Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Musisi Punk Palembang: Lirik Boleh Keras, Tapi Mengena di Hati

Music notes, Music, Melody image. (pixabay)
Music notes, Music, Melody image. (pixabay)
Intinya sih...
  • Aliran musik punk identik dengan suara rakyat dan protes atas kondisi tak sejalan dengan kehidupan, menarik bagi pecinta lirik keras.
  • Vokalis Jumppiro, Avir, menghadapi kesulitan memperkenalkan genre punk yang lebih mengutamakan opini keras sebagai bentuk protes.
  • Jumppiro eksis di dunia aliran punk Palembang selama puluhan tahun meski kini tidak lagi aktif, tetap berkarya dengan aliran keras.

Palembang, IDN Times - Aliran musik punk yang identik menyuarakan suara rakyat, menunjukan aspirasi hati dan bagian dari protes atas kondisi tak sejalan dengan kehidupan, jadi khas genre musik satu ini. Mengutamakan lirik-lirik keras, musisi punk bernilai spesial bagi pecinta alirannya.

Tak hanya nasional, perkembangan musisi punk di daerah khususnya Palembang pun tidak tergerus zaman. Kisah menarik yang dilewati para musisi ini, jadi pengalaman kehidupan untuk mereka yang mencintai aliran musik kritis dan lirik membara.

1. Lirik keras musisi punk mengikuti era dan zaman

Vokalis band The Exploited ( Instagram.com/the_exploited_official)
Vokalis band The Exploited ( Instagram.com/the_exploited_official)

Cerita Avir, Vokalis Jumppiro yang merupakan salah satu band lawas punk di Palembang, perjalanannya mengenalkan aliran musik ini cukup sulit bagi masyarakat umum. Sebab kata Avir, genre punk lebih mengutamakan opini keras yang menyinggung sebagai bentuk protes.

Sehingga, banyak orang yang kurang menyukai aliran punk. Namun bagaimana pun sikap berbeda dari masyarakat awam yang dia hadapi kala itu, bagi Avir, musik punk tetap di hati. Sebab generasi punk memiliki khas tersendiri yang menggambarkan suasana hati, jiwa, serta sudut pandang sesuai akal dan logika.

"Punk ini menggambarkan lirik-lirik keras dalam musik dan lagu mengikuti eranya. Keras tapi mengena, menyentuh di hati," jelas Avir kepada IDN Times, Jumat (28/2/2025).

2. Jumppiro band punk lawas Palembang banyak membuat lirik tongkrongan

Ilustrasi catatan musik (pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi catatan musik (pexels.com/Pixabay)

Tak hanya sebagai vokalis, Avir yang juga drummer Jumppiro ini juga menyukai dan bergelut di dunia punk sejak orde lama, orde baru, hingga reformasi. Mengikuti berbagai zaman, aliran punk yang ia suarakan konsisten menunjukan lirik yang sarat perlawanan, terutama terhadap pemerintah.

"Awal mengenal musik punk dari 1991-an. Lagi booming Nirvana, Green Day, dan Rancid. Nah, dari situ mulai tau musisi punk lainnya. Terus makin suka punk karena sudah mengenal musik rock dan trash metal, sejak festival rock di Solo," jelasnya.

Banyak menyukai musisi luar dengan aliran keras, Aviro mulai aktif dan komitmen bermusik punk tahun 1998 hingga membentuk band Jumppiro. Walau tak terlalu banyak soal kritik pemerintah, lirik band Jumppiro kental dengan sarat keras.

"Lirik lagu kami lebih becerita soal tongkrongan, soal hati, soal sosial, dan soal ketidakberdayaan," kata dia.

3. Musisi punk sudah sering mendapatkan sikap represif dari aparat

Ilustrasi punk
Ilustrasi punk

Sejak terbentuk, Jumppiro makin eksis di dunia aliran punk. Puluhan lagu pun cukup dikenal masyarakat Palembang yang memang hobi aliram keras. Sudah puluhan tahun berlalu, dan Jumppiro tak lagi aktif di dunia musik. Kini Avir tetap berkarya dengan aliran keras meski tak seproduktif dulu.

"Bahas judul, sudah banyak sampai lupa sudah berapa lagu yang kami buat. Kami eksis mungkin sampai tahun 2002-an, setelah itu anggota band kami sibuk masing masing," kata Avir.

Tetap senang dengan punk, meski usia sudah tidak muda lagi, Avir mengaku miris melihat musisi saat ini yang mendapatkan tindak kurang baik dari aparat. Apalagi berkaca dari kasus musisi Sukatani dengan lirik lagu melibatkan aparat.

"Kalau di dunia underground, lagu Sukatani yang viral sudah lazim di underground movement. Ada istilah yang gak mati di dunia underground, fuck the police. Itu gambaran kondisi perlawanan underground dengan polisi. Sebenarnya sejak lama, gerakan underground khususnya punk selalu dihadapkan dengan represifitas oleh mayoritas aparat," jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Feny Maulia Agustin
Hafidz Trijatnika
Feny Maulia Agustin
EditorFeny Maulia Agustin
Follow Us