengan sungai.

"Untuk membedakan kampung Komering tua dan baru ini cukup mudah. Lihat saja kampungnya, kalau dia di sungai adalah kampung lama. Sesudah Belanda masuk, mulai lah pembangunan jalan dilakukan, rumah-rumah yang tadinya menghadap sungai berubah menghadap jalan," ujar dia.

Baca Juga: Kuliner Palembang Burgo Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda Nasional

3. Sastra lisan masyarakat Komering mencapai 50 dialek

Menjaga Adat Budaya Komering Lewat Sastra Tutur dan Pendidikan SekolahBaju pengantin wanita Suku Komering (Dok:Collectie Tropenmuseum)

Dalam pengaruh tradisi, adat budaya Suku Komering memiliki keunikan pada sastra lisan. Sastra lisan masyarakat Komering sudah berjalan ribuan tahun dan disampaikan secara turun temurun lewat penggunaan sehari-hari.

Lestarinya sastra lisan ini terjadi lantaran masyarakat setempat masih menggunakan Sastra lisan Hiring-hiring, Pisaan, Warahan, dan pantun untuk menceritakan cerita secara turun menurun.

"Bahasa Komering punya 50 dialek berbeda. Setiap kampung dan marga punya cara tutur sendiri. Namun meski berbeda dialek, semua marga bisa mengerti tutur katanya. Mereka bisa menilai seseorang berasal dari daerah dan desa berdasarkan dialek," ujar dia.

Baca Juga: Ngobeng-Ngidang, Tradisi Kesultanan Darussalam Jadi Budaya Palembang

4. Gelar adat dalam pernikahan Suku Komering

Menjaga Adat Budaya Komering Lewat Sastra Tutur dan Pendidikan SekolahPemberian gelar adat Komering untuk terhadap Presiden Jokowi (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Beberapa kebudayaan lain pun masih kental dalam suku Komering, sebut saja adat perkawinan. Dalam setiap kegiatan masyarakat Komering selalu menggunakan alat musik seperti Kulitang dan Tanjidor. Alat musik tersebut digunakan untuk kepentingan adat baik acara perkawinan, sunatan, menyambut tamu yang disebut dengan acara adat arak-arakan.

Arak-arakan ini juga mengikutsertakan para tokoh, alim ulama, keluarga dekat yang punya hajat. Bujang dan gadis ikut serta di depan barisan Kulintang, ada para pendekar (pencak silat) yang memperagakan perkelahian.

"Adat istiadat pernikahan masih ada dan masyarakat Komering masih menerapkan Adok Jajulu. Artinya saat pernikahan akan diberi nama serta gelar berdasarkan garis keturunan," jelas dia.

5. Tantangan modernisasi dan peluang masyarakat adat

Menjaga Adat Budaya Komering Lewat Sastra Tutur dan Pendidikan SekolahTradisi silat dalam perkawinan masyarakat OKU Timur (Dok:istimewa)

Peran adat dan masyarakat adat dalam melestarikan kebudayaan di Suku Komering sangat besar dan penting. Leo menilai, setiap suku di mana pun menghadapi tantangan yang sama, yakni modernisasi kehidupan yang ditandai berkembangnya teknologi.

Masyarakat Komering harus menyesuaikan roda pergerakan zaman. Menurutnya, Budaya berbeda dengan agama. Budaya akan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Selain menyesuaikan budaya dengan kebutuhan zaman, diperlukan upaya penjagaan kebudayaan lewat pendidikan.

"Sejauh ini sudah ada muatan lokal di OKU Timur untuk menjaga kelestarian adat lewat pendidikan di SD dan SMP. Kita berharap ke depan muatan lokal ini juga berlaku di SMA dan SMK," jelas dia.

Baca Juga: Tutur Senjang, Budaya Khas Muba yang Terselip Pesan untuk Warga 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya