Eskalasi Karhutla Meningkat, Palembang Waspada Sebaran Kabut Asap 

Kondisi udara di Palembang pun sedang tidak sehat saat ini

Palembang, IDN Times - Stasiun Meterologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang mewanti-wanti puncak kemarau akan terjadi pada September 2023. Fenomena ini dapat memicu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang lebih masif, hingga berpotensi menimbulkan kabut asap ke Palembang.

Kekeringan dan karhutla yang semakin masif terjadi di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI). Asap yang dihasilkan akan bertiup ke arah Barat Daya dan Tenggara, serta berpotensi besar terbawa angin ke Palembang.

"Dari fenomena ini, kita harus lebih waspada agar kebakaran tidak lagi meluas," ungkap Kepala Stasiun Meterologi SMB II Palembang, Siswanto, Selasa (29/8/2023).

Baca Juga: TIm Pemadam Karhutla Mulai Kesulitan Mencari Pasokan Air 

1. Empat wilayah terancam mengalami kekeringan

Eskalasi Karhutla Meningkat, Palembang Waspada Sebaran Kabut Asap Ilustrasi Karhutla (Doc. BNPB)

Dari hasil pemantauan kondisi udara di Palembang, tercatat kondisi udara sedang yang cenderung tidak sehat beberapa waktu terakhir. Kondisi ini diperparah dengan prakiraan tujuh hari ke depan tidak terjadi hujan di wilayah rawan karhutla, seperti Musi Banyuasin (Muba), Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), dan Banyuasin.

"Kalaupun turun hujan, intensitasnya sangat kecil, tidak sebanding dengan luas kebakaran yang terjadi," jelas dia.

Baca Juga: 1.200 Ha Lahan di Sumsel Terbakar, Agustus Terbanyak Hotspot

2. Kebakaran gambut patut diwaspadai

Eskalasi Karhutla Meningkat, Palembang Waspada Sebaran Kabut Asap (Dok: Istimewa)

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dari BPBD Sumsel, Ansori mengatakan, empat wilayah tersebut berpotensi menciptakan karhutla karena kekeringan musim kemarau. Kondisi ini harus diantisipasi lebih cepat agar kebakaran segera dipadamkan.

"Beberapa lokasi kebakaran juga terjadi di kawasan gambut," ungkap dia.

3. OKI ubah status jadi waspada

Eskalasi Karhutla Meningkat, Palembang Waspada Sebaran Kabut Asap Ilustrasi karhutla di Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ansori menambahkan, baru kabupaten OKI yang menaikan status Siaga menjadi Darurat. Keputusan OKI dilatarbelakangi ekskalasi kebakaran dan prediksi BMKG soal Hari Tanpa Hujan (HTH).

"Penambahan personel akan kita lakukan, termasuk menggunakan dana tidak terduga untuk pemadaman. Jika ada dua atau tiga kabupaten yang mengajukan Tanggap Darurat, maka penetapan status ini akan dilakukan di tingkat provinsi," tutup dia.

Baca Juga: Kisah Regu Manggala Agni Bekerja Dalam Sunyi Menembus Api Karhutla

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya