TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Karhutla Sumsel, 12 Warga OKI Gugat 3 Perusahaan ke PN Palembang

Masyarakat terdampak gugat konsep strict liability

Karhutlah Sumsel: Warga OKI Gugat Perusahaan HTI ke PN Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Sebanyak 12 warga Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel) merasa dirugikan akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kondisi makin memburuk, mereka pun mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Palembang. 

"Tahun 2023, rumah walet saya terbakar. Lalu, kebun karet saya juga menurun penghasilannya," kata Pralensa, warga OKI yang terdampak karhutla Sumsel, usai menggelar aksi di PN Palembang pada Kamis (29/8/2024).

Dia dan sejumlah warga lainnya menggugat sejumlah perusahaan yang diduga menyebabkan karhutla di Sumsel. 

Baca Juga: Mawardi Yakin Akan Jadi Gubernur Terbaik di Sumsel

1. Usaha dan mata pencaharian warga OKI ikut rusak akibat karhutla Sumsel

Karhutla Sumsel: Warga OKI Gugat Perusahaan HTI ke PN Palembang

Karhutla terjadi di atas konsesi lahan tiga perusahaan, yakni dua perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan satu perusahaan industri kayu. Sejumlah warga pun menggugat ketiga perusahaan, yakni PT BMH, PT BAP, dan PT SBA.

Menurut pria yang akrab disapa Jay, ia banyak menerima kerugian materil dari karhutla Sumsel. Kondisi kabut asap dari kebakaran hutan membuat dia kehilangan mata pencahariannya yaitu bisnis sarang burung walet hingga hasil kebun karetnya menurun.

"Kalau kabut asap mulai naik, kAMI jadi jarang ke kebun, karena jarak pandang dan juga kesehatan terganggu," kata dia.

2. Kesehatan warga OKI terus menurun akibat karhutla dan kabun asap

Karhutla Sumsel: Warga OKI Gugat Perusahaan HTI ke PN Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Anyelir Putri Rahayu, warga lainnya juga merasakan kerugian akibat karhutla Sumsel di OKI Dia menambahkan, kabut asap yang terjadi membuat kesehatannya dan keluarga menurun.

Dia yang berasal dari keluarga beriwayat asma harus menyetok obat khusus dengan harga mahal.

"Saya merasakan dampaknya. Karena saya dan keluarga memiliki riwayat Asma. Jadi, adik dan sepupu saya setiap minggu harus rutin untuk di opname di rumah sakit. Antisipasinya, nenek juga harus menyetok Symbicort di rumah," kata dia.

Tak hanya menyetok Symbicort saja, ia juga harus rutin membeli masker dan juga vitamin lainnya untuk menunjang kesehatan dampak dari karhutla terbesar pada 2015, dan berlanjut ke 2019-2023.

Berita Terkini Lainnya