TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengusaha Palembang Ini Manfaatkan Serat Pisang Abaka untuk Karpet

Karpet buatannya tembus pasar Eropa dan Amerika

Proses pembuatan anyaman serat pisang abaka (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Merintis usaha anyaman karpet sejak tahun 2000 dari bahan baku serat pisang Abaka, Djuanaidi pemilik CV Natural di Palembang, berhasil menembus pasar luar negeri hingga Eropa dan Amerika. Ia memanfaatkan bahan alami tumbuhan hingga usahanya sudah memproduksi ribuan container (peti kemas) produk dengan harga jual tinggi.

"Awalnya saya bisnis rotan di kawasan 1 Ilir, tidak terlalu berkembang dan beralih ke serat pisang abaka dari batang yang diimpor dari Fillipina. Pohon pisang abaka memiliki serat paling kuat. Karena kalau batang pisang Indonesia kebanyakan tidak memilik serat," ujar dia, Senin (19/10/2020).

Baca Juga: Kisah Pelaku Hidroponik Palembang, Gencar Berjualan Lewat Medsos

1. Minat konsumen luar negeri lebih tinggi ketimbang dalam negeri

Proses pembuatan anyaman serat pisang abaka (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Selain serat pisang abaka, Djunaidi juga memanfaatkan batang bunga matahari yang diimpor dari India. Namun memang kata dia, serat pisang abaka lebih diminati apalagi bagi masyarakat luar negeri.

Menurut pria yang memiliki gudang pribadi di Jalan Sukarela Palembang ini, satu produk seperti anyaman karpet, pijakan kaki (keset) atau tatakan piring dan tatakan gelas, paling lama menghabiskan waktu pengerjaan hingga tiga bulan.

"Orang luar itu pakai sepatu kalau di rumah, jadi walaupun diinjak tetap kuat. Konsumen dibandingkan dengan Indonesia lebih banyak pembeli dari luar," kata dia.

2. Harga jual berkisar 5-10 dolar Amerika

Proses pembuatan anyaman serat pisang abaka (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Djunaidi menceritakan awal merintis usaha anyaman serat pisah. Setelah dua tahun lulus dari sekolah, Djunaidi mulai berkarya dengan modal awal puluhan juta hingga bisnisnya berkembang seperti sekarang.

Kini ia punya gudang produksi seluas tiga hektar yang memiliki lima gedung pembuatan anyaman. Mulai dari penyortiran, anyaman hingga penyelesaian.

"Harga jual dihitung dolar. Kisaran dari 5-10 dolar dengan penghitungan penjualan yakni per ukuran. Jadi ukuran 30x30 sentimeter paling mahal dijual 10 dolar," jelasnya.

Baca Juga: UMKM di Palembang Manfaatkan Bunga Telang Jadi Olahan Kuliner

3. Menggunakan bahan warna tekstil

Proses pembuatan anyaman serat pisang abaka (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Djunaidi menuturkan, pemilihan kriteria serat pisang yang baik perlu diperhatikan. Seperti kekuatan serat itu sendiri dan warna dasar. Serat pisang abaka bisa menghasilkan empat warna yakni cokelat tua atau muda, krem gelap dan terang.

"Kalau untuk warna lain, misal hitam atau merah, kita warnai menggunakan pewarna tekstil. Tapi saya lagi mau belajar pakai pewarnaan alami. Untuk pola karpetnya didesain oleh bule dan sesuai permintaan konsumen," tuturnya.

4. Proses pembuatan dimulai dari sortir bahan

Proses pembuatan anyaman serat pisang abaka (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Proses pembuatan serat bahan pisang abaka, sambung dia, mulai dilakukan sejak pagi hari hingga sore. Yakni pukul 08:00-16:00 WIB. Dalam satu kali pemesanan konsumen, dia mengirim satu container (peti kemas) berisi 40 lembar produk serat bahan pisang abaka berupa karpet dan lainnya.

"Permulaan pembuatan pastinya proses sortir bahan, pemilihan warna, kemudian anyaman dijahit dan dibuat pola lalu dibungkus. Dalam kondisi sekarang, karyawan juga diperhatikan untuk tetap selalu menjaga protokol kesehatan," jelas Djunaidi.

Baca Juga: Gymno Import Jadi Favorit Warga Sumsel, Begini Cara Mudah Rawat Kaktus

Berita Terkini Lainnya