Gejala Gagal Ginjal: Tahapan Kerusakan hingga Cuci Darah

- Gagal ginjal dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
- Penyebab utama gagal ginjal belum jelas, namun kondisi ini bisa terjadi tanpa gejala awal.
- Pasien gagal ginjal memerlukan perawatan HD (hemodialisis) rutin dan harus menjaga kestabilan elektrolit serta konsumsi mineral.
Palembang, IDN Times - Gagal ginjal menyebabkan organ tidak lagi berfungsi baik dan berpotensi kehilangan kemampuan membuang racun dalam tubuh. Kondisi tersebut pun, membuat ginjal serta tak mampu menyeimbangkan cairan tubuh.
Kondisi ginjal bermasalah berdampak pada elektrolit tidak stabil dan sulit mengatur fungsi fisiologis dalam tubuh. Tahapan gagal ginjal, yakni akut dan kronis yang ditandai dengan tingkat kerusakan stadium 1-5 hingga perlu perawatan Hemodialisis (cuci darah).
1. Penurunan fungsi ginjal terbagi beberapa tingkatan sebelum mencapai stadium akhir

Berdasarkan penelitian, banyak sebab yang memicu fungsi ginjal menurun dan faktor utama gagal ginjal juga belum terdeteksi jelas. Karena selain dari pola hidup, kerusakan ginjal pada tubuh bisa berlangsung tanpa gejala dan tidak ada tanda awal.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Mohammad Hoesin Palembang, Dr. Suprapti, SpPD, K.GH, gagal ginjal bisa terjadi jika dalam beberapa bulan organ tersebut terus menerus mengalami penurunan fungsi.
Penurunan fungsi ginjal terbagi beberapa tingkatan sebelum mencapai stadium akhir. Tingkatan tersebut diukur dari penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau bisa juga disebut Glomerular Filtration Rate (GFR).
"Tahap akhir gagal ginjal adalah jika kedua ginjal rusak, dan kondisi kronis harus perawatan HD (hemodialisis) rutin. Kronis dikatakan saat kerusakan ginjal stadium lima dan akut ketika stadium lima," katanya kepada IDN Times.
2. Pasien gagal ginjal bisa terjadi pada anak-anak

Mengutip Indonesia Renal Registry (IRR), penyebab gagal ginjal karena kondisi glomerulonefritis di urutan pertama (25%), kemudian akibat diabetes mellitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%). Selain itu ada juga faktor lain yang mempengaruhi seperti obesitas, merokok, usia yang lebih dari 50 tahun, dan riwayat keluarga memiliki penyakit.
Suprapti menyampaikan, gagal ginjal bisa terjadi pada anak-anak. Pasien termuda yang sering ia rawat berusia 18 tahun. Namun katanya, usia anak dari lima tahun sudah banyak yang mengalami kerusakan ginjal hingga wajib perawatan cuci darah.
"Jadi subdivisi ginjal ini ada tanggung jawab masing-masing. Jika pasien usia di bawah 18 tahun, jadi tanggung jawab dokter anak dan di atas usia itu kami penyakit dalam yang bertindak," kata dia.
Kebanyakan pasien gagal ginjal usia 18 tahun diawali tanda peradangan organ kemudian tak diobati ditambah pola hidup dan kebiasaan konsumsi makanan tidak sehat, sampai akhirnya ginjal membengkak.
"Kalau dibilang karena minum-minuman pengawet dan bersoda, bukan faktor itu saja. Tapi hasil konsultasi, banyak dari mereka (pasien) sering mengonsumsinya (minuman bersoda dan pengawet) secara terus menerus dalam sehari lebih dari tiga kali dan kurang minum mineral. Tapi penelitian yang memastikan faktor utama karena minuman tersebut belum ada," jelas Suprapti.
3. Gagal ginjal bisa terjadi karena beberapa penyakit awal

Pemicu gagal ginjal bisa bermula dari infeksi dalam tubuh, utamanya infeksi saluran kantong kemih atau kencing yang mayoritas dialami perempuan. Meski ada kondisi gagal ginjal tanpa gejala, beberapa tanda awal gagal ginjal terlihat dari perut yang membesar dan terasa sakit bagian ginjal.
"Ada yang tidak bergejala. Orang yang ginjal sakit, perut besar, sesak napas, kemudian hasil urine tinggi, kejang-kejang, kemudian terasa anyang-anyang karena infeksi juga bisa (jadi gejala)," kata dia.
Gagal ginjal bisa terjadi karena beberapa penyakit awal, tetapi dominan dipengaruhi adanya batu ginjal yang menyumbat di saluran keluar kencing dengan diameter cukup besar. Kemudian kata Suprapti, bisa bermula dari penyakit autoimun hingga kanker.
"Makanya perlu evaluasi (menentukan kondisi gagal ginjal hingga HD), biasanya untuk diagnosa, kita ada istilah amassed tanya-tanya pasien," jelasnya.
4. Ketika ginjal rusak, tensi naik dan tinggi kemudian kondisi hemoglobin rendah

Ketika ginjal rusak lanjut Suprapti, tensi naik dan tinggi kemudian kondisi hemoglobin rendah atau tubuh mengalami anemia, keadaan sel darah merah berkurang. Selanjutnya, karena ginjal mengalami penurunan fungsi, maka tidak bisa menyaring racun menyebabkan hiperkalemia (kadar kalium tinggi) yang berpotensi komplikasi penyakit jantung.
"Pasien hiperkalemia tidak bisa minum buah segar, jadi harus direbus terlebih dahulu 2-5 menit untuk mengurangi kandungan tinggi kadar kalium dalam darah. Tetapi, tidak semua pasien gagal ginjal yang mejalani perawatan HD dalam kondisi kalium tinggi," jelas dia.
Pasien gagal ginjal yang mengharuskan cuci darah juga harus menjaga HB stabil sejalan pemberian obat rutin. Apabila pasien hemodialisis sudah dalam titik kronis, maka konsumsi mineral harus dikurangi.
"Pasien cuci darah, tidak dianjurkan minum banyak agar elektrolit dalam tubuh tidak cepat terbuang (dari kencing) makin banyak minum, akan sering kencing. Pasien HD dianjurkan minum secukupnya, agar fungsi tubuh menyeimbangkan elektrolit stabil," katanya.
5. Cegah gagal ginjal dengan pola hidup sehat dan konsumsi makanan bergizi

Suprapti menerangkan, secara perhitungan konsumsi mineral yang dibutuhkan pasien cuci darah adalah angka berat badan dibagi satu mililiter air minum dikali 24 jam dalam sehari, agar kebutuhan cairan stabil.
"Pasien cuci darah minumnya harus dijaga, harus hati-hati, karena ginjal sudah tidak bisa menampung banyak yang nanti jadi bengkak," jelas dia.
Kebutuhan cairan dalam tubuh pasien hemodialisis adalah 10 persen dari berat badan. Sehingga fungsi ginjal tetap bisa menyaring elektrolit, meski mengalami penurunan akibat kondisi gagal ginjal.
Cara mencegah gagal ginjal terjadi lanjutnya, adalah hidup sehat, konsumsi makanan bergizi, tidur cukup, olahraga, hindari rokok dan alkohol, serta kurangi risiko tubuh beracun dari minuman dengan bahan tambahan seperti pengawet, minuman bersoda dan perisa, penambah rasa yang tidak sehat.
"Paling penting tidak stres dan istirahat cukup. Baiknya juga usia 40 tahun ke atas dalam setahun sekali perlu kontrol rutin MCU (Medical Check Up)," katanya.