Kematian Fikhri-Jumaidi di Gunung Dempo, Disebut Keluarga Tak Wajar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Masih ingat dua warga Muaro Bungo, Jambi, M Fikhri Sahdilah (19) dan Jumadi (26), yang ditemukan tewas di lereng kawah merapi Gunung Dempo, Pagaralam, Sumsel, pada awal November 2019 lalu, disebut keluarga korban tidak wajar.
Hal itu mencuat setelah ibu dari kedua korban, Hasanah (46), merasa curiga banyaknya barang anaknya yang hilang.
"Lalu meninggal nya di gunung jatuh ke bawah sekitar 300 meter, kenapa kok bisa jatuh sekaligus berdua. Jarak jatuh juga berdekatan," kata dia Kamis (16/1).
1. Ibu korban janggal baju yang dikenakan anaknya tidak rusak walau jatuh ke lereng yang cukup dalam
Hasanah mengungkapkan, kejanggalan lainnya setelah melihat kondisi pakaian yang dikenakan kedua anaknya tidak rusak. Padahal lokasi jatuhnya korban cukup dalam. Proses pencariannya juga dilakukan setelah mereka mendaki pada 13 Oktober 2019 dan terakhir berkomunikasi dengan keluarga sekitar 15 Oktober 2019, saat akan menuju puncak Dempo.
"Kan jatuhnya di batu, kok bajunya tidak ada yang robek. Kalau memang jatuh, barang-barang mereka kemana (carrier beserta isi, tas pinggang, tenda dan handphone) . Itu kemana," ungkap dia.
2. Alasan kemanusiaan, keluarga tolak dilakukan autopsi jasad korban
Hasanah melanjutkan, pihaknya tidak bisa menerima banyaknya hal yang janggal terhadap kematian kedua anaknya. Namun, pihak keluarga menolak untuk di autopsi lantaran kondisi jasad korban sudah membengkak.
"Saya sebagai orang tua tidak bisa. Sebagai orang Islam juga berkeyakinan untuk segera dilakukan penguburan setelah ditemukan. Intinya alasan kemanusiaan," ujar dia.
3. Teman korban mendapati kontak WhatsApp milik salah satu korban aktif
Dua minggu setelah pemakaman, terang Hasanah, ada teman korban mendapati kontak WhatsApp milik salah satu korban aktif. Dari informasi itu, pihak keluarga lalu meminta untuk bantuan tim dari Mabes Polri untuk melacaknya. Hasilnya, diketahui handphone tersebut berada di wilayah Jarai, Kabupaten Lahat, Sumsel.
Selanjutnya Hasanah mendatangi Polres Pagaralam untuk memberitahu letak handphone salah satu anaknya itu segera ditemukan. Nah, ketika Polres Pagaralam melakukan penyelidikan, pihak keluarga mendapatkan jawaban yang berbeda.
"Mereka (polisi) bilang handphone tersebut dibeli oleh seorang ibu dan dibawa anaknya ke Jakarta. Setelah tim ke Jakarta mereka bilang bukan handphone anak saya. Saya pikir nomor Imei kan hanya satu hape," kata dia.
4. Istri korban Jumati sempat posting cerita kehilangan suaminya
Sementara, Istri korban Jumadi, Suci Anandita, membuat postingan di Instagram pada akun @sucianandita, Selasa (14/1), juga sempat menjadi perbincangan publik. Karena diduga suami dan adiknya bertemu dengan seorang petapa saat pendakian. Dirinya juga mengatakan suaminya sempat didatangi oleh petapa tersebut. Cerita itu didapat dari MG sesama pendaki yang naik bersama dari pos Tugu Rimau.
Dalam postingan itu, MG sempat berbicara dengan petapa tersebut membicarakan ketidaksukaannya dengan dua pendaki bersamanya menggunakan bahasa daerah setempat.
Baca Juga: Hindari Serangan Harimau, Area Wisata Gunung Dempo Ditutup
5. Polres Pagaralam hanya terima laporan tentang kehilangan barang korban
Sementara, Kapolres Pagaralam, AKBP Dolly Gumara mengatakan, pihaknya tidak bisa berspekulasi mengenai kematian dua pendaki yang ditemukan pada November lalu itu. karena laporan yang masuk ke pihak kepolisian adalah kasus kehilangan barang milik keduanya saat melakukan pendakian.
"Masih sebatas penyelidikan, karena kita hanya menerima laporan kehilangan barang saja. Dugaan pembunuhan belum mengarah, kita hanya menerima laporan kehilangan. Belum tentu barangnya hilang di sana (gunung), kalau saya pribadi sih, bisa saja barangnya hilang di rumah sakit. Ini juga masih didalami dulu," tandas dia.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb