TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemprov Sumsel Siapkan 10.000 Vaksin untuk Kerbau Rawa Bebas Wabah

Dua daerah telah melaporkan kematian ratusan kerbau

(Disbunnak OKI saat melakukan langkah mitigasi terhadap kematian ratusan hewan ternak kerbau) IDN Times/istimewa

Intinya Sih...

  • Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel siapkan 10.000 vaksin penyakit ngorok untuk hewan ternak.
  • Empat wilayah di Sumsel, termasuk OKI dan OI, dilanda wabah penyakit ngorok yang menyebabkan kematian kerbau.
  • Pola pemeliharaan tradisional yang salah menjadi penyebab utama penyakit ngorok pada hewan ternak di Sumsel.

Palembang, IDN Times - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatra Selatan (DKPP Sumsel) menyiapkan 10.000 vaksin Septicaemia Epizootice atau penyakit ngorok pada hewan ternak. Vaksin itu akan disebar ke seluruh kabupaten dan kota di Sumsel.

"Sudah kita ajukan ke pusat sebanyak 10.000 dosis vaksin SE. Dalam waktu dekat akan kami bagikan" ungkap Kepala DKPP Sumsel, Ruzuan Efendi, Kamis (18/4/2024).

Baca Juga: Semakin Bertambah, Sudah 431 Ekor Kerbau di OKI Mati Mendadak

1. Wabah ngorok menyebar ke empat daerah di Sumsel

(Kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di OKI) IDN Times/istimewa

Ruzuan menerangkan, sejauh ini sudah ada empat wilayah di Sumsel yang terserang penyakit ngorok. Wabah tersebut mengakibatkan banyak kerbau mati di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Banyuasin, dan Empat Lawang.

"Dari laporan yang kami terima, baru OKI dan OI yang ada laporan tewas. Sementara Banyuasin baru ada laporan gejala saja. Kalau di Empat Lawang itu baru dapat informasi dari media. Dinas setempat belum ada laporan," jelas dia.

Baca Juga: Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKI

2. DKPP sebut ada kesalahan dalam beternak

(Disbunnak OKI saat melakukan langkah mitigasi terhadap kematian ratusan hewan ternak kerbau) IDN Times/istimewa

Ruzuan mengatakan, penyebab sakit ngorok pada hewan ternak yang terjadi di Sumsel diakibatkan pola pemeliharaan yang salah menggunakan sistem tradisional dengan dilepasliarkan. Pemeliharaan dalam sistem tradisional rentan terserang penyakit.

"Tidak ada yang dibudidayakan secara intensif. Kerbau peliharaannya diliarkan, makanya susah untuk mengontrol kesehatannya," jelas dia.

Berita Terkini Lainnya