TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kematian Pasien COVID-19 di Sumsel Naik 5,9 Persen di Atas Nasional

Proses tracing saat ini kurang masif sejak pedoman baru

Ilustrasi kuburan (IDN Times/Istimewa)

Palembang, IDN Times - Epidemiolog Universitas Sriwijaya (Unsri), Dr. Iche Andriany Liberty mengatakan, pandemik COVID-19 yang menyebar di Bumi Sriwijaya mengalami dua fenomena baik dan buruk. Baiknya, kasus sembuh melonjak drastis. Namun sayangnya jumlah itu diiringi pula dengan angka kematian yang cukup tinggi.

Hari ini saja, Rabu (9/9/2020), lima warga meninggal dunia. Maka total keseluruhan yang meninggal karena COVID-19 di Sumsel mencapai 288 orang.

"Kasus kematian akibat COVID-19 mengalami peningkatan. Jumlah yang ada masih besar di antara provinsi lain di Indonesia," jelas Iche, Rabu (9/9/2020).

1. Angka kematian tembus 5,9 persen

Pemakaman korban COVID-19 (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Tingginya angka kematian yang terjadi di Sumsel ternyata tak dibarengi dengan tracing dan penelusuran kasus positif secara menyeluruh. Di luar Palembang, banyak daerah yang proses tracing-nya rendah.

Dari data gugus tugas daerah hingga Selasa (8/9/2020), kasus kematian tertinggi terjadi di Palembang hingga 157 orang, lalu Banyuasin 32 orang, Muara Enim 16 orang, Lubuk Linggau sembilan orang, Muba sembilan orang, OKU tujuh orang, Lahat enam orang, dan Ogan Ilir enam orang, serta OKI 5 orang .

Lalu kabupaten OKU Timur merenggut empat orang, ditambah Muratara dan Mura masing-masing tiga orang. Sedangkan Pagaralam kehilangan dua orang, dan Empat Lawang dan luar wilayah masing-masing satu orang meninggal akibat COVID-19.

"Bahkan, ada yang angka kematiannya sampai sembilan persen tapi kasus positif rendah. Itulah yang menyebabkan angka kematian di Sumsel tinggi. Secara nasional angka kematian berada di 5,92 persen, melebihi dari persentase kematian secara nasional yakni 4,1 persen," kata dia.

Baca Juga: RSMH Kewalahan Terima Pasien COVID-19, Dokter Prediksi Bisa Kolaps

2. Sumsel masuk 10 besar kasus COVID-19 tertinggi

Ilustrasi rapid test (IDN Times/ Deryardli Tiarhendi)

Iche menilai, pemeriksaan di Sumsel belum dilakukan secara masif. Selama enam bulan pandemik sejak kasus positif pertama terjadi akhir Maret 2020, baru 22.085 orang yang diperiksa. Dari jumlah tersebut 4.745 kasus atau 27,49 persen adalah pasien positif.

Dengan angka ini, Sumsel berada di peringkat ke-10 sebagai daerah dengan jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak di Indonesia.

"Pemeriksaan yang dilakukan saat ini belum optimal. Kita tidak pernah tahu di mana sumber penularan, dan di mana titik penularan paling rawan," jelas dia.

3. Virus menular cepat tidak dibarengi pemeriksaan masif

Pedagang Pasar Kebon Semai Sekip Palembang mengikuti rapid test pasca meninggalnya satu rekan mereka suspect COVID-19. (IDN Times/ Deryardli Tiarhendi)

Dari data yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemeriksaan harus dilakukan 1:1.000 orang tiap minggu. Dengan jumlah penduduk Sumsel mencapai sekitar 8,5 juta, artinya pemerintah daerah harus memeriksa 8.500 orang tiap pekan dengan metode swab.

"Deteksi kasus memang harus masif, karena virus bisa menular dengan cepat," jelas dia.

Baca Juga: Pergub Protokol Kesehatan Berlaku Hari Ini, Denda Rp500 Ribu Menanti 

Berita Terkini Lainnya