Manisnya Budidaya Lebah Madu Desa Aur Duri, Warga Turut Menjaga Alam

- Warga tak hanya melestarikan lingkungan, namun memetik hasil panen madu sebagai ladang mata pencarian
- Warga bersemangat karena mendapatkan fasilitas pelatihan KKKS Medco E&P Lematang
- Proses budidaya lebah madu membutuhkan kesabaran dan ketelatenan
Muara Enim, IDN Times - Suara dengungan lebah dari balik kotak kayu bak lantunan simfoni alam yang seringkali terdengar di hamparan kebun Desa Aur Duri, Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. Dari serangga ajaib inilah, warga setempat tak hanya melestarikan lingkungan, namun memetik hasil panen madu sebagai ladang mata pencarian unggulan masyarakat.
Lebah-lebah tersebut berterbangan di antara kotak kayu sederhana yang tertata rapi. Sesekali peternak lebah membawa sabut asap untuk mengusir lebah yang hendak menyengat, lalu di dalam kotak itulah harapan manis yang diberikan oleh alam: madu liar sumber penghidupan warga.
Sejak tahun 2016 lalu, masyarakat Dusun Banding Ayu, Desa Aur Duri melihat peluang ternak lebah ini menghasilkan madu terbaik dan berkhasiat bagi kesehatan. Dari mulai belajar autodidak dengan metode konvensional, selanjutnya berkembang pesat lewat binaan KKKS Medco E&P Lematang yang mengembangbiakkan lebah jenis Apis Cerana alias Lebah Madu Asia.
Hewan berkoloni ini dikembangbiakkan melalui kotak penangkaran dengan ukuran besar agar produktivitasnya meningkat. Para peternak lebah biasanya menggunakan pakaian khusus saat melakukan perawatan maupun memanen madu dari lebah liar tersebut.
1. Warga bersemangat karena dapat pelatihan dari KKKS Medco E&P Lematang

Bagi warga, memanen madu sama artinya dengan memanen rupiah yang tentunya bisa mencukupi kebutuhan keluarga peternak dalam anggota kelompok. Berkat kelompok binaan inilah, warga bertambah semangat terus belajar bagaimana melakukan budidaya lebah madu dengan baik agar dapat menghasilkan panen yang melimpah.
Apalagi budidaya lebah madu ini sempat lesu karena warga tersendat modal. Untungnya, tak hanya melakukan pembinaan, PT Medco juga memfasilitasi modal berupa kotak untuk sarang lebah yang memakan biaya tak sedikit.
Salah satu petani lebah madu dari Desa Aur Duri, Yudhia Karmina mengaku pihaknya sudah mendapatkan fasilitas pelatihan dari PT Medco bersama warga sekitar. Saat ini tergantung minat dan kesabaran warga menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya lebah madu di desa mereka.
"Saya rasa ini merupakan peluang besar dan menjadi harapan baru bagi warga. Karena produk madu hasil budidaya di tempat kami cukup tinggi peminatnya," ujarnya.
2. Proses budidaya lebah madu membutuhkan kesabaran dan ketelatenan

Yudhia menyebutkan, setiap tahun hasil produksi meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi dan wawasan warga terkait budidaya lebah madu. Menurutnya, awal pengembangan tahun 2017 produksi mencapai 800 Kg per tahun atau sekitar 60 Kg per bulan.
"Saat ini, sejak 2024 sampai sekarang rata-rata produksi 1 kuintal atau 70 kilogram per bulan," jelasnya.
Proses budidaya lebah sendiri membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Para anggota kelompok binaan yang diberi nama Karya Maju Bersama ini, menyiapkan kotak-kotak sarang dalam ukuran bervariasi. Kotak ini berfungsi sebagai sarana untuk mewadahi lebah memproduksi madu.
"Ratu lebah diambil dari sarang alami di hutan, selanjutnya dikembangbiakkan di dalam kotak-kotak penangkaran. Proses menghasilkan madu oleh lebah pekerja dibiarkan secara alami tanpa tambahan pakan atau pemanis agar kualitas madu yang dihasilkan baik," ucapnya.
3. Ketersediaan pakan dan serangan beruang menjadi tantangan bagi warga

Menurutnya, tantangan terbesar yang saat ini dihadapi yakni ketersediaan pakan atau bunga yang menjadi kunci produksi. Karena mereka mengambil lebah liar, tentunya kondisi alam menjadi faktor keberhasilan panen madu.
"Belum lagi jika ada serangan beruang hutan pada kotak-kotak lebah yang ditebar. Sudah beberapa kali kotak kami diserang beruang yang pastinya memengaruhi hasil panen," jelasnya.
Jadi selain faktor cuaca, serangan beruang juga menjadi kendala tersendiri. Kegiatan panen tidak bisa dilakukan di musim hujan. Begitu pula saat diganggu beruang, maka banyak juga anggota yang bubar karena tak sanggup lagi menghadapi masalah beruang ini.
"Untungnya saat ada kendala, kami pasti segera cari solusinya. Kemarin sempat dipagari oleh pihak Medco agar terhindar dari serangan beruang. Alhamdulillah cukup memberikan efek meskipun masih perlu pengawasan ekstra," ujarnya.
4. Beternak lebah, artinya turut menjaga alam

Terlepas dari kendala tersebut, Yudhia dan para anggota kelompok binaan Medco E&P Lematang terus optimis mengembalikan budidaya lebah madu ini. Apalagi mereka tidak hanya dibantu modal, namun terus dikawal sampai penasaran produk sehingga permintaan terus meningkat.
"Berbagai cara kami cob untuk memasarkan madu tersebut. Sebagian besar penjualan dilakukan melalui pesanan langsung, baik dari warga sekitar maupun pihak PT Medco yang membantu memasarkan produk madu binaan mereka. Selain itu melalui platform digital dan sosialisasi media sosial juga sudah kita lakukan," jelas Yudhia.
Bagi masyarakat setempat, budidaya lebah madu bukan sekedar meraup rupiah untuk terus mengepulkan asap dapur mereka. Namun penangkaran lebah 'memaksa' masyarakat harus menjaga bentang alam. Sebab lebah butuh pakan yang baik, dan pakan itu dihasilkan dari tanaman atau bunga yang beragam jenisnya. Maka itu bagi masyarakat Desa Aur Duri sangat penting menjaga alam agar budidaya lebah madu ini terus berlangsung dan produktif.
"Usaha ini juga bertujuan untuk merawat hutan dengan membantu mengoptimalkan pembuahan bunga. Pembuahan ini di setiap pohon yang ada di hutan melalui serbuk sari dari proses pengambilan nektar oleh lebah. Dengan proses pembuahan yang sempurna, maka akan menambah produktivitas pohon," terangnya.
Apalagi lebah ini sangat membantu pembuahan bunga tanaman melalui serbuk sari. Biasanya lebah terbang memutar 1 sampai 3 kilometer untuk cari makan untuk proses pembuahan serbuk sari sempurna. Maka itu dari awalnya satu pohon menghasilkan hanya 1 ton, karena ada lebah ini bisa 1,5 ton buahnya.
"Kami menyadari bahwa menjaga tanaman atau pohon di hutan tetap lestari adalah sebuah kewajiban. Melalui ternak lebah hutan ini, selain menghasilkan uang maka harus memiliki hubungan yang harmonis dengan tumbuhan yang ada di hutan. Jadi semacam simbiosis mutualisme," ungkapnya.
5. Ternak lebah madu dari Desa Aur Duri terus berproduksi sampai saat ini

Sementara itu, Hirmawan Eko Prabowo selaku Manager Field Relation & Community Enhancement Medco E&P South Sumatra Region mengatakan, dengan dukungan penuh dari Medco E&P, kelompok budidaya lebah madu mampu meningkatkan produktivitas, kualitas produk dan daya saing di pasar.
"Ternak lebah madu dari Desa Aur Duri terus berproduksi sampai saat ini. Bahkan permintaan madu tersebut semakin meningkat dan dipasarkan hingga ke Provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung, hingga Pulau Jawa," ujarnya.
Pihaknya berkeyakinan, komitmen sosial yang kuat melalui program yang berkelanjutan menjadikan sinergi industri dan masyarakat sebagai contoh pembangunan inklusif. Maka itu sebagai salah satu desa unggulan di Kabupaten Muara Enim pada sektor ekonomi melalui pemberdayaan UMKM, diharapkan produksi madu Desa Aur Duri berkembang pesat.
"Kami tidak hanya hadir sebagai perusahaan energi, melainkan juga sebagai mitra yang menguatkan ekonomi masyarakat melalui program-program pemberdayaan. Transformasi masyarakat dari petani tradisional menjadi peternak madu yang profesional menunjukkan bahwa dengan bimbingan dan sumber daya yang memadai, desa-desa kecil dapat berkontribusi pada perekonomian nasional," ungkapnya.


















