TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Muara Lakitan Waswas Gajah Rusak Pondokan Kebun

Konflik di kawasan jalur jelajah gajah Muara Lakitan

Pondokan Warga yang dirusak kawanan Gajah du Muara Lakitan (Dok: Sekdes Tri Anggun Jaya)

Intinya Sih...

  • Warga Desa Tri Anggun Jaya, Musi Rawas, cemas dengan kemunculan kelompok gajah setelah warga tewas terinjak gajah.
  • Pondokan di kebun warga rusak parah akibat gajah yang melintas, membuat penduduk takut untuk beraktifitas.
  • Kawanan gajah liar diperkirakan mencapai 40 ekor dan intensitas kedatangan gajah meningkat sejak 2019.

Musi Rawas, IDN Times - Warga Desa Tri Anggun Jaya, Kecamatan Muara Lakitan, Musi Rawas, harap-harap cemas dengan kemunculan kelompok gajah. Usai kejadian warga tewas terinjak gajah, kini kawanan gajah kembali merusak pondokan yang berada di kebun warga.

Kejadian tersebut diketahui terjadi Kamis (12/9/2024) kemarin, saat warga hendak menuju pondokan di dalam perkebunan. Saat itu, bagian pagar pondokan milik warga rusak parah diduga akibat gajah yang melintas.

"Warga langsung pulang dan tidak berani ke ladang. Tadi mereka mengatakan banyak sekali gajahnya," ungkap Sekretaris Desa Tri Anggun Jaya, Parsono, Jumat (13/9/2024).

Baca Juga: Ibu Hamil Tewas Diinjak Gajah Liar Saat Menyadap Karet di Musi Rawas

1. Penduduk takut masuk kebun usai warga meninggal terinjak gajah

Parsono menerangkan, sejak ada warga meninggal akibat terinjak gajah menyebabkan penduduk yang lain takut untuk beraktifitas. Ia menduga, gajah tersebut masih berada tak jauh dari area perkebunan warga.

"Kemarin malam ketika hujan deras ada pondok yang rusak oleh gajah. Itu baru diketahui setelah paginya saat warga mau ke ladang dan melihat pondok sudah remuk," jelas dia.

2. Gajah lebih dulu diami kawasan Muara Lakitan

Kawanan gajah liar tersebut diperkirakan mencapai 40 ekor. Mereka berjalan terpisah membentuk kelompok masing-masing dengan perkiraan 15 gajah per kelompok. Gajah tersebut berukuran besar mulai dari dewasa hingga anakan gajah. "Petani tidak berani ke ladang. Mayoritas warga merupakan petani karet," jelas Parsono.

Ia mengatakan, saat pertama kali warga datang dalam program transmigrasi 1992 wilayah tersebut memang merupakan kawasan habitat Gajah Sumatra. Sejak berdirinya desa, perlahan gajah yang ada menyingkir dan sesekali melintas sekali dalam setahun.

"Mulai 2019, intensitas kedatangan gajah meningkat. Bahkan sempat terjadi konflik dengan manusia pada 2021. Terakhir 2024 ada warga yang meninggal terinjak gajah," jelas dia.

Berita Terkini Lainnya