Kenapa Palembang Panas dan Suhu Udara Menyengat?

- Palembang mulai mengalami musim kemarau sejak Juni 2025.
- Musim pancaroba menyebabkan peningkatan suhu udara harian dan minimnya awan pelindung.
- Kondisi iklim Sumsel menunjukkan curah hujan yang beragam, dengan sebagian besar wilayah Sumsel masuk dalam kategori menengah (51-150 mm).
Palembang, IDN Times - Kenapa Palembang panas dan suhu udara menyengat? Hal ini jadi pertanyaan beberapa masyarakat sekitar, karena dalam seminggu awal Mei 2025, cuaca di Kota Pempek terasa sangat panas. Lalu apa penyebabnya?
"Palembang saat ini minim pembentukan awan yang biasanya melindungi daerah dari radiasi matahari langsung, sehingga cuaca terasa panas," kata Kepala BMKG Sumsel Wandayantolis, Kamis (8/5/2025).
1. Panas Palembang karena Juni 2025 masuk musim kemarau

Tak hanya minim awan yang melindungi radiasi matahari, kini Palembang memasuki cuaca peralihan masa pancaroba. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sumatra Selatan (BMKG Sumsel) panasnya Palembang juga dipengaruhi musim kemarau akan berlangsung Juni 2025.
"Mei ini merupakan penghujung musim hujan di Sumsel sebelum wilayah ini secara bertahap memasuki musim kemarau," jelasnya.
2. Palembang masuk suhu udara maksimum pertama

Wandayantolis mengatakan, fase pancaroba biasanya diikuti dengan peningkatan suhu udara harian dan terasa panas karena masuk puncak suhu udara maksimum pertama dalam setahun.
Sedangkan puncak kedua terjadi sekitar akhir September-Oktober 2025. Puncak kedua biasanya terkait dengan pelepasan panas dari daratan dan lautan setelah matahari bergerak semu di Sumsel.
"Selama masa ini, jeda hujan akan memanjang menjadi 3-6 Hari Tanpa Hujan (HTH), saat HTH terjadi, suhu udara akan terasa lebih menyengat," kata dia.
3. Curah hujan turun memengaruhi serapan panas berkurang

Kemudian lanjut Wandayantolis, Palembang panas dari akumulasi pelepasan panas di atas awan dipenharuhi juga penururunan kelembaban udara dengan lebih sedikit uap air untuk menyerap dan memantulkan panas.
"Menurunnya curah hujan turun juga mengurangi efek hujan sebagai penyejuk udara saat ini. Tutupan awan berkurang menjadikan pancaran radiasi matahari semakin banyak di permukaan," jelasnya.
Berdasarkan prediksi BMK, kondisi terkini iklim Sumsel curah hujan pada dasarian III April 2025 menunjukkan kondisi yang beragam, yakni Kategori Menengah (51–150 mm): sebagian besar wilayah Sumsel. Kategori Tinggi (151–300 mm): sebagian kecil Lahat, Muara Enim bagian barat, dan OKU Selatan bagian utara.
Kategori Rendah (<50 mm): Musi Banyuasin, Banyuasin bagian selatan, Palembang, Ogan Ilir, Prabumulih, sebagian Muara Enim, OKI bagian selatan, OKU Timur, OKU bagian timur, OKU Selatan bagian barat, sebagian kecil Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, sebagian Lubuk Linggau, dan Musi Rawas.