ilustrasi siluet perempuan (unsplash.com/Inggrid Koe)
Kue yang telah menjadi warisan budaya masyarakat Palembang ini ternyata memiliki filosofi kehidupan yang cukup dalam. Proses pembuatan kue mengajarkan kita arti dari kesabaran. Dari menyiapkan bahan hingga pengukusan yang memakan waktu delapan jam lamanya serta diperlukan perhatian penuh sebab jika waktu memasak kurang atau lebih bisa berpengaruh pada cita rasanya.
Selain itu, delapan jam yang menjadi nama kue serta jumlah durasi pembuatan kue juga melambangkan pembagian waktu manusia di mana selama 24 jam dalam sehari, manusia setidaknya membagi waktunya untuk melakukan 3 aktivitas: 8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk beristirahat, dan 8 jam untuk beribadah.
Delapan adalah symbol keseimbangan hidup manusia, kita sebagai manusia perlu waktu untuk mengistirahatkan badan setelah bekerja dan jangan lupa pula untuk beribadah dan mengucap syukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan di kehidupan kita.
Kue delapan jam memang bukan kudapan yang bisa ditemukan setiap saat. Namun jangan khawatir, sekarang ini sudah banyak toko oleh-oleh atau toko makanan khas yang menyediakan kue delapan jam. Kalau berkunjung ke Palembang, jangan lupa cicipi kue manis yang lembut ini ya!