Warga Palembang Pertanyakan Sikap Pemerintah Soal Polusi Udara

Kalidoni dan Sukarami terbanyak penderita ISPA

Palembang, IDN Times - Kualitas udara Palembang sudah lebih dari sepekan sangat tidak sehat. Berdasarkan data Indeks Kualitas Udara (AQI), Kota Pempek bertahan di peringkat satu polusi dengan tingkat konsentrasi mencapai PM2.5 di level 156µg/m³, atau setara 31.2 kali dari nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Banyak masyarakat yang mengeluh sulit bernapas dan sesak karena pengaruh kabut asap kian menebal. Warga Palembang pun mempertanyakan sikap pemerintah daerah yang terlihat abai dengan kualitas udara saat ini, bahkan seolah tak memedulikan kesehatan bersama.

"Seperti tidak ada tindakan, kebakaran terus meluas. Kalau katanya kebakaran ini karena puntung rokok, kenapa sulit dipadamkan? Setiap pagi di halaman rumah pasti ada sisa abu yang tertiup angin karena karhutla. Sudah seberapa efektif Pemda mengatasi masalah ini?" ujar Yazid, warga Kecamatan Ilir I Palembang, Jumat (15/9/2023).

Baca Juga: Sumsel Diprediksi Tanpa Hujan Antara 20 Hingga 60 Hari ke Depan

1. Kabut asap karhutla membuat warga kesulitan bernapas

Warga Palembang Pertanyakan Sikap Pemerintah Soal Polusi Udara

Tak hanya abu yang tertiup angin berserakan di teras rumah, kabut asap turut mengganggu pernapasan. Menurut Lia warga Kamboja, dirinya harus minum obat setiap malam agar asmanya tak kambuh. Efek karhutla membuat penyakitnya makin sering kumat.

"Sudah lama tidak bengek karena asma, tapi asap karhutla pasti mulai jam 1 atau 2 malam, napas bunyi dan asma kambuh hingga harus minum obat biar napasnya agak panjang," ungkapnya.

Baca Juga: OKI Tetapkan Status Karhutla Menjadi Tanggap Darurat

2. Sebanyak 4 ribu warga Palembang terjangkit ISPA

Warga Palembang Pertanyakan Sikap Pemerintah Soal Polusi UdaraPalembang polusi udara terburuk (IDN Times/Dok.Feny Maulia Agustin)

Kualitas udara yang memburuk sejak musim kemarau dan karhutla menimbulkan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) meningkat di Kota Palembang. Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang mencatat, kasus ISPA di Palembang sudah mencapai 4.325 kasus.

"Kasus ISPA ini cukup tinggi saat udara di Palembang memburuk pada pekan pertama hingga kedua September ini," ujar Kabid Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Menular (P2P) Dinkes Palembang, Yudhi Setiawan.

3. Kasus ISPA di Palembang berisiko untuk bayi di bawah satu tahun

Warga Palembang Pertanyakan Sikap Pemerintah Soal Polusi UdaraIDN Times/ Rangga Erfizal

Berdasarkan data Dinkes Palembang pada pekan pertama Agustus 2023 ditemukan 2.203 kasus, pekan kedua naik menjadi 2.387, lalu pekan ketiga menjadi 2.428 kasus. Begitu juga pekan keempat naik menjadi 3.141 kasus. Pada pekan pertama di September 2023 jumlahnya cukup signifikan hingga menjadi 4.325 kasus.

“Penderta ISPA di atas usia 5 tahun. Namun yang paling berisiko adalah balita, terutama bayi di bawah 1 tahun. Saat ini kasus terbanyak di daerah Kalidoni dan Sukarami," timpalnya.

4. Dinkes Palembang imbau masyarakat kurangi aktivitas di luar rumah

Warga Palembang Pertanyakan Sikap Pemerintah Soal Polusi UdaraKepala Bidang Penanggulangan Kesehatan Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Yudi mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan mengurangi aktivitas di luar rumah apabila tidak ada kepentingan mendesak. Kemudian tutup jendel agar udara kotor tidak masuk, dan menyalakan penyaringan udara supaya lebih nyaman bernapas.

“Kami mengimbau kepada masyarakatmenggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, perbanyak minum air putih hangat, dan jika sakit bertambah berat segera datang ke fasilitas layanan kesehatan," jelas dia.

Baca Juga: Polda Sumsel Gelar Salat Istiqa Meminta Turun Hujan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya