Kasus Pelecehan Bikin Citra Ponpes Turun: Berilmu Namun Minim Akhlak

Palembang, IDN Times - Forum Pondok Pesantren Sumatra Selatan (Forpess Sumsel) mengecam kasus kekerasan seksual di lingkungan lembaga pendidikan Islami. Forpess menilai, berbagai kasus mengakibatkan pesantren kini dicap buruk bagi wali santri yang akan menyekolahkan anaknya ke ponpes.
Tak hanya di Pulau Jawa, beberapa pesantren di Sumsel bahkan sempat terjadi kasus pelecehan seksual dalam beberapa bulan terakhir. Pertama kasus yang menggemparkan terjadi ketika pengasuh ponpes mencabuli santri di Ogan Ilir. Selang beberapa waktu, kasus serupa juga terjadi di Muratara. Beberapa santriwati mengalami pelecehan seksual oleh seorang petinggi ponpes.
"Jujur efek kasus kekerasan seksual ini berpengaruh pada ponpes, tidak hanya di Sumsel tapi seluruh Indonesia. Ponpes ini didirikan oleh para kiai dan ulama sebagai lembaga dakwah untuk mendidik anak santri berwawasan Akhlakul Karimah," ungkap Pimpinan Ponpes Sultan Mahmud Badarudin Palembang sekaligus Sekertaris Forpess Sumsel, Ustaz Sony Suharsono kepada IDN Times, Rabu (15/12/2021).
1. Izin pendirian ponpes harus diawasi oleh Kemenag
Menurut Sony, perizinan mendirikan pesantren perlu dievaluasi. Jika sebelumnya ponpes didirikan untuk meneruskan ilmu pengetahuan demi tujuan akhirat, maka sekarang semakin banyak orang yang mendirikan ponpes hanya untuk kepentingan duniawi.
Menurutnya, mereka yang membuat ponpes terkadang bukan orang yang memiliki pemahaman agama cukup kuat. Dirinya tak menampik sebagai manusia biasa, seorang ulama atau kiai pun bisa khilaf dalam berperilaku.
"Banyak orang berilmu namun minim akhlak. Pengurus ponpes juga manusia tak lepas dari khilaf dan salah. Tetapi khilaf harus ada pencegahan dari diri sendiri juga. Hindari hal-hal ke situ (negatif), lalu mohon ke Allah jangan terulang kembali," ungkap dia.