Sempat Hype dan Primadona, Destinasi Wisata Ini Sekarang Terlupakan

Palembang, IDN Times - Seseorang yang berlibur tak cuma ingin menghabiskan waktunya dengan bersantai. Wisatawan sering dan ingin mengunjungi objek-objek wisata yang hype untuk menambah unggahan atau koleksi foto di media sosial (medsos).
Keindahan alam Indonesia mendorong minat pelancong, entah itu wisatawan dalam negeri atau mancanegara, berbondong-bondong datang untuk bersantai atau swafoto. Selain itu, objek wisata buatan seperti taman kota, taman bermain, kebun binatang, villa, kafe, dan bangunan megah, dibuat senyaman dan instagramable agar menarik kunjungan.
Namun karena makin banyaknya objek-objek wisata baru yang bermunculan, perlahan-lahan membuat deretan objek wisata yang pernah hits kemudian ditinggalkan. Berbagai alasan muncul seperti pengunjung yang bosan, pengelola kurang berinovasi, hingga era pandemik yang membatasi aktivitas warga di tempat umum.
Seperti apa wajah terkini destinasi wisata yang dulu menghiasi linimasa medsos? Apa penyebabnya sehingga objek tersebut tak lagi muncul di daftar teratas tujuan berwisata? IDN Times mengajak kilas balik destinasi yang sempat hype dan primadona di 12 provinsi.
1. Punti Kayu yang asri dan Danau OPI yang luas
Ratusan pohon pinus mengitari Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu di Palembang. Pengunjung yang datang mendadak langsung merasakan keasrian alam meski berada di tengah kota Palembang.
Hutan kota seluas 50 hektar ini menjadi kawasan penyumbang oksigen terbesar di Palembang. Tak cuma akhir pekan, warga dari kabupaten dan kota di Sumsel datang meski sekadar tamasya atau piknik.
Mereka menggelar tikar untuk menyantap bekal yang sudah disiapkan dari rumah, sembari melihat berbagai hewan dilindungi berjenis mamalia, primata, unggas, dan reptil. Namun dalam beberapa tahun belakangan, kunjungan ke Punti Kayu mulai menurun. Tepatnya saat pengelola Punti Kayu tak lagi memamerkan hewan dilindungi.
"Kita sudah tidak lagi memelihara hewan yang dilindungi, karena sudah ada surat edaran dari BKSDA tahun 2014. Semua hewan dilindungi sudah ditarik pada 2015. Sekarang masih ada beberapa hewan seperti kuda, biawak, musang, kura-kura brazil, kelinci, domba dan sejumlah unggas unik," ungkap pengelola TWA Punti Kayu, Raden Azka kepada IDN Times, Sabtbu (8/1/2021).
Puncaknya saat pandemik, pengelola mengaku terpaksa menutup tempat mereka hingga beberapa bulan. Agar tak memunculkan klaster baru, pengelola kini membatasi jumlah kunjungan. Meski begitu, jumlah orang yang datang jauh dari kata target.
Pengelola Punti Kayu berencana kembali berinovasi agar jumlah kunjungan meningkat. Jika sebelumnya dibuat rumah kincir, dalam waktu dekat dibuat miniatur Kerajaan Sriwijaya. Pengelola berharap warga Palembang dan sekitarnya tertarik untuk datang.
"Kalau normalnya itu sehari bisa mencapai 100 sampai 150 pengunjung. Itu di hari biasa, kalau akhir pekan dan hari libur bisa 1.000 pengunjung," terang dia.
Sama halnya dengan Wisata Danau OPI di Jakabaring, Palembang. Setiap sore, danau seluas 250 hektar ini dikunjungi muda-mudi atau keluarga yang ingin bersantai. Tempat ini bertambah ramai ketika akhir pekan.
Puluhan pondok yang tersebar mengitari danau, menyuguhkan jagung bakar atau kelapa muda. Beberapa warga sekitar juga menyediakan wahana Banana Boat, perahu mini, dan sepeda air yang berbentuk bebek. Beberapa kali kejuaran Triathlon internasional, Danau OPI sempat dijadikan spot berlomba. Para atlet dari berbagai negara sempat menjajal Danau OPI untuk meraih gelar.
Namun sejak beberapa tahun belakangan, warga sudah meninggalkan Danau OPI sebagai daftar kunjungan. Meski ada satu atau doa orang yang datang, umumnya mereka adalah warga yang tinggal tak jauh dari lokasi.
"Sudah lama sepi, gak tahu kenapa. Sekarang cuma belasan orang, itu pun hanya di Sabtu dan Minggu. Kalau dulu kan bisa ratusan. Seluruh pondok bisa ramai, parkir motor dan mobil bisa sampai ke jalan. Semoga ada perhatian dari pemerintah biar Danau OPI dibuat lebih bagus dan orang tertaring datang lagi," ungkap Minah, seorang pedagang jagung bakar di Danau OPI, Jakabaring.