Kisah Nenek Bersaudara Lestarikan Kue Bingen Khas Palembang

Resep turun menurun yang tak luput dari zaman

Palembang, IDN Times - Membahas budaya tidak saja soal tradisi, kuliner pun menjadi salah satu bukti warisan nenek moyang. Seperti di Palembang, ada varian kue 'bingen' atau tempo dulu yang kini masih dilestarikan.

Dibuat dengan resep khusus dan turun menurun, kue bingen di Bumi Sriwijaya berada di Kampung Kuliner, kawasan 13 Ulu. Namun tahukah kalian siapa sosok di balik pelestarian kue tersebut?

1. Pembuat kue bingen di Lorong Waspada 13 Ulu tinggal satu rumah

Kisah Nenek Bersaudara Lestarikan Kue Bingen Khas Palembang9 kue bingen khas Palembang, ada di Kawasan 13 Ulu (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Mereka merupakan nyai, atau nenek dalam bahasa Palembang, dengan garis keturunan sama yang melestarikan beragam kue bingen tersebut. Bahkan sampai sekarang, kue bingen sering dipesan konsumen untuk jadi sajian khas setiap acara dan momen tertentu.

Mereka adalah Nenek Aisyah, Nenek Halimah, Nyai Khodijah, dan Cek Dan. Keempat perempuan tersebut tinggal di satu rumah yang saling. Ada yang adik kakak, hubungan ipar, dan keponakan.

"Sudah dari nyai-nyai kami resepnya, sudah puluhan tahun. Kami semua diajarkan karena ini warisan. Kue bingen itu sebenarnya banyak, tapi paling sering diminta konsumen ada lumpang, mentu, kue lapis, kue pare, kelepon, dan gandus," ujar Nenek Aisyah.

Baca Juga: Cara Membuat Gandus, Kue Khas Palembang dengan Cita Rasa Gurih

2. Beberapa kue bingen dibuat dari tepung beras

Kisah Nenek Bersaudara Lestarikan Kue Bingen Khas PalembangKisah Nenek Bersaudara di 13 Ulu, Lestarikan Kue Bingen Khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Kue bingen di Jalan KH Azhari 13 Ulu, Lorong Waspada ini, tidak menerima pesanan secara online. Selain karena mereka pernah tertipu, mereka menginginkan interaksi dan silaturahmi dengan pembeli

"Pokoknya kalau masuk Lorong Waspada, dua rumah dari lorong adalah tempat kue bingen dibuat. Kalau mau pesan silakan datang ke sini, kita juga hidangkan untuk konsumen. Maksudnya biar lebih akrab. Kalau mau pesan banyak H-3 acara atau H-1 paling mepet," kata dia.

Aisyah menceritakan, beberapa kue bingen terbuat dari bahan tepung beras. Dahulu membutuhkan waktu lama untuk membuat kue bingen, karena tepung beras dibuat sendiri oleh keluarganya. Mereka merendam beras seharian dan ditumbuk menggunakan alat bantu bernama Iseran.

"Prosesnya lama dulu, tapi sekarang sudah ada tepung beras instan jadi lebih cepat. Resep ini sudah 30 tahunan lebih. Biasanya dipesan untuk acara sedekah, acara pernikahan, syukuran, dan waktu bulan puasa sampai lebaran," jelasnya.

3. Harga kue bingen ada yang dijual Rp1.000

Kisah Nenek Bersaudara Lestarikan Kue Bingen Khas PalembangKisah Nenek Bersaudara di 13 Ulu, Lestarikan Kue Bingen Khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Karena kue bingen bervariasi dan dibuat dengan bahan dasar berbeda, mereka memiliki keahlian masing-masing membuat adonan kue tempo dulu itu. Seperti Nenek Aisyah yang membuat kue gandus, kue lapis, dan lumpang. Cek Dan membuat kue pare, Nyai Khodijah memasak kue mentu, dan Nenek Halimah spesialis kue kelepon.

"Biasanya pesenan sampai ratusan untuk harga yang seribuan. Tapi ada yang lebih dari seribu dan ada yang masih Rp600, tergantung kuenya apa. Kalau ada yang belum tahu, ada yang dibuat pakai santan, ketan, gula merah, tepung beras, dan ada yang dari kelapa parut," terang dia.

Baca Juga: 9 Kue Bingen Khas Palembang, Ada di Kawasan 13 Ulu Lho!

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya