TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Atlet Veteran 70-an Dibekali Gubernur Rp50 ribu ke Olimpiade

Atlet difabel ini meraih perak di Paralimpiade Toronto 1976

Kisah Ashari di Usia Senja: Atlet Veteran Pencipta Kaki Palsu (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Melangkah gagah menuju pintu sembari senyum lebar, selalu dilakukan Ashari saat menyapa dan menyambut tamu dengan ramah di kediamannya. Usia senja tak membuat Ashari menjadi lesu. Pria yang disapa Pak As oleh warga Jalan Jompo RT 13 RW 2, Lorong Gunawan Km 5,5 Palembang, sedang menikmati sisa usianya bersama anak dan cucu.

Ashari merupakan atlet veteran berprestasi. Dahulu ia pernah mewakili Indonesia di Kanada dan Jepang untuk nomor pelari. Ashari memiliki keistimewaan karena berhasil memberikan emas kepada Ibu Pertiwi lewat kemampuannya walau menyandang disabilitas.

Baca Juga: Akhirnya, Bonus 731 Atlet Porprov dan Peparprov Palembang Cair

1. Kemampuan fasih berbahasa Inggris membawa Ashari menjadi PNS

Kisah Ashari di Usia Senja: Atlet Veteran Pencipta Kaki Palsu (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Pria kelahiran 2 Februari 1949 itu sebenarnya asli orang Sumenep, Madura. Sejak usia 12 tahun, ia memberanikan diri meminta izin kepada sang Ibu untuk merantau dan mencari pekerjaan di Solo, hingga akhirnya kini menetap di Bumi Sriwijaya.

Awal mula Ashari merantau karena ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dirinya tak menyangka jika cita-cita mengabdi pada negara bisa terwujud. Ia cukup fasih berbahasa Inggris.

"Saya bertemu Menteri Sosial di Solo, di zaman Mohammad Syafa’at Mintaredja. Ia menawarkan saya ikut tes dan mengisi formulir Bahasa Inggris. Alhamdulillah berkat skill berbahasa, saya lolos jadi PNS," kata Ashari kepada IDN Times di rumahnya.

Saat pertama Ashari menginjakkan kaki di Solo, ia harus meninggalkan ibunya sendirian demi meraih kesuksesan. Ashari berangkat dari Surabaya menumpang kereta Api. Dalam perjalanannya, Ashari bertemu seorang ibu yang mengajaknya ke rumah Ketua RT.

"Mungkin waktu itu ibunya pikir kalau saya anak yang terlantar. Lalu RT di sana membawa saya ke organisasi orang cacat di Solo. Saya mendapat tugas jaga parkir dan jual koran," timpalnya.

2. Menjadi atlet karena rekan melihat potensi larinya

Kisah Ashari di Usia Senja: Atlet Veteran Pencipta Kaki Palsu (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menjadi penyandang disabilitas sejak lahir tidak menyurutkan semangat Ashari menjalani hidup. Terbukti, ia berhasil berjuang kala menjadi atlet Indonesia di Paralimpiade Toronto, Kanada pada 1976. Ashari mempersembahkan medali perak. 

Walau berhasil mengharumkan nama Tanah Air,  Ashari mengaku menjadi atlet bukanlah keinginan dan impian dia. Dirinya menyebut nama besar atlet disabilitas Indonesia adalah takdir yang sudah ditentukan sang Maha Kuasa.

"Sebenarnya bukan mimpi saya (atlet), awalnya kebetulan, tapi ini sudah digariskan Allah," kata dia.

Ashari bercerita awal menjadi atlet lari karena ada rekan yang tinggal bersama di hunian organisasi orang cacat di Solo. Rekannya itu melihat potensi Ashari untuk menjadi seorang atlet.

Mereka pun latihan bersama. Tak hanya lari, keduanya latihan lembing dan lempar jauh. Ajang olahraga perdana yang ia ikuti adalah Pekan Olahraga (POR) Pentjan pada 19-26 Juli 1969.

"Alhamdulillah emas pertama saya raih," ujarnya.

Baca Juga: Tika Septiana Atlet Muaythai Sumsel; Medali Bukti Bakti Pemuda

3. Ashari hijrah ke Palembang pada 1973

Kisah Ashari di Usia Senja: Atlet Veteran Pencipta Kaki Palsu (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Setelah berkarir di Solo hingga lolos ujian PNS, Ashari hijrah ke Palembang pada 1973 bertepatan dengan pengangkatan menjadi abdi negara salah satu panti sosial. Kemudian pada 1975, Ashari kembali unjuk gigi dalam ajang Pekan Olahraga Penderita Cacat (POR PERCA) yang didirikan Yayasan Pembina Olahraga Penderita Cacat (YPOC).

"Perlombaannya berlangsung di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan," kata dia.

Setahun setelahnya, Ashari mengikuti seleksi Paralimpiade di Toronto, Kanada. Ia berangkat dengan dukungan dari Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel), Asnawi Mangku Alam.

“Aku menemui Pak Asnawi dan bilang kalau mau ikut seleksi Olimpiade. Akhirnya aku dikasih uang saku sekitar Rp50 ribu," timpalnya.

4. Ashari melawan atlet Israel saat bertanding di Kanada

Kisah Ashari di Usia Senja: Atlet Veteran Pencipta Kaki Palsu (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ashari mengulang kenangan masa itu. Ia sempat mengalami tekanan mental ketika bertanding di nomor lari sprint 100 meter. Sebab tinggi badannya hanya 160 sentimeter, sedangkan peserta lain mempunyai tinggi badan lebih darinya.

"Lawan aku itu berat, level dunia. Namun selagi berusaha dan berdoa, Insya Allah. Kalau kata orang Palembang itu, jangan kecik kundu (ciut nyali). Harus percaya diri dan berpikir kalau aku harus menang. Saat waktu start lari jangan sampai mental ciut, harus siap mental dan fokus ke garis finish," tegas dia.

Karena keyakinan Ashari yang kuat, usahanya berbuah manis dan menghantarkan dia hingga garis finish. Meski mencapai akhir, medali emas belum bisa Ashari terima.

"Waktu itu kalah tipis dari pelari Isarel, tapi saya tetap bangga berhasil bawa perak untuk Indonesia di Olimpiade dunia. Saya bisa ikut mengharumkan bangsa," jelasnya.

Baca Juga: Mengenal Fajar Pesenam Sumsel Peraih Emas Perdana di PON Papua

Berita Terkini Lainnya