91 Ton Sampah Cemari Sungai Musi Per Hari, Terbanyak Fiber dan Benang

Mikroplastik Sungai Musi ancam kesehatan dan populasi ikan

Palembang, IDN Times - Masyararakat pesisir Sungai Musi tak menyadari dampak sampah dan limbah domestik yang sengaja dibuang ke sungai, berdampak luas pada kehidupan orang banyak.

Dari data Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menunjukan jika Sungai Musi yang menjadi jantung masyarakat Palembang, memiliki tingkat tercemar yang tinggi, utamanya disebabkan mikroplastik dan kandungan kimia yang tinggi.

Kondisi ini tak tak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga ekosistem di Sungai Musi. Dari data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Palembang, terdapat hampir 100 ton sampah mencemari Sungai Musi per hari.

"Dari hasil kajian yang telah dilakukan per harinya ada sekitar 91 ton potensi sampah (pencemaran lingkungan) akibat kebiasaan buruk masyarakat," ungkap Kepala DLHK Kota Palembang, Akhmad Mustain kepada IDN Times, Jumat (3/2/2023).

Baca Juga: Pencemaran Mikroplastik, Sebab Ikan di Sungai Musi Sulit Bertahan

1. Sampah sungai Musi tak hanya dari Palembang

91 Ton Sampah Cemari Sungai Musi Per Hari, Terbanyak Fiber dan Benangilustrasi limbah air (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Sebagai sungai terpanjang di Pulau Sumatra dengan total 750 kilometer membentang dari Hulu di kawasan Ujan Mas Bengkulu hingga Hilir bermuara di Selat Bangka, jumlah sampah tersebut dinilai mengkhawatirkan jika tidak ditanggulangi dengan cepat.

Sampah-sampah itu tak hanya datang dari Kota Palembang, kebiasaan buruk masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai dinilai menjadi penyebabnya. Hal ini yang menjadi indikasi rusaknya sungai di Sumatra Selatan (Sumsel).

"Kita bisa mengatakan potensi rusaknya sungai oleh ulah buruk manusia. Masyarakat masih melakukan aktivitas membuang limbah rumah tangga ke sungai, makanya kita terus mengedukasi agar masyarakat juga sadar," ungkap dia.

Baca Juga: Warga OKU Demo Kantor Gubernur Soroti Perusahaan Cemari Sungai

2. Palembang butuh kapal pembersih sungai

91 Ton Sampah Cemari Sungai Musi Per Hari, Terbanyak Fiber dan BenangIlustrasi sampah plastik (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Berbagai upaya mencegah kerusakan lingkungan khususnya sungai terus diupayakan. Menurut Mustain, DLHK Palembang tak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan instansi terkait, mengingat cakupan Sungai Musi membentang antar provinsi, kabupaten, dan kota.

"Untuk di Palembang kita melibatkan badan usaha yang beroperasi di Palembang. Kita terus memantau kondisi ambang batas kualitas air secara rutin," jelas dia.

Menurutnya, permasalahan sungai ini menjadi sorotan dunia karena Indonesia secara umum sebagai negara kedua penyumbang sampah terbesar di perairan. Kendala yang ada saat ini di Palembang kurangnya sarana dan prasarana untuk membersihkan sungai.

"Kita mengupayakan kapal intersector (kapal pembersih sungai) tahun ini agar dapat membantu dan menjaga kondisi Sungai Musi. Kita berharap di hari ulang tahun Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) mendatang, Palembang mendapat bantuan interceptor ini, kalau tidak dari CSR BUMN," jelas dia.

3. Kadar kimia di Sungai Musi tinggi

91 Ton Sampah Cemari Sungai Musi Per Hari, Terbanyak Fiber dan BenangEkspedisi Sungai Nusantara dan tim menyusuri Sungai Musi (IDN Times/Dok. Pribadi)

Tak hanya Pemkot Palembang, berbagai upaya edukasi juga dilakukan beberapa Non Government Organisation (NGO) dan masyarakat Bumi Sriwijaya. Peneliti ESN, Prigi Arisandi mengatakan, kadar mikroplastik di Sungai Musi terbilang cukup tinggi.

Dalam sampel 100 liter air Sungai Musi terdapat 355 partikel mikroplastik dengan jenis paling dominan adalah fiber atau benang. Selanjutnya jenis granula, fragmen, dan filamen. Pada ekosistem sungai, pengaruh mikroplastik, phospat, logam berat, dan klorin, menjadi senyawa yang mengganggu hormon mahluk hidup seperti ikan.

"Senyawa pengganggu hormon mikroplastik dianggap ikan sebagai hormon esterogenik, sehingga dimungkinkan terbentuk lebih banyak ikan dengan jenis kelamin betina dibandingkan jantan. Sayangnya jantan pun tidak bisa membuahi telur ikan betina dan membuat penurunan populasi ikan," ungkap dia.

Baca Juga: Proyek IPAL Sei Selayur Palembang Mundur Setahun 

4. Ikan endemik Sungai Musi terancam

91 Ton Sampah Cemari Sungai Musi Per Hari, Terbanyak Fiber dan BenangEkspedisi Sungai Nusantara dan tim menyusuri Sungai Musi (IDN Times/Dok. Pribadi)

Ikan-ikan endemik Sungai Musi seperti Baung Pisang, Patin, Kapiat, Tapah, dan Belida, mengalami penurunan jumlah populasi akibat pencemaran lingkungan. Kandungan kimia logam dan tembaga yang tinggi mencapai 0,2 ppm dan 0.06 ppm. Sedangkan standar bakunya tidak boleh melebihi 0,03 ppm.

"Kadar Klorin dan pospat cukup tinggi, untuk klorin 0,16 mg per liter. Seharusnya tidak boleh lebih dari 0,03 mg per liter. Pospar juga tinggi mencapai 0.59 mg per liter. Polutan yang tinggi menyebabkan kepunahan ikan," beber dia.

5. Aktivitas tambang di hulu dan hilir rusak Sungai Musi

91 Ton Sampah Cemari Sungai Musi Per Hari, Terbanyak Fiber dan BenangANTARAFOTO/Ampelsa

Koordinator Telapak Sumsel, Heriansyah Usman menyebutkan, pencemaran di Sungai Musi tidak hanya terjadi akibat sampah. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah aktivitas alih fungsi lahan di hulu yang kian meningkat.

"Sungai Musi menjadi muara dari puluhan anak sungai di Sumsel. Tetapi, aktivitas tambang tanpa izin (ilegal), perkebunan sawit, dan pencemaran industri sangat tinggi. Padahal air Sungai Musi dijadikan bahan baku air minum," beber dia.

Baca Juga: Kualitas Air di 73 Titik Sungai Menurun Akibat Tambang Batu Bara

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya