TIm Pemadam Karhutla Mulai Kesulitan Mencari Pasokan Air 

13 hari kebakaran tak kunjung padam berada di wilayah OKI

Palembang, IDN Times - Terik matahari di musim kemarau membakar punggung anggota tim pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Mereka berjibaku memadamkan api dari darat dibantu tim satgas udara demi mencegah kebakaran meluas dan menimbulkan bencana kabut asap.

Kondisi kemarau dan El Nino mengakibatkan kekeringan di wilayah gambut dan tempat-tempat kantong air atau embung. Berbagai upaya pemadaman terus dilakukan, namun api belum kunjung padam sedangkan pasokan air kian menipis dan menjauh dari lokasi kebakaran.

"Petugas harus menggali tanah untuk mencari sumber air yang baru. Kondisi ini berbahaya, karena wilayah terbakar adalah kawasan gambut. Apabila terbakar maka sulit untuk dipadamkan," ungkap Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera, Ferdian Kristianto, Sabtu (26/7/2023).

Baca Juga: 1.200 Ha Lahan di Sumsel Terbakar, Agustus Terbanyak Hotspot

1. Karhutla diperkirakan mencapai 150 Ha

TIm Pemadam Karhutla Mulai Kesulitan Mencari Pasokan Air (Tim Manggala Agni Daops XVII/OKI saat berupaya memadamkan api) IDN Times/Istimewa

Ferdian menerangkan, pihaknya sedang fokus pada penanganan karhutla di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir (OI). Kebakaran terparah sejauh ini terjadi di OKI dengan luas hampir 150 Hektare (Ha).

Upaya pemadaman terus dilakukan. Ferdian menyebut sudah 13 hari pihaknya berada di lokasi kebakaran untuk memadamkan api yang tak kunjung padam. Personel tambahan dikerahkan agar karhutla segera mereda.

"Dua titik kebakaran di dua desa itu masih dalam satu hamparan dan berbatasan dengan konsesi sebuah perusahaan perkebunan," jelas dia.

Baca Juga: Sumsel Masuk Fase Kekeringan Berpotensi Karhutla Semakin Tinggi

2. Kebakaran di wilayah gambut sulitkan petugas

TIm Pemadam Karhutla Mulai Kesulitan Mencari Pasokan Air Ilustrasi karhutla di Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ferdian menjelaskan, kabakaran lahan di areal gambut cukup unik. Pihaknya tak bisa hanya puas memastikan api di permukaan padam. Mereka harus memastikan api yang berada di bawah permukaan dapat dimatikan. Jika tidak, api yang masih menyala di bawah dapat membesar dan sulit dipadamkan.

"Tidak ada api di permukaan, namun asap masih mengepul. Itu menandakan jika di bawah permukaan tanah masih ada api. Kika tidak dibasahi maka potensi kebakaran akan tetap ada," jelas dia.

Kendala lain di lapangan dirasakan tim Manggala Agni bahwa lokasi kebakaran jauh dari permukiman warga. Berada di hamparan gambut luas membuat mereka kesulitan memasok logistik untuk petugas di lapangan.

"Namun kami akan tetap bersiaga di sana agar kebakaran tidak meluas," jelas dia.

3. Kebakaran di kawasan tol bisa diatasi

TIm Pemadam Karhutla Mulai Kesulitan Mencari Pasokan Air Ilustrasi Karhutla (Doc. BNPB)

Tak hanya lahan gambut, kebakaran di wilayah dengan karakteristik lahan mineral juga terjadi di Sumsel. Kebakaran yang melanda kawasan Jejawi dan Indralaya Utara juga menjadi atensi, apalagi asap kebakaran mengganggu jalan tol di dua ruas jalan, yakni tol Indralaya-Palembang dan ruas tol Kayuagung-Palembang.

"Untuk di kawasan tol sudah bisa dipadamkan. Luas lahan kebakaran di sana diperkirakan mencapai 30 hektar dan bersifat sporadis," tutup dia.

Baca Juga: Kisah Regu Manggala Agni Bekerja Dalam Sunyi Menembus Api Karhutla

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya