Sumsel Cegah Risiko Stunting dari Calon Pengantin 

Setiap calon pengantin diminta isi data secara online

Palembang, IDN Times - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sumatra Selatan (BKKBN Sumsel melakukan skrining, atau deteksi dini untuk mencegah stunting lewat pendataan kesehatan calon pengantin.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan calon orangtua, sehingga dapat mencegah anak terlahir dengan kondisi kerdil. Apalagi Sumsel memiliki angka stunting cukup tinggi, yakni 24,8 persen.

"Stunting itu jadi faktor penghambat dalam mewujudkan SDM yang berkualitas. Maka kita harus serius dalam upaya penanganan stunting," ungkap Kepala BKKBN Sumsel, Medi Heryanto Rabu (2/11/2022).

Baca Juga: 40 Persen Remaja Putri di Palembang Mengalami Anemia

1. Orangtua berisiko stunting diimbau tunda kehamilan

Sumsel Cegah Risiko Stunting dari Calon Pengantin Kepala BKKBN Sumsel, Medi Heryanto (Dok: istimewa)

Medi menjelaskan, perlukan upaya untuk mencegah stunting lebih awal. Penyelesaian stunting bukan hanya persoalan edukasi, namun juga memetakan calon keluarga berisiko stunting.

BKKBN bekerja sama Dinas Kesehatan dan Kementerian Agama dengan deteksi dini. Setiap calon pengantin akan didata dan mendapat rekomendasi untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Faskes).

"Mereka yang berisiko stunting tetap dibolehkan menikah. Hanya saja akan diberikan masukan untuk menunda kehamilan hingga permasalahannya bisa diatasi," ungkap dia.

Baca Juga: Palembang Tak Punya Data Anggota Keluarga Berisiko Stunting

2. Penurunan angka stunting ditarget 14 persen hingga 2024

Sumsel Cegah Risiko Stunting dari Calon Pengantin Rapat program penurunan stunting (Dok: istimewa)

Setiap calon pengantin akan mengisi data secara online melalui laman Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Hasil pemeriksaan di faskes bakal dimasukkan ke dalam Elsimil, sehingga calon pengantin dapat dipantau kesehatan dan risiko stunting.

"Calon pengantin registrasi mengisi data di aplikasi Elsimil. Kalau sudah diisi Elsimil, maka akan diketahui kondisi calon pengantin seperti apa analisanya," ujar dia.

Penanganan stunting bukan hanya tugas BKKBN bersama pemerintah, melainkan kerja kolektif bersama masyarakat. Beragam faktor penyebab stunting umumnya dipengaruhi kondisi kesehatan orangtua sebelum melahirkan. Wilayah tambang seperti Lahat dan Muara Enim, kasus stunting biasanya dipicu penyakit bawaan seperti ISPA dan paru-paru.

"Diharapkan dengan pencegahan awal dan intervensi angka stunting nasional dapat turun di 2024 dari 16 persen menjadi 14 persen," jelas dia.

3. Herman Deru heran kasus stunting tinggi di lumbung pangan

Sumsel Cegah Risiko Stunting dari Calon Pengantin Gubernur Sumsel Herman Deru (IDN Times/Rangga Erfizal)

Gubernur Sumsel, Herman Deru, mengaku cukup kaget dengan stunting yang tinggi di Bumi Sriwijaya. Sumsel merupakan wilayah Lumbung Pangan yang tidak semestinya memiliki angka stunting tinggi.

Faktor penyebab stunting dinilai bukan hanya dipengaruhi satu indikator melainkan beragam indikasi. Penanganan stunting perlu dilakukan lewat kehamilan yang terencana.

"Misal dimulai dari calon ibu. Saya minta penyuluh menyosialisasikan tentang stunting ini, agar para ibu atau calon ibu sadar dengan risiko yang akan dihadapi," tutup dia.

Baca Juga: Sanitasi Tak Memadai Memicu Jumlah Anak Kerdil di Palembang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya