Memandang Palembang dari Ketinggian 60 Meter di Menara Ampera

Palembang, IDN Times - Kamera jadi benda pertama yang diambil Pitria dari tas setiba di atas Menara Ampera. Tak luput mengabadikan momen dari ketinggian Menara Jembatan Ampera, dia sejurus memandang keistimewaan Palembang dari puncak tertinggi Kota Pempek.
Lebih dari 60 meter di atas daratan, Pitria beruntung bisa memandang sudut kota di atas Menara Ampera. Apalagi kesempatan Pitria itu, belum bisa dinikmati masyarakat Palembang lain, karena Menara Jembatan Ampera belum dibuka untuk umum.
1. Menara Ampera Palembang terbagi dua sisi ulu dan ilir

Sebelum berada di dalam Menara Ampera, Pitria bersama IDN Times harus naik ke atas menggunakan lift atau tangga otomatis dari bawah sisi menara. Berukuran 1x1,5 meter, lift ini hanya cukup maksimal untuk empat orang.
Sebelum masuk ke lift ada sejumlah pemeriksaan, meliputi interaksi petugas Menara Ampera dan bakal pengunjung yang ingin ikut naik ke atas.
Seseorang yang takut ketinggian dan ada penyakit jantung diimbau petugas untuk tidak naik ke Menara Ampera. Tujuannya agar tidak terjadi hal buruk yang tak diinginkan.
Menara Ampera terbagi sisi ulu dan ilir, sebagai jembatan penghubung daratan dan Sungai Musi Palembang. Ampera memang menjadi ikon Bumi Sriwijaya. Infrastruktur yang megah membuat Ampera memiliki daya tarik spesial.
"Ternyata Ampera istimewa dari menara," kata Pitria saat berbincang dengan IDN Times.
2. Pemkot Palembang harap publik bisa menikmati konsep menara pandang dari puncak Ampera

Butuh waktu singkat dari bawah naik ke atas menggunakan lift. Hitungan 45 detik, Pitria sampai di Menara Ampera. Walau sekejap, keluar dari lift Pitria masih harus dua kali naik tangga manual untuk benar-benar berada di puncak.
"Foto yuk," kalimat pertama dia saat sampai di atas Menara Ampera.
Pernyataan itu pun selaras dengan konsep menara pandang yang diusung Pemerintah Kota (Pemkot) dalam rencana pengembangan wisata Menara Ampera di Palembang untuk umum.
Penjabat Wali Kota (Wako) Palembang Cheka Virgowansyah memang berharap publik bisa menikmati aktivitas perkotaan dari atas Menara Ampera sembari mengabadikan momen.
Namun yang perlu jadi perhatian, rencana Menara Ampera dibuka umum masih dalam kajian. Karena ada beberapa hal yang belum siap optimal, seperti izin operasional Menara Ampera untuk publik.
Selain itu, ada beberapa mekanisme yang sedang digodok, seperti bagaimana publik bisa naik ke Menara Ampera tanpa kisruh, kemudian apakah akan ada retribusi. Apabila memang ada tarif masuk, Pemkot Palembang juga harus memikirkan teknis penyediaan tiket serta lokasi kantong parkir bagi masyarakat yang ingin ke Menara Ampera.
3. Keamanan tangga otomatis Menara Ampera perlu diperhatikan

Pitria, warga Palembang yang ikut bagian dalam simulasi Menara Ampera dibuka umum pun, merasa rencana Pemkot mengembangkan wisata ini harus benar-benar dipersiapkan matang. Karena kata dia, ada beberapa hal yang perlu evaluasi.
"Lift yang hanya menampung sedikit orang, kalau bisa ada CCTV di dalamnya. Karena khawatir ada kendala teknis, untuk bisa tahu kondisi orang di dalam (lift)," kata dia.
Kemudian setelah tiba di atas Menara Ampera, Pitria menyarankan, agar layar televisi bisa menampilkan sejarah Jembatan Ampera, Palembang dan menunjukkan berbagai potret retro Kota Pempek pada masa Belanda dan Jepang.
Apalagi kata dia, Palembang jadi peradaban zaman Belanda, Jepang dan warisan sejarah serta budaya dari Kerajaan Sriwijaya termasuk Kesultanan Darussalam. Belum lagi, dahulu kala Palembang ramai aktivitas perdagangan di Sungai Musi.
"Bila perlu ada dokumenter atau tayangan yang bisa memperlihatkan Jembatan Ampera dulunya bisa diangkat naik turun untuk perlintasan kapal besar," jelasnya.
4. Pemkot Palembang belum siap membuka Menara Ampera pada 1 Februari 2025

Pitria bercerita, keistimewaan Palembang dari Menara Ampera adalah pengunjung bisa melihat integrasi transportasi dari puncak tertinggi Kota Pempek. Mobilitas kendaraan di jalan, aktivitas perahu dan kapal di Sungai Musi, hingga pergerakan perlintasan LRT Sumsel di atas rel stasiun Pasar 16 Ilir pun tampak spesial dari atas.
Sekitar 15 menit dalam Menara Ampera, Pitria mengaku puas melihat lanskap kota dari tempat tertinggi Palembang. Selama di dalam menara, Pitria berkali-kali mengambil potret diri dan mengabadikan foto pemandangan dari atas.
Katanya, kesempatan ini belum tentu terulang lagi. Apalagi, rencana Pemkot yang akan membuka Menara Ampera pada 1 Februari 2025, belum bisa dipastikan apakah akan terealisasi.
Kapasitas Menara Ampera dalam beberapa kali angkut dari tangga otomatis, maksimal 25 orang. Kondisi ini agar menjaga keamanan dan kenyamanan ketika berada di atas.
Tak hanya bisa memandang kesibukkan mobilitas kota dari Menara Ampera, dalam menara ternyata tersimpan mesin-mesin yang kini sudah tak operasional. Seperti mesin katrol untuk mengangkat jembatan pada zaman kolonial.
Meskipun tidak lagi beroperasi baik, petugas tetap merawat dan mengontrol berkala. Termasuk mesin lift yang akan mengangkut orang ke atas, aksesori meja dan tempat duduk dalam Menara Ampera, hingga kebersihan menara agar selalu nyaman.
Bagaimana, kalian tertarik mencoba naik ke atas Menara Ampera?